Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

WhatsApp: Ratusan Jurnalis-Aktivis Jadi Target Spyware Israel 

aplikasi WhatsApp (pexels.com/Anton)

Jakarta, IDN Times – WhatsApp, pada Jumat (31/2/2025), mengungkap bahwa hampir 100 jurnalis dan aktivis sipil menjadi target perangkat spyware (mata-mata) Paragon Solutions, perusahaan teknologi asal Israel.

Perusahaan yang dimiliki oleh Meta ini menyatakan memiliki kepercayaan tinggi bahwa para korban telah disusupi dan kemungkinan besar mengalami kebocoran data.

Serangan ini menggunakan metode zero-click, yaitu teknik peretasan yang memungkinkan perangkat terinfeksi tanpa perlu mengklik tautan atau membuka file tertentu. Tetapi, hingga kini belum diketahui siapa pihak yang memerintahkan serangan tersebut.

1. WhatsApp pertimbangkan gugatan hukum

Ilustrasi hukum (IDN Times/Mardya Shakti)

WhatsApp telah mengirimkan surat peringatan hukum (cease and desist) kepada Paragon Solutions dan sedang mengevaluasi langkah hukum lebih lanjut. Perusahaan menyatakan telah menghentikan serangan ini pada Desember 2024, tetapi belum bisa memastikan sudah berapa lama para korban berada dalam ancaman.

“Kami telah menghentikan kampanye perangkat mata-mata Paragon yang menargetkan jurnalis dan masyarakat sipil. Kami telah menghubungi individu yang terkena dampak dan akan terus melindungi privasi pengguna,” kata juru bicara WhatsApp, dikutip dari The Guardian.

Selain itu, WhatsApp menduga serangan ini dilakukan melalui file PDF berbahaya yang dikirim ke pengguna dalam grup percakapan. Perusahaan yakin bahwa Paragon Solutions bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Paragon Solutions hingga saat ini belum memberikan tanggapan atas tuduhan tersebut. WhatsApp juga tidak mengungkap lokasi para korban, termasuk apakah mereka berbasis di Amerika Serikat (AS) atau negara lain.

2. Kaitan Paragon Solutions dengan pemerintah AS

Paragon Solutions memiliki kantor di Chantilly, Virginia, AS. Perusahaan ini sebelumnya menandatangani kontrak senilai 2 juta dolar AS (sekitar Rp32,6 miliar) dengan divisi investigasi keamanan dalam negeri dari Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai AS (ICE), tetapi kontrak tersebut sempat ditangguhkan.

Washington sedang meninjau apakah kerja sama itu sesuai dengan kebijakan Presiden Joe Biden yang membatasi penggunaan perangkat mata-mata oleh lembaga pemerintah.

Selain itu, Paragon Solutions dilaporkan telah dijual ke perusahaan ekuitas swasta AE Industrial Partners seharga 900 juta dolar AS (sekitar Rp14,6 triliun). Namun, transaksi ini masih menunggu persetujuan dari pemerintah Israel, karena teknologi seperti Graphite, perangkat mata-mata buatan Paragon, dianggap sebagai senjata siber yang diawasi ketat oleh Kementerian Pertahanan Israel.

Graphite memiliki kemampuan serupa dengan Pegasus, perangkat mata-mata buatan NSO Group yang pernah digunakan untuk memata-matai jurnalis dan aktivis di berbagai negara. Jika berhasil menginfeksi perangkat, Graphite memungkinkan peretas mengakses penuh isi ponsel korban, termasuk membaca pesan yang dikirim melalui aplikasi terenkripsi seperti WhatsApp dan Signal.

3. Investigasi berlanjut, Citizen Lab beri dukungan

WhatsApp bekerja sama dengan Citizen Lab, lembaga penelitian di Universitas Toronto yang meneliti ancaman digital terhadap masyarakat sipil. Citizen Lab membantu WhatsApp memahami metode serangan ini dan berencana merilis laporan lebih rinci tentang dugaan peretasan tersebut.

John Scott-Railton, peneliti senior Citizen Lab, mengatakan bahwa lembaganya memberikan informasi yang membantu WhatsApp mengidentifikasi pola serangan.

Di sisi lain, kasus ini muncul hanya beberapa minggu setelah pengadilan di California memenangkan gugatan WhatsApp terhadap NSO Group, pembuat perangkat mata-mata Pegasus.

Hakim Phyllis Hamilton memutuskan bahwa NSO bertanggung jawab atas serangan terhadap 1.400 pengguna WhatsApp pada 2019 dan melanggar undang-undang peretasan AS serta kebijakan WhatsApp.

NSO Group kini sedang melobi Kongres AS agar dihapus dari daftar hitam perdagangan yang diberlakukan oleh pemerintahan Biden. Sementara itu, Natalia Krapiva, penasihat hukum senior di Access Now, menyebut bahwa kasus ini mencerminkan masalah yang lebih besar dalam industri perangkat mata-mata.

"Ini bukan sekadar masalah oknum yang tidak bertanggung jawab. Jenis penyalahgunaan ini merupakan ciri khas industri spyware komersial,” ujarnya, dikutip Livemint.

WhatsApp menyatakan bahwa mereka akan terus melawan perusahaan teknologi yang melanggar hak privasi pengguna. Perusahaan juga meminta pemerintah di berbagai negara untuk memperketat regulasi agar perangkat mata-mata tidak disalahgunakan di masa depan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bagus Samudro
EditorBagus Samudro
Follow Us