[OPINI] Peran Teknologi Data dalam Mitigasi Penyebaran COVID-19

Data telepon seluler punya peran penting membendung wabah

Swiss, IDN Times - Direktur Jenderal World Health Organization (WHO) menyatakan pada tanggal 30 Januari 2020 bahwa virus corona atau yang sekarang disebut COVID-19, sebagai public-health emergency of international concern. Tidak disangka bahwa enam minggu setelah pengumuman tersebut, WHO menyatakan bahwa COVID-19 merupakan sebuah pandemik.

Jika dibandingkan dengan virus-virus sejenis yang sebelumnya telah beredar dalam dua abad terakhir seperti SARS, dan Ebola, Covid-19 perlu menjadi perhatian khusus mengingat tingkat penyebaran dan infeksi virus ini yang tergolong cepat. Penyebaran COVID-19 juga “diperparah” dengan situasi dunia saat ini yang semakin terhubung dan terkoneksi, baik secara fisik maupun digital.

Pemerintah di berbagai negara menerapkan kebijakan social distancing atau sering juga digunakan istilah physical distancing, yaitu kebijakan non-farmasi untuk mencegah penyebaran wabah dengan cara menjaga jarak antara setiap individual dan mengurangi frekuensi pertemuan diantara mereka. Banyak negara memanfaatkan teknologi untuk dapat mengetahui efektivitas kebijakan dimaksud.

Namun karena perkembangan infrastruktur teknologi komunikasi yang berbeda pada masing-masing nagara, kita menyaksikan berbagai model pemanfaatan teknologi data yang menarik untuk menjadi pelajaran.

Penggunaan Teknologi Data oleh Negara

COVID-19 sudah menjangkau lebih dari 190 negara. Dengan karakteristik tingkat penyebaran yang tinggi, semakin banyak negara, terutama dengan tingkat pasien positif tinggi, yang mengandalkan teknologi data untuk memitigasi dan memonitor penyebaran COVID-19 di negaranya masing-masing. Memang, terdapat kontroversi tersendiri terkait dengan penggunaan teknologi data ini, terutama di negara-negara demokratis, yang menyangkutpautkannya dengan perlindungan privacy seseorang.

Menurut penelitian yang telah dilakukan pada saat epidemi serupa terjadi sebelumnya, data telepon seluler memainkan peranan yang penting dalam membendung penyebaran sebuah penyakit epidemik. Sebagai contoh, penggunaan data telepon seluler sudah menunjukkan potensi dalam memprediksi penyebaran spasial virus kolera selama epidemi kolera di Haiti pada tahun 2010, sementara penggunaan analisis data juga menunjukkan efektivitasnya selama krisis Ebola di kawasan Afrika Barat pada tahun 2014-2016.

Dalam kasus Swiss, di mana sudah terdapat lebih dari 15.000 orang yang positif terjangkit COVID-19, Pemerintah setempat telah bekerja sama dengan operator seluler terbesar di Swiss, yaitu Swisscom, untuk mendeteksi dan melihat apakah masyarakat mematuhi imbauan Pemerintah, serta untuk melihat penyebaran kerumunan masyarakat dengan menggunakan data pengguna telepon genggam. Analisis data tersebut dilakukan secara anonim, sehingga tidak mengganggu privasi seseorang atau pengguna telepon genggam.

Kerja sama Pemerintah Swiss dengan operator seluler ini semata-mata dalam rangka mengurangi penyebaran pandemik COVID-19 di Swiss.

Kita juga dapat melihat bagaimana negara-negara lain memanfaatkan teknologi data yang tersedia untuk mengatasi COVID-19 ini. Di Amerika Serikat (AS), sejumlah startup sedang mengerjakan aplikasi untuk memantau dan melacak infeksi dan penyebaran COVID-19.

Pemerintah AS juga sedang berbicara dengan Facebook, Google dan perusahaan teknologi lainnya tentang kemungkinan menggunakan data lokasi dan pergerakan dari telepon genggam untuk memerangi COVID-19. Negara-negara Eropa memanfaatkan jaringan telepon genggam secara anonim untuk mengamati seberapa baik masyarakatnya mematuhi imbauan Pemerintah untuk tidak melakukan aktivitas di luar rumah.

Kebijakan yang lebih keras dilakukan oleh Israel. Pemerintah setempat dapat melacak pasien atau individu yang dinyatakan positif COVID-19, sementara Iran juga mengambil langkah serupa yang memungkinkan Pemerintah melacak individu yang positif melalui aplikasi khusus.

Sejumlah negara di Asia, termasuk Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan Korea Selatan telah melihat beberapa keberhasilan dalam membatasi wabah COVID-19 dengan menggunakan data lokasi telepon genggam untuk melacak pergerakan orang yang membawa virus. Jika terdapat pelanggaran, maka individu akan secara otomatis dilaporkan kepada pihak berwajib.

Di Singapura, pemerintah meluncurkan aplikasi bernama TraceTogether yang menggunakan sinyal Bluetooth antar ponsel untuk melihat apakah pembawa potensial dari COVID-19 telah melakukan kontak dekat dengan orang lain. Hal ini masuk akal sehingga kemudian Pemerintah yang bersangkutan dapat melakukan tracking yang lebih akurat terhadap pergerakan individu serta orang-orang yang berpotensi memiliki kontak dengan pasien COVID-19, sehingga dapat melakukan tindakan pencegahan yang memadai.

Memanfaatkan Teknologi Data di Indonesia

Pemerintah Indonesia telah mengambil sejumlah langkah dan kebijakan dalam menangani penyebaran COVID-19 di tanah air. Sebagaimana negara-negara lain, menerapkan social distancing merupakan hal yang penting agar kurva penyebaran penyakit ini tidak terlalu tinggi, sehingga rumah sakit dan tenaga medis di Indonesia tidak kewalahan dalam menangani pasien dengan gejala COVID-19.

Dalam memantau sejauh mana efektivitas imbauan Pemerintah ini dilaksanakan oleh masyarakat, Pemerintah kiranya dapat melakukan kerja sama dengan operator seluler yang ada di Indonesia untuk mengamati pergerakan masyarakat, tentunya tanpa menembus ranah privasi seseorang. Berdasarkan berbagai penelitian, pengguna telepon genggam di Indonesia melebihi jumlah penduduk yang ada, sehingga bisa dikatakan bahwa hampir semua penduduk di Indonesia memiliki ponsel.

Keuntungan ini kiranya dapat dimanfaatkan secara positif oleh Pemerintah dalam menangani pandemik COVID-19 yang terjadi saat ini. Aparat yang berwajib, misalnya, dapat membubarkan sekiranya terdapat kerumunan masyarakat di suatu tempat, dengan menggunakan teknologi data ponsel untuk melacak kerumunan.

Swiss melakukan exercise ini dengan baik, di mana juru bicara Kementerian Kesehatan setempat menyatakan bahwa pelacakan menggunakan data telepon seluler bukan merupakan bentuk “pengawasan”, melainkan semata-mata untuk mengamati pergerakan masyarakat di tempat-tempat umum/publik. Dengan komunikasi yang baik dan transparan yang dilakukan Pemerintah Swiss, rasanya masyarakat dapat mengerti bahwa apa yang dilakukan oleh Pemerintah merupakan tindakan untuk kebaikan bersama, dan bukan untuk melanggar privasi seseorang.

Tentunya, pengumpulan data dan pemrosesan data ini harus dilakukan dengan praktik pengelolaan data yang baik dan cermat. Dikutip dari M., Vayena, E, “On the responsible use of digital data to tackle the Covid-19 pandemic” yang dipublikasikan dalam National Medecine 2020, dalam pengumpulan data dari orang-orang yang terkena dampak dari suatu peristiwa, prinsip proporsionalitas harus berlaku, yang berarti bahwa pengumpulan data harus:

  • (i) sebanding dengan keseriusan ancaman terhadap kesehatan masyarakat;
  • (ii) terbatas pada apa yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan kesehatan
    masyarakat tertentu; dan
  • (iii) dibenarkan secara ilmiah.

Mendapatkan akses ke data dari perangkat pribadi untuk keperluan pelacakan, misalnya, dapat dibenarkan jika terjadi dalam batas tertentu, serta memiliki tujuan yang jelas, seperti memperingatkan dan mengisolasi orang yang mungkin telah terpapar virus. Di era
teknologi ini, sudah sewajarnya apabila teknologi dan data digunakan untuk kebaikan
bersama, terutama jika dalam hal ini tujuannya adalah untuk menjaga public health dan
masyarakat umum.

(Penulis adalah Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk Swiss dan Liechtenstein)

Sumber:
M., Vayena, E. On the responsible use of digital data to tackle the COVID-19 pandemic. Nat
Med (2020). https://doi.org/10.1038/s41591-020-0832-5
https://www.swissinfo.ch/eng/coronavirus_mobile-phone-data-show-swiss-are-keepingtheir-distance-/45644704
https://www.aljazeera.com/news/2020/03/china-ai-big-data-combat-coronavirusoutbreak-200301063901951.html
https://spectrum.ieee.org/the-human-os/biomedical/devices/big-data-helps-taiwan-fightcoronavirus
https://futurism.com/countries-tap-phone-data-track-covid19
https://www.theverge.com/2020/3/23/21190700/eu-mobile-carriers-customer-datacoronavirus-south-korea-taiwan-privacy
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/08/29/pengguna-ponsel-indonesiamencapai-142-dari-populasi

Baca Juga: 10 Hal Bagaimana Pandemik Virus Corona Mengubah Dunia

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya