[COMMENT OF THE WEEK] Mendebat Afi hingga Sekolah 8 Jam Sehari

Seperti minggu sebelumnya, tim editorial memilih komentar-komentar terbaik dari para pembaca setia IDN Times terkait beragam topik menarik sepekan terakhir. Adapun kriteria yang kami gunakan untuk menentukan komentar terbaik dalam Comment of the Week adalah sebagai berikut:
1) Sopan
2) Relevan dengan isi artikel
3) Membuka kesempatan untuk diskusi
4) Berisi informasi yang obyektif dan berdasarkan data
5) Berisi saran dan kritik yang obyektif untuk kemajuan IDN Times
6) Menghibur
Comment of the Week juga merupakan bentuk apresiasi IDN Times kepada para pembaca yang membagikan pikiran dan ide-idenya di kolom komentar IDN Times. Lalu, apa saja komentar-komentar tersebut? Ini dia:
1) News/Indonesia

Komentar:
Bunuh diri tak sebijak tulisanmu. Depresi tak sehebat kata-katamu. Gak kuat di-bully juga tak secerdas quote-mu. Terakhir, ilmu pengetahuan ada di mana-mana. Mencerna gak berarti harus copy paste. Memang gak perlu pakai dasar hukum karena bukan karya ilmiah.
Yang disoroti netizen bukan masalah dasar hukum menjiplak tulisan, tapi framing kamu yang mengklaim tulisan itu sendiri. Mumpung masih remaja, coba belajar lebih dewasa. Gak harus bercermin dari semua kalimat bijak yang selalu kamu share kan? - Aldi Putra
Alasan:
Dugaan plagiarisme yang menimpa Afi memang cukup pelik dan tak bisa hanya dilihat dari satu sudut pandang saja. Ia hanya menulis status Facebook biasa yang kemudian jadi viral. Kemudian Afi bersikap seolah-olah semua tulisan yang diunggahnya merupakan hasil pikirannya sendiri. Menurut Aldi, inilah pangkal persoalan mengapa sebagian netizen kemudian menentangnya.
2) News/Indonesia

Komentar:
Mungkin anak ini tujuan awalnya cuma sebatas argumen saja. Banyak orang melakukan hal yang seperti itu: mengutip atau meng-copy pernyataan atau tulisan orang lain. Tapi mungkin dia tidak tahu kalau dia akan menjadi terkenal. Tanpa pikir panjang dia menjadikannya sebagai aji mumpung.
Jadi dia gak mau bulang dia cuma mengutip saja, mungkin dia mengambil kesempatan untuk terkenal. Dan sebenarnya dengan dia mengutip kalimat orang lain itu tidak merugikan sama sekali karena itu hanya sebatas argumen saja, dan jelas kalimat-kalimatnya cuma untuk menyadarkan orang-orang yang berbuat salah. Jadi mungkin tidak seharusnya di-bully. - Afriadi Simamora
Alasan:
Afriadi menilai Afi sendiri tak menyangka hanya karena tulisan-tulisannya di Facebook, ia akan menjadi salah satu sosok muda yang terkenal. Ia sendiri beranggapan yang dilakukan Afi hanya untuk menyinggung orang-orang yang dilihatnya tidak bisa bertoleransi. Yang membuat komentar Afriadi menarik adalah walau apa yang dilakukan Afi tidak sepenuhnya benar, tapi ia berkeyakinan Afi tak seharusnya di-bully.
3) News/Indonesia

Komentar:
Yang sampai sekarang bikin saya suka ketawa-ketiwi sendiri soal kasus ini adalah kok orang-orang hebat dan media-media beken sampai kecolongan. Bahkan sempat memperlakukan ini bocah dengan sangat istimewa, padahal... - Reva Rindi Antika
Alasan:
Komentar Reva menyentil kita semua, termasuk media dan para pejabat pemerintahan, yang langsung percaya bahwa semua tulisan yang diunggah Afi adalah hasil pikirannya sendiri, tanpa perlu meneliti lebih lanjut. Tentu ini menjadi bahan koreksi bagi kita agar melakukan verifikasi terlebih dulu sebelum mempublikasikan sesuatu, terutama bila sesuatu itu viral di media sosial. Sebenarnya cukup memalukan ketika yang menemukan dugaan plagiarisme itu justru warga biasa, bukan jurnalis atau reporter.
4) News/Indonesia

Komentar:
Sebenarnya menjiplak karya orang lain itu kurang baik, apalagi tidak disertakan kredit. Tapi tergantung, dilihat dari konteksnya juga. Kita sendiri pastinya juga sering menulis quote dari orang lain. Tapi please stop bullying.
Apalagi yang bersangkutan juga sudah minta maaf. Semoga yang bersangkutan juga mulai sadar dan tidak mengulangi perbuatannya lagi karena merugikan untuk dirinya sendiri dan orang lain. Dan hilangkan rasa angkuh dalam diri itu juga penting. - Iksan Adianto
Alasan:
Bagi Iksan, Afi sejatinya seperti kita semua yang senang mengutip perkataan orang lain untuk dijadikan status. Bedanya, kita tak lantas jadi terkenal karena itu. Sama seperti komentar Afriadi, Iksan juga meminta agar Afi tak mendapat bullying karena kejadian ini, ditambah lagi ia sudah mengucapkan maaf.
5) News/World

Komentar:
Maksudnya ini admin adalah hijab memang perintah Allah SWT untuk perempuan Muslim. Tapi memakai atau tidaknya seseorang itu pilihan mereka. Kita gak bisa memaksakan seseorang kan? Kalau sudah diingatkan ya sudah, dosa atau gak biarkan urusan mereka. Kasian adminya malah di-bully. - Isty Arifin
Alasan:
Tak sedikit yang menilai penulis (sekali bukan admin yang menulis artikel) bahwa judulnya tak tepat sehingga memprovokasi mereka yang tidak membaca dan kemudian berkomentar buruk. Kesalahan bukan terletak pada judul (karena judul sesuai dengan isinya), melainkan pada orang yang tak mau membaca sampai selesai dan berusaha memahami.
Isty sendiri membantu menjelaskan apa yang ditulis di dalam artikel. Meski ia menilai bahwa berhijab adalah perintah Tuhan, tapi ia tak ingin memaksa setiap perempuan Muslim untuk menurutinya. Ia memilih jalan tengah bahwa setiap individu punya pilihannya sendiri, termasuk untuk urusan aurat.
6) News/World

Komentar:
Siapapun memang gak berhak mengatur. Jika beragama Muslim dan kitabnya Al Quran sudah jelas perintahnya. Jadi, mau pakai hijab atau gak, mau salat atau gak, mau zakat atau gak, mau jadi penjahat atau orang baik, mau neraka atau surga, itu pilihan pribadi masing-masing.
Semua pilihan ada konsekuensinya. Dan itu juga ditanggung masing-masing pribadi. Yang penting sudah ada pengingatnya. Masalah mau jalani atau gak kan terserah. Ibarat jadi karyawan, mau bolos atau gak. Itu juga ada hasilnya sendiri. Manusia diberi akal itu untuk berpikir. - Aresyalis
Alasan:
Yang bisa ditangkap dari komentar Aresyalis adalah manusia diberikan akal pikiran oleh Tuhan untuk menentukan mana yang terbaik untuk dirinya sendiri. Persoalan agama tak semestinya diurusi oleh negara. Walau ia terkesan menyamakan perempuan tak berhijab dengan penjahat, tapi setidaknya ia tegas mengatakan bahwa itu adalah pilihan pribadi, bukan orang lain.
7) News/Indonesia

Komentar:
Tiap ganti menteri pasti ganti kebijakan. Anak-anak Indonesia jadi bahan percobaan biar Pak Menteri kelihatan punya program. Mending kalo 5 tahun sekali, ini dalam waktu 5 tahun ganti menteri sudah 2 kali dengan 2 program yang berbeda. Anak-anak jadi bingung. - Gilang Perlambang
Alasan:
Gilang mengkritik bagaimana kebijakan pendidikan di Indonesia tidak berkesinambungan dan sering berubah-ubah seiring dengan pergantian menterinya. Ia menilai pelajar sering menjadi kelinci percobaan. Padahal, pendidikan adalah salah satu aspek paling penting dalam kehidupan berbangsa.
8) News/Indonesia

Komentar:
Menurut saya sekolah hanya tempat belajar akademik secara formal. Yang wajib didukung dengan pengajaran adalah pembentukan karakter anak yang baik. Bukankah pendidikan anak dilakukan untuk menyiapkan kehidupan yang baik, kelak dia terjun hidup di masyarakat tanpa sokongan orangtua?
Jadi klo sehari-hari full di sekolah, kapan mereka mengenal lingkungannya? Apa fungsi orangtua sebagai guru utama? Orangtua bukan mesin pencetak uang dan anak-anak bukan robot yang sedianya diisi program-program khusus dari programmer-nya.
Mereka butuh tumbuh bersama lingkungan. Mereka butuh bermain dan menikmati alam sekitar supaya mereka tahu bagaimana rasa kasih dan menjaga lingkungan. - Lannaira Meshea Meganetha
Alasan:
Lannaira menyinggung bagaimana anak-anak itu tak seharusnya hanya dijejali dengan pendidikan formal di sekolah, melainkan juga pengenalan terhadap lingkungan yang tak hanya didapat dari guru, tapi juga orangtua serta melalui permainan.
Salah satu bagian menarik yang disebutkannya adalah bagaimana full day school seperti menghilangkan tanggungjawab orangtua yang sibuk bekerja untuk berinteraksi dengan anak. Seakan-akan tugas orangtua hanya mencari uang. Lalu, bila anak-anak menghabiskan banyak waktu di sekolah serta-merta dianggap sebagai sebuah hal yang baik.
9) News/Indonesia

Komentar:
Sepengalaman saya sekolah, dari jam 07.00 sampai 14.00 (atau 13.30, saya lupa) saya hanya dipaksa untuk menghafal dan mengejar nilai: lulus dengan nilai yang memuaskan walaupun proses belajarnya tidak nyaman.
Sehingga setelah lulus, ya sudah. Lulus saja tanpa ada esensi apa - apa. Setelah itupun pelajaran sekolah juga lupa. Mungkin hanya beberapa kenangan dari cara penyampaian gurunya.
Jadi menurut saya, bukan jamnya yang harusnya diubah, melainkan cara mengajar, fasilitas sekolah dan materinya.
Kalau saya pikir - pikir, banyak anak sekolah yang sudah sekolah dari pagi - siang masih butuh les adalah sebuah kegagalan guru di sekolah dalam menyampaikan materi. Entah karena (maaf) kapabilitas sebagai guru kurang, fasilitas belajar - mengajar yang kurang, dan hal - hal lain yang di sekolah kurang. Menurut saya, itu dulu yang perlu diperbaiki di sistem pendidikan. - Oktaffyani Puji
Alasan:
Oktaffyani mengungkapkan pendapatnya bahwa seharusnya pemerintah memperbaiki sistem pendidikan terlebih dahulu sebelum bereksperimen dengan jam sekolah. Sebab ia melihat sekolah menjadi kegiatan tak terlalu berguna bagi kehidupan praktis di masyarakat jika hanya fokus pada menghafal dan mengejar nilai bagus semata. Komentar ini ada benarnya bila melihat kenyataan di sistem pendidikan kita sejak dulu hingga sekarang.
10) News/Indonesia

Komentar:
Sebagai guru, saya tidak setuju. 5 hari sekolah, pulangnya jam 16.00 sore. Anak butuh istirahat setelah belajar dan bermain di sekolah. Biarkan anak tumbuh normal tanpa beban berat tugas akademik. Sekolah seperti biasa sampai jam 12.00-13.00. Pulang-makan-istirahat-mengaji-bermain-mengerjakan PR. Sekolah sampai sore itu mencuri masa kembang anak. - Sapta Buana
Alasan:
Karena memiliki latar belakang sebagai guru, komentar Sapta patut untuk untuk dipertimbangkan. Ia memandang sekolah lima hari dalam sepekan selama delapan jam per hari tidak efektik dan malah menghambat perkembangan anak itu sendiri.
11) News/Indonesia

Komentar:
Aku sih gak masalah mau diterapkan program apapun. Cuma untuk program full day school (FDS) ini lebih baik jika diberlakukan untuk sekolah-sekolah yang sudah punya fasilitas memadai. Karena walau 5 hari, tapi 5 hari itu benar-benar full.
Kasihan anak-anak kalau harus di sekolah berjam-jam tanpa fasilitas yang memadai, dan kalau boleh diberlakukan untuk sekolah yang di kota-kota saja karena di kampung, pulang sekolah itu mereka harus kerja membantu orangtua atau keluarga mereka.
Jadi kalau FDS diberlakukan sampai ke desa-desa nanti anak-anak tidak punya waktu lagi untuk bantu orangtua. Pulang, atur jadwal untuk esok, mandi, makan, tidur... - Jessica Winar
Alasan:
Komentar Jessica juga menarik karena ia secara obyektif melihat persoalan pendidikan dan kenyataan di masyarakat. Pertama, terkait fasilitas. Apa yang harus dikerjakan anak di sekolah selama delapan jam bila fasilitasnya tak mendukung? Kedua, realita di pedesaan adalah bahwa anak tak hanya bersekolah, tapi juga membantu orangtua. Perbedaan pola hidup di kota dan di desa ini wajib dipertimbangkan oleh pemerintah.
12) Life/Family

Komentar:
Sumpah! Ini rumah keren banget! Gue emang demen rumah yang bermodel loft or warehouse gitu. Suka banget sama di bagian yang ada exposed brick-nya itu. Love it! - Jack Martin
Alasan:
Komentar ini bernada positif dan sejalan dengan isi artikel.