10 Fakta Menarik Tarsius, Primata Terkecil yang Hidup Nokturnal 

Melansir informasi yang diperoleh dari Mary Bates, PhD, tarsius dapat memutar kepala hingga seratus delapan puluh derajat. Hal ini bisa terjadi karena adanya tulang belakang yang bisa berputar secara khusus. Menariknya perputaran kepala ini bisa dilakukan ke segala arah.

Jika biasanya hewan primata lainnya, seperti monyet dan orangutan akan memakan tumbuhan dan juga buah-buahan. Tarsius tidak melakukannya, makanan utama hewan yang satu ini adalah serangga. Akan tetapi mereka juga kerap memangsa burung, kadal dan ular.

Berdasarkan makanan yang dikonsumsinya inilah, tarsius menjadi primata karnivora satu-satunya. Mempunyai rahang besar dan gigi yang kuat, membuatnya dapat memakan hewan yang lebih besar.

Banyak tinggal di hutan, ciri fisik yang paling membantu tarsius beradaptasi salah satunya adalah jari yang dimilikinya. Berbeda dengan hewan lainnya, jari-jemari yang dimilikinya panjang dan lengket. Dengan begitu, mereka dapat menggenggam apa pun itu yang dipegangnya dengan erat.

Dilansir dari Britannica, genggaman tarsius dibantu oleh ujung jari yang melebar sehingga terlihat seperti cakram perekat. Pada bagian jari kedua dan ketiga dilengkapi dengan cakar panjang dan melengkung. Biasanya cakar digunakan untuk melindungi diri dari musuh.

Meski dulunya tersebar di beberapa belahan dunia, tarsius saat ini hanya terdapat di wilayah Asia Tenggara. Dilansir dari A-Z Animals, tarsius biasanya tinggal di hutan daratan rendah. Contohnya seperti, Indonesia, Malaysia dan Filipina.

Keberadaan mereka di Indonesia pun terbatas, tidak di semua wilayah ada. Beberapa di antaranya tersebar di Kalimantan, Sumatera, Belitung dan Bangka. Dengan delapan belas subspesies berbeda yang terbagi ke dalam beberapa kelompok.

Memiliki mata yang besar dan lebar yang mencapai enam belas millimeter membuatnya terlihat seperti alien. Berkat hal itu juga mereka bisa melihat dalam keadaan gelap gulita. Memungkinkan penangkapan mangsa di malam hari bisa dilakukan dengan mudah.

Tarsius dikenal juga sebagai hewan yang mempunyai pendengaran yang bagus, bagaimana tidak? Mereka dibekali dengan telinga besar bermembran yang mirip kelelawar. Membuat pendengaran akan kondisi lingkungan sekitar pun bisa diketahuinya dengan cepat.

Untuk dapat melangsungkan hidupnya, kebanyakan dari tarsius hidup secara monogami. Maksudnya mereka lebih memilih hidup dengan satu pasangan saja dan merawat anak-anaknya bersama. Meski menjadi hewan yang mudah bersosialisasi.

Namun, ketika sudah memasuki usia dewasa, mereka lebih memilih setia pada satu pasangan saja. Selain itu, untuk mempertahankan wilayahnya, mereka akan berhubunga secara vokal dengan sesamanya. Mempertahankan wilayah dari pasangan lainnya dengan mengeluarkan suara bernada tinggi.

Melansir informasi dari study.com, ternyata tarsius menjadi salah satu monyet terkecil yang ada di dunia. Dengan panjang tubuhnya yang mencapai tiga koma tujuh hingga lima koma lima inci saja. Jangan lupakan juga bobot badannya yang hanya mencapai empat koma enam ons.

Hidup di alam bebas dengan beberapa kelompok ternyata, tarsius sangat mengandalkan vokal. Terlebih lagi jumlah dan jenis vokal bervariasi yang dimiliki antar spesiesnya. Ternyata mampu menghasilkan lima belas kelompok vokalisasi yang beragam.

Di dalamnya sudah termasuk panggilan makan, panggilan kepada anak-anak mereka hingga dalam permainan yang dibuat. Fakta menarik lainnya, pasangan yang kawin akan melakukan duet vokal. Kegiatan itu pun sering dilakukannya ketika senja dan fajar.

Berbeda dengan hewan hutan lainnya yang aktif di siang hari. Tarsius justru akan tertidur di siang hari dan aktif melakukan berbagai kegiatan di malam hari, termasuk mencari makanan. Biasanya mereka akan tertidur dengan berpegangan pada dahan pohon.

Mengutip dari laman Tersier Facts, spesies primata yang satu ini tidak membangun sarang layaknya burung. Kebanyakan mereka akan tidur di lubang pohon dan terbangun ketika matahari terbenam.

Beberapa fakta tentang tarsius sangat menarik untuk diketahui bukan? Apalagi keberadaanya kini yang hampir punah, membuatnya jadi hewan endemik yang dilindungi.