[OPINI] Mencari Kolerasi Antara Film Koboi dan Budi Waseso

Bagi penggemar film koboi yang akrab dengan senjata api, nama-nama seperti Quentin Tarantino maupun Clint Eastwood pasti sudah tidak asing lagi. Mulai dari Unforgiven (1992) hingga yang terbaru The Hateful Eight (2015) mengisahkan betapa dunia koboi itu liar dan tanpa aturan.
Memegang dan menggunakan senjata api membuat seseorang terlihat lebih macho.

Tidak perlu dipungkiri bahwa beberapa orang, baik pria maupun wanita, yang menyukai film dengan genre American Midwest pasti pernah membayangkan bagaimana rasanya berkuasa layaknya sang koboi jagoan dengan senapan mematikan di tangan.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Pusat Studi Perilaku, Evolusi dan Budaya dari University of California, Los Angeles, menunjukkan bahwa pria yang memegang senjata api merasa dan terlihat lebih kuat dibanding mereka yang tidak. Ada perasaan macho yang lahir dari memegang maupun menggunakan sebuah senjata api.
Tentu tidak heran bila banyak orang, terutama pria, menyukai film-film action dengan senjata api dan ledakan-ledakan di dalamnya seperti kebanyakan film Quentin Tarantino dan Clint Eastwood. Dari menonton film koboi, contohnya, kita akan dibawa berfantasi ke dunia dimana individu benar-benar bisa menjadi macho -- sesuatu yang mungkin sulit terjadi di dunia nyata.
Lahirnya pola pikir senjata api mampu menyelesaikan masalah tanpa perlu bertele-tele.

Dalam film The Hateful Eight, salah satu konflik yang diangkat adalah tentang menemukan siapa yang menaruh racun dalam sup yang diminum beberapa koboi di dalam suatu tempat singgah. Masing-masing koboi membawa senjata mereka sendiri. Reaksi pertama saat persoalan terjadi adalah dengan menunjukkan bahwa,"Aku punya senjata api jadi jangan main-main".
Ancaman demi ancaman pun dikeluarkan setiap koboi kepada satu sama lain agar pelaku segera mengaku. Waktu terus berlalu dengan masing-masing koboi merasa hidupnya sedang terancam sebab pembunuh sedang mengintai. Ketika kesabaran sudah mulai hilang, solusinya adalah menembak siapapun yang dianggap mencurigakan.
Jika seseorang memegang senjata api, maka dia akan mengesankan bahwa dirinya lebih kuat. Hal yang sama juga menimbulkan pola pikir bahwa begitu persoalan muncul, dia bisa menggunakan senjata api tersebut dan permasalahan pun selesai.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Profesor Emeritus dari jurusan Psikologi di Universitas Wisconsin, Leonard Berkowitz, menunjukkan bahwa orang yang menguasai senjata api akan bertindak lebih agresif. Ia menyebutnya 'weapons effect'. Agresivitas bertendensi untuk mempersingkat proses berpikir sehingga muncul anggapan menembakkan senjata kepada sasaran adalah solusi yang benar.
Kepala BNN, Budi Waseso, pun berpikiran bahwa menembak mati para pengedar narkoba adalah kebijakan tepat.

Budi Waseso tidak pernah main film koboi. Tapi, di suatu waktu, dia mungkin pernah membayangkan menjadi seorang koboi. Atau kalau tidak, dia mungkin mengidolakan seorang presiden Filipina yang berlagak seperti koboi: Rodrigo Duterte.
Sebagai Kepala BNN pasti wajar untuk terinspirasi oleh satu sosok atau kebijakan yang berkaitan dengan penanganan narkoba di negara lain. Meski masih ada Portugal yang sudah 15 tahun mendekriminalisasikan obat-obat terlarang dan berhasil mengurangi angka kematian akibat overdosis, atau Belanda yang mengizinkan peredaran marijuana dalam batas tertentu dan sukses meminimalisir insiden berkaitan dengan obat terlarang, tapi Budi Waseso memilih Filipina sebagai contoh.
Dikutip dari Rappler Indonesia, Budi Waseso mengatakan siap menembak mati para pengedar narkoba. Menurutnya, para pengedar sudah merusak jutaan generasi muda dan mengancam masa depan negara. Yang mana, memang pendapatnya itu benar. Tapi ketika bicara lebih jauh, Budi Waseso menyebut bahwa jika negara merehabilitasi pengedar, justru negara lah yang kalah.
Budi Waseso juga mengaku mendukung Duterte dalam perangnya melawan pengedar narkoba. Budi menilai jika kebijakan yang sama diberlakukan di Indonesia, maka negara akan aman dari pengaruh narkoba. Sebagai bagian dari upaya ini, BNN juga merekrut lebih banyak SDM dan membeli senjata baru yang akan datang di bulan November. Juru bicara BNN, Slamet Pribadi, sempat mengungkapkan bahwa Budi Waseso pernah mengatakan kepada anggota BNN agar senjata yang mereka miliki tidak sekedar disimpan di ruang penyimpanan.
Budi Waseso sendiri tidak menjelaskan secara detil apakah yang dia maksud adalah petugas BNN harus menembak mati di tempat atau BNN akan mengambil alih eksekusi hukuman mati pengedar narkoba dari regu tembak milik kepolisian. Jika yang pertama, maka mungkin ketika memberi pernyataan itu sang Kepala BNN sedang membayangkan berada di dalam sebuah film koboi. Yah, siapa yang tahu?