Zelenskyy: Ukraina Tolak Kompromi sama Teroris Rusia, Walau Ditodong!

Jakarta, IDN Times - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, bersumpah akan melawan invasi Rusia sampai akhir dan berjanji tidak akan menerima konsesi atau kompromi apapun. Pernyataan itu disampaikan bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Ukraina yang dirayakan setiap 24 Agustus.
Dalam pidato emosional untuk menandai 31 tahun kemerdekaan Ukraina dari Uni Soviet, Zelenskyy mengatakan bahwa Ukraina terlahir kembali ketika Rusia melancarkan invasi.
“Kami tidak peduli tentara apa yang Anda miliki, kami hanya peduli dengan tanah kami. Kami akan memperjuangkannya sampai akhir,” kata Zelenskyy pada Rabu (24/8/2022), dilansir Al Jazeera.
“Kami telah bertahan selama enam bulan. Ini sulit tetapi kami telah mengepalkan tangan kami dan kami berjuang untuk takdir kami. Setiap hari baru adalah alasan untuk tidak menyerah. Setelah perjalanan yang begitu panjang, kami tidak berhak untuk tidak melanjutkannya sampai akhir,” sambung dia.
1. Ukraina terlahir kembali sejak Rusia melancarkan invasi

Presiden berusia 44 tahun itu kemudian menyebut Rusia sebagai teroris. Dia menyampaikan pidato Hari Kemerdekaan dengan seragam tempur di depan monumen yang menjulang tinggi di pusat kota Kiev.
"Kami tidak akan mencoba untuk menemukan pemahaman dengan teroris,” ujar mantan pelawak itu.
Zelenskyy menggarisbawahi sikap keras Ukraina dalam perang, yaitu menentang segala bentuk kompromi yang menguntungkan Moskow. Rusia telah mencaplok Krimea sejak 2014 dan saat ini berupaya membuat petak-petak kekuasaan di Ukraina timur dan selatan.
Menurut Zelenskyy, menyerah bukanlah akhir dari perang yang dimulai pada 24 Februari ini.
“Sebuah negara baru muncul di dunia pada 24 Februari pukul 4 pagi. Itu tidak dilahirkan, tetapi dilahirkan kembali. Sebuah bangsa yang tidak menangis, menjerit atau ketakutan. Salah satu yang tidak melarikan diri. Tidak menyerah. Dan tidak lupa,” ujarnya.
“Kami tidak akan duduk di meja perundingan karena takut, dengan pistol diarahkan ke kepala kami. Bagi kami, besi yang paling mengerikan bukanlah rudal, pesawat terbang, dan tank, tetapi belenggu,” sambung dia.
2. Rakyat Ukraina disebut ingin terlepas dari belenggu Rusia

Presiden berjanji bahwa Ukraina akan merebut kembali wilayah yang hilang di kawasan industri Donbass di timur serta semenanjung Krimea.
“Apa bagi kita adalah akhir dari perang? Kami biasa mengatakan damai. Sekarang kita katakan, kemenangan,” katanya.
Teresa Bo dari Al Jazeera, melaporkan dari Kiev, mengatakan bahwa sementara perayaan hari nasional diredam karena kekhawatiran Rusia melakukan serangan pada hari nasional.
“Terlepas dari kesulitan besar perang, ketika Anda berbicara dengan orang-orang di jalanan, mereka yakin bahwa Ukraina perlu melawan. Bahwa mereka perlu memulihkan wilayah yang hilang. Ketika Anda berbicara dengan orang-orang, mereka memberi tahu Anda bahwa mereka ingin lebih dekat ke Eropa, kebebasan, demokrasi, kebebasan pers, dan lebih jauh dari pemerintahan otoriter Moskow,” kata Bo.
“Mereka masih percaya bahwa negara ini berjuang untuk kemerdekaan 31 tahun setelah kemerdekaannya dari pemerintahan Soviet. Mereka percaya bahwa mereka membela negara mereka, mereka mempertahankan wilayah mereka, dan mereka mempertahankan rumah mereka,” tambahnya.
3. Suasana di Kiev sepi

Jalan-jalan di pusat kota Kiev sangat sepi pada Rabu pagi, setelah berhari-hari peringatan mengerikan bahwa Rusia dapat meluncurkan serangan rudal baru ke kota-kota besar.
Pihak berwenang di ibu kota melarang pertemuan berskala besar hingga Kamis.
Sejumlah kecil penduduk berkumpul di alun-alun pusat Kiev, di mana tank Rusia yang hancur dan artileri bergerak dipajang selama akhir pekan, dan lagu kebangsaan dimainkan setiap hari pada pukul 7 pagi.
“Saya tidak bisa tidur di malam hari karena apa yang saya lihat dan dengar tentang apa yang sedang dilakukan di Ukraina. Ini bukan perang. Ini adalah kehancuran rakyat Ukraina,” kata Tetyana, warga Ukraina.