Cerita Trump soal Tarif 250 Persen yang Hentikan Perang India-Pakistan

- Trump mengancam tarif 250 persen pada India dan Pakistan untuk menghentikan pertempuran, yang berhasil mencegah perang besar.
- Para pemimpin India dan Pakistan sepakat menghentikan pertempuran setelah diancam dengan tarif tersebut.
- Pemerintah India menegaskan bahwa isu perdagangan tidak terkait dengan gencatan senjata maupun Operasi Sindoor.
- Penghentian konflik terjadi setelah Direktur Jenderal Operasi Militer (DGMO) Pakistan meminta gencatan senjata kepada mitranya di India.
Jakarta, IDN Times – Klaim Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump bahwa dirinya berhasil mencegah perang besar antara India dan Pakistan melalui ancaman tarif, ditepis India. India menegaskan gencatan senjata murni hasil komunikasi langsung dengan Pakistan.
Dalam pidato di Korea Selatan menjelang KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) pada Rabu (29/10/2025), Trump mengatakan bahwa dia melakukan upaya yang tidak biasa untuk mencegah perang India-Pakistan. Dia bercerita bahwa dirinya mengancam akan mengenakan tarif 250 persen terhadap kedua negara jika pertempuran berlanjut.
Konflik dimulai dari serangan teror di Pahalgam, Kashmir, pada 10 Mei 2025 yang menewaskan 26 warga sipil India. Serangan itu diduga dilakukan oleh kelompok yang mendapat dukungan dari Pakistan. Sebagai respons, India meluncurkan Operasi Sindoor dan menyerang sejumlah kamp teroris di wilayah Pakistan. Trump mengklaim tujuh pesawat militer jatuh selama ketegangan antara dua negara bersenjata nuklir itu.rita
1. Trump ceritakan tekanan diplomatik lewat ancaman ekonomi

Trump menuturkan bahwa ia sempat menghubungi Perdana Menteri India, Narendra Modi, serta sejumlah pemimpin Pakistan untuk memperingatkan mereka. Dalam pembicaraan itu, ia menegaskan bahwa perjanjian dagang akan dibatalkan apabila kedua negara tetap melanjutkan konflik bersenjata.
“Saya mengatakan saya akan memberlakukan tarif 250 persen pada masing-masing negara… yang berarti kalian tidak akan pernah bisa berbisnis,” ujar Trump, dikutip dari NDTV.
Ia menyampaikan bahwa awalnya para pemimpin India dan Pakistan bersikeras untuk terus berperang. Namun, dua hari kemudian, mereka kembali menghubunginya dan sepakat menghentikan pertempuran. Menurut Trump, gencatan senjata akhirnya tercapai dalam waktu kurang dari dua hari dan mencegah jatuhnya lebih banyak korban.
2. India bantah klaim AS soal peran dalam gencatan senjata

Dilansir dari Times of India, AS saat ini telah menerapkan tarif 50 persen terhadap produk India, 25 persen karena pembelian minyak dari Rusia dan 25 persen akibat ketidakseimbangan perdagangan. Kebijakan itu bisa turun menjadi 15 persen bila kesepakatan dagang baru ditandatangani, dengan target nilai perdagangan bilateral mencapai 500 miliar dolar AS (setara Rp8,3 kuadriliun) pada 2030. Pemerintah India menegaskan bahwa isu perdagangan tidak terkait dengan gencatan senjata maupun Operasi Sindoor.
Pada Juni 2025, Modi menegaskan kepada Trump bahwa India menolak segala bentuk mediasi pihak ketiga dalam urusannya dengan Pakistan. Menurut India, penghentian konflik terjadi setelah Direktur Jenderal Operasi Militer (DGMO) Pakistan secara langsung meminta gencatan senjata kepada mitranya di India. Hingga kini, baik New Delhi maupun Islamabad belum memberikan tanggapan resmi terhadap klaim terbaru Trump.
3. Trump sanjung Modi, oposisi India justru mengecam

Trump dikabarkan memuji Modi sebagai sosok yang “tampan” namun juga “keras seperti neraka”. Ia mengatakan memiliki rasa hormat besar terhadap Modi dan tengah menegosiasikan kesepakatan dagang besar antara kedua negara.
Dilansir dari The Wire, Ketua oposisi India, Rahul Gandhi, menilai pernyataan tersebut sebagai bentuk penghinaan terhadap Modi. Melalui unggahannya di platform X, Gandhi menyebut Trump telah berulang kali menggunakan ancaman ekonomi untuk menekan India selama Operasi Sindoor. Ia pun mendesak Modi agar memberikan tanggapan atas klaim dan ucapan Trump itu.



















