Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Uni Eropa Wanti-wanti India dan Pakistan soal Perang Terbuka  

Bendera Uni Eropa (unsplash.com/Guillaume Périgois)
Bendera Uni Eropa (unsplash.com/Guillaume Périgois)

Jakarta, IDN Times – Wakil Presiden Komisi Uni Eropa, Kaja Kallas, memperingatkan India dan Pakistan mengenai risiko eskalasi konflik yang meningkat setelah insiden di Pahalgam, Kashmir. Ia mendesak kedua negara untuk menahan diri dan mengedepankan dialog guna meredakan ketegangan.

"Meningkatnya ketegangan antara India dan Pakistan sangat mengkhawatirkan. Saya mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri dan mengupayakan dialog guna meredakan situasi," kata Kallas pada Jumat (2/5/2025), dilansir dari Politico.

Kallas sudah menyampaikan kekhawatiran tersebut secara langsung kepada Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar, dan Menteri Luar Negeri Pakistan, Ishaq Dar.

1. Perang kini di depan mata

Personel Angkatan Darat India dari White Knight Corps dipersenjatai dengan senapan jenis AK yang dimodifikasi. (commons.wikimedia.org/PRO Defence Jammu)
Personel Angkatan Darat India dari White Knight Corps dipersenjatai dengan senapan jenis AK yang dimodifikasi. (commons.wikimedia.org/PRO Defence Jammu)

Ketegangan antara India dan Pakistan bermula dari serangan kelompok Front Perlawanan Kashmir (TRF) di wilayah Pahalgam, Kashmir, pada 22 April 2025. Serangan itu menewaskan 26 orang wisatawan.

India menuduh Pakistan terlibat dalam serangan tersebut, namun Islamabad membantah tuduhan itu.

Sejak insiden tersebut, ketegangan diplomatik meningkat. India mengusir diplomat Pakistan, menangguhkan perjanjian kerja sama air, dan membatalkan visa bagi warga Pakistan. Langkah itu kemudian dibalas oleh Pakistan dengan tindakan serupa.

Ketegangan juga meluas ke medan militer. Selama beberapa hari terakhir, pertempuran kecil terjadi di sepanjang perbatasan.

Dilansir Euronews, pada Rabu lalu, Menteri Informasi Pakistan, Attaullah Tarar, mengklaim bahwa India sedang merencanakan serangan militer dalam waktu dekat, berdasarkan laporan intelijen.

Di saat yang sama, Perdana Menteri India meminta para penasihat dan petinggi militernya menyiapkan aksi balasan atas serangan di Kashmir.

2. Eropa tak akan ambil tindakan konkret

Kunjungan  PM Italia, Giorgia Meloni, ke Brussel pada 20 Desember 2024 dan bertemu dengan Ketua Komisi Uni Eropa, Ursula Von Der Leyen. (commons.wikimedia.org/Christophe Licoppe)
Kunjungan PM Italia, Giorgia Meloni, ke Brussel pada 20 Desember 2024 dan bertemu dengan Ketua Komisi Uni Eropa, Ursula Von Der Leyen. (commons.wikimedia.org/Christophe Licoppe)

Meski ancaman perang semakin nyata, Uni Eropa diperkirakan tidak akan mengambil tindakan berarti.

Claude Rakisits, peneliti tamu di Pusat Strategi, Pertahanan, dan Keamanan Vrije Universiteit Brussel (VUB), mengatakan bahwa tanggapan Eropa sejauh ini hanya berupa pernyataan diplomatik.

"Secara terbuka, mereka tidak berbuat banyak. Tapi di balik layar, pejabat dari Amerika Serikat, China, dan bahkan Uni Eropa kemungkinan besar telah melakukan banyak komunikasi untuk mencegah eskalasi," ujar Rakisits kepada DW.

Ia mengakui bahwa pengaruh Uni Eropa terhadap India dan Pakistan tidak sebesar China atau Amerika Serikat. Apalagi, Eropa saat ini lebih fokus pada konflik di Ukraina dan Gaza.

"Intinya, bagi Uni Eropa, prioritas saat ini adalah Ukraina dan Gaza. Sering kali masyarakat internasional, termasuk Eropa, hanya bisa menangani satu atau dua krisis dalam satu waktu," jelasnya.

3. India punya daya tawar untuk Eropa

Perdana Menteri India, Narendra Modi, dalam perayaan hari kemerdekaan India yang ke-75 pada Senin, 15 Agustus 2022. (Twitter.com/Narendra Modi)
Perdana Menteri India, Narendra Modi, dalam perayaan hari kemerdekaan India yang ke-75 pada Senin, 15 Agustus 2022. (Twitter.com/Narendra Modi)

Analis politik Pramit Pal Chaudhuri dari Eurasia Group menilai India memiliki posisi tawar yang cukup kuat terhadap Uni Eropa dalam situasi geopolitik saat ini.

"India, meskipun hanya kekuatan menengah, diperkirakan akan melampaui Jepang secara ekonomi," jelas Chaudhuri.

Ia mencontohkan kunjungan Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, ke India awal tahun ini, di mana ia menyatakan niat untuk menyelesaikan perjanjian perdagangan bebas yang telah lama tertunda, paling lambat akhir 2025.

Menurut Chaudhuri, India kini menjadi salah satu negara tujuan Eropa untuk mendiversifikasi rantai pasok, selain China. India juga mulai dilirik sebagai mitra strategis dalam industri pertahanan.

"Mereka melihat gambaran besar dan tidak ingin merusak hubungan dengan India, terutama saat sedang mencari kontrak pertahanan besar. Lihat saja Prancis, akhir-akhir ini mereka telah menandatangani beberapa kontrak pertahanan besar dengan India," tambah Rakisits.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us