Ini Mungkin Waktu yang Tepat Buat Orang Asia Menjadi Pope

Saya terus mengikuti diskusi di Vatican tentang siapa yang pantas menggantikan Pope
Francis (Paus Fransiskus), sekiranya beliau memutuskan untuk mengundurkan diri, mengikuti jejak pendahulunya, Pope Bennedict XVI.
Tampaknya akhir-akhir ini semakin memberikan tanda-tanda bahwa tugas yang amat berat menggembalakan umat Katolik di seluruh dunia yang jumlahnya lebih dari 1,3 miliar orang itu dengan memimpin Curia, pimpinan Gereja Katolik yang terdiri dari sejumlah Kardinal di Vatikan itu semakin berat buat Pope Francis yang mendekati usia 88 tahun. Kesehatannya tidak lagi prima.
Semenjak tepilih dan dinobatkan menjadi Pope, dengan memiih nama Franciscus atau Francis, kesibukannya luar biasa, melakukan kunjungan ke sejumlah negara, dan di Vatican sendiri sering mengunjungi keluarga maupun penjara sebagai Uskup Roma, jabatan resmi seorang Pope. Itulah Cardinal Jose Mario Bergoglio, yang kemudian menjadi Pope Francis, berasal dari keluarga Italia yang melarikan diri dari negerinya di bawah Nazi, mengikuti pendidikan pastor Jesuit dan ditasbihkan menjadi seorang Pastor Jesuit.
Meskipun mengikuti pendidikan teologi, termasuk menyelesaikan program doktor teologi, namun Pastor Bergoglio lebih menonjolkan karyanya sebagai pastor paroki yang kerjanya mengunjungi keluarga-keluarga Katolik maupun narapidana di sejumlah penjara di Metro, Buenos Aires.
Beliau menjadi Kadinal diangkat oleh Pope John Paul II tahun 2001 dan terpilih menjadi
Pope dengan nama Pope Francis Maret 2013. Pope Francis berwawasan progresif dalam ajarannya, juga dalam isu seperti LGBT, perkawinan sesama jenis dan peran perempuan
dalam gereja, termasuk menjadi daikon, sebenarnya juga pastor, meskipun belum sampai
ke sini. Waktu ditanya soal homoseksualitas beliau begitu merendah menjawab, “Who am I to judge?” dan selalui mengenalkan diri sebagai “I am a sinner” dan meminta doa dari umat.
Pope Francis juga sangat inklusif, mengundang siapa saja dan sangat memperhatikan
orang miskin serta disabilitas. Semua terlihat dalam surat ensiklik Pope Francis, dari “Lumen Fidei” ke “Lodato Si”, “Fratelli Tutti”, sampai “Gaudium Evangelia” atau “The Joy of Evangelisation.”
Lodato Si mengajak semua orang menyadari dunia dan seisinya itu diciptakan Tuhan untuk digunakan dan dinikmati manusia, namun perlu dipelihara baik, jangan tidak peduli pada perubahan iklim, bencana alam, kemelaratan, kinflik sosial. Pope Francis menjalankan tugasnya dengan penuh kesederhanaan, memilih tinggal di guest house Vatican yang sederhana “Sanctae Martha” agar lebih dekat dengan umat. Ia menggunakan kendaraan sederhana. Pernah diceritakan ia memperoleh hadiah mobil sport Ferrari, langsung dijual dan uangnya dibagi kepada panti asuhan.
Saya beruntung mempunyai kenangan beruntung ketemu dan bicara sekitar dua menit waktu beliau berkunjung ke Indonesia. Di hari terakhir sebelum berangkat ke Papua New Guinea, saya beruntung boleh ikut misa pagi di kediaman Nuncio Vatican di Gambir.
Setelah misa selesai kita sekitar 50-an orang diminta berdiri di suatu ruangan secara berderet dan Pope Francis berkeliling di atas kursi roda. Waktu di hadapan saya, saya berlutut dan mengatakan selama dua menitan, bahwa beliau adalah salah seorang idola saya dalam iman Katolik.
Idola pertama saya, Santo Ignatius Loyola, bangsawan Basque, Spanyol, yang berbulan-bulan berbaring di tempat tidur menjalani pengobatan karena pecahan peluru meriam, setelah capek menghabiskan bacaan beliau bertemu dengan Tuhan Jesus dan berjanji tidak akan kembali dalam hidup lamanya, tetapi menjadi murid Kristus mendirikan Sarekat Pastor Sarekat Jesuit (SJ).
Kedua, Pope John XXIII, karena beliau yang mengundang Konsili Vatican II, memperkenalkan banyak perubahan ajaran gereja, termasuk penggunaan bahasa nasional dalam misa, menggantikan Latin Rite, disebut ”Aggiornamento”, semacam Perstroika-nya Gorbachev. Yang terakhir, Pope Francis dengan encyclical letter seperti saya sebutkan di atas. Beliau terseyum dan memberikan berkat dengan membuat tanda salib di dahi saya, dan saya berasa sangat senang dan bersyukur.
Nah, sekarang Pope Francis telah tiada, meninggalkan kita semua untuk selamanya. Setelah sembilan hari berkabung, pimpinan gereja harus memilih Pope baru menggantikan
Pope Francis. Proses ini dilakukan dengan mengundang semua kardinal di seluruh dunia
yang punya hak pilih, yaitu mereka yang usianya 80 atau lebih muda, dewasa ini ada 135,
termasuk seorang dari Indonesia, Ignatius Kardinal Suharyo SJ.
Meraka dikumpulkan dalam Sistine Chapel, suatu chapel sangat indah dengan lukisan fresco karya Michelangelo, tentang penciptaan Adam dan Eva, dan tentang Pengadilan Akhir (The Last Judgement). Mereka berdoa memohon petunjuk Tuhan agar memilih Pope yang terbaik dari mereka. Satu hari dilakukan pemungutan suara sampai 4 kali, kertas ballots dihitung kalau ada nama yang sama mencapai dua pertiga atau lebih, dia adalah pemenangnya. Kalau belum tepilih diulang lagi setelah berdoa.
Dalam sejarah conclave tersingkat hanya beberapa jam waktu tepilihnya Pope Julius II di tahun 1503, sedangkan paling lama sampai tiga tahun setelah wafatnya Pope Clement IV, 1268-1271, terpilihnya Pope Gregory X.
Mudah-mudahan dewasa ini kita tidak harus menunggu terlalu lama, dan conclave dapat
cepat menentukan pilihannya untuk menjadi Pope baru. Sebagai orang Indonesia, saya
berdoa dan berharap bahwa kali ini akan ada Pope baru yang berasal dari Asia. Saya
mengatakan demikian karena di antara sejumlah calon yang banyak disebut dapat
menggantikan Pope Francis, pertanyaannya adalah apakah diperlukan Pope baru yang akan mengubah, mengombinasikan atau meneruskan ajaran Pope Francis.
Saya sangat senang dan mendukung Pope Francis, dan dewasa ini ada seorang kardinal yang bahkan dijuluki sebagai Pope Francis of Asia, yaitu Louis Antonio Kardinal Tagle, Archbishop Metro Manila, usia 67 tahun. Waktu Cardinal Jose Bergoglio mengemuka orang banyak yang bilang tidak mungkin, beliau bukan dari Eropa (Italia, Perancis atau Jerman), dan beliau SJ. Oke ternyata Pope Francis yang adalah Jose Mario Cardinal Bergoglio, seorang SJ dan dari Argentina terpilih.
Maka sekarang mudah-mudahan adalah waktunya Antonio Louis Cardinal Tagle, yang dari Asia terpilih menjadi Pope baru. Mengapa tidak? Beliau akan melanjutkan tradisi
dan ajaran Pope Francis dengan semua karakteristik hebatnya, bahkan beliau dikenal
sebagai Media Savvy dan sangat dekat dengan generasi muda. I pray for you Gardinal Tagle. God bless you. (Dradjad, 24/04/2025).
Guru Besar Emeritus Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (FEBUI), Jakarta.