Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi lampu (unsplash.com/@jancorba)

Salah satu keistimewaan Ramadan yang selalu saya ingat adalah “Bulan suci Ramadan merupakan bulan yang penuh keberkahan”. Sejak saya kecil, setiap kali mendengarkan ceramah-ceramah guru agama Islam ketika mengikuti pesantren kilat maupun ustaz di program kultum televisi saat menjelang berbuka puasa, selalu dijelaskan bahwa Ramadan adalah bulan yang penuh keberkahan dan penuh dengan kasih sayang Allah SWT.  Oleh sebab itu, saya selalu meyakini dan mengamini bahwa selama bulan suci Ramadan hanya akan ada hal-hal baik yang menghampiri kehidupan saya. Hal itulah yang membuat saya selalu mencintai bulan Ramadan dan saya selalu pantang untuk tidak berpuasa selama saya tidak sakit atau haid. 

Namun saat usia saya menginjak 25 tahun, saya baru menyadari bahwa selama ini saya keliru tentang konsep itu. Beribadah dan menjadi orang baik di bulan Ramadan yang penuh berkah tidak lantas membuat saya jadi terhindar dari takdir yang malang dan tragis.

Pada saat itu, circa tahun 2015 saya bekerja di sebuah media online start-up di Yogyakarta. Itu merupakan tahun kedua saya bekerja di media online yang menargetkan pembaca anak muda tersebut, dan juga merupakan pengalaman pertama saya bekerja di sebuah media online sebagai penulis kreatif. Hidup saya bisa dibilang cukup mulus pada tahun pertama, meskipun setiap hari saya harus jatuh bangun mengejar target artikel. Akan tetapi suasana dan kultur perusahaan yang menyenangkan, saya betah dan bahagia bekerja di sana. 

Singkat cerita, memasuki tahun kedua bekerja di media online tersebut, tepatnya saat bulan Ramadan saya justru mendapatkan kabar yang tidak mengenakkan. Pagi itu, saya datang dengan perasaan yang ceria dan semangat karena akan bekerja dan bertemu dengan teman-teman kantor. Tiba-tiba saya dipanggil oleh manager saya ke ruang makan, lalu di sana saya bertemu manager saya, editor in chief, serta sang founder. Saya duduk di hadapan mereka bak disidang di hadapan para hakim di menja hijau.

Editorial Team

Tonton lebih seru di