11 Peristiwa yang Terjadi Selama Perang Saudara Amerika

Selama awal Perang Saudara Amerika, banyak orang yang tidak tahu betapa brutal dan berdarahnya perang tersebut, sehingga mereka menonton pertempuran pertama dengan membawa keranjang piknik bersama beberapa teman mereka. Seperti yang dikatakan History, itulah yang dilakukan beberapa orang—termasuk beberapa anggota Kongres—pada 21 Juli 1862 di Manassas, Virginia, dengan perang yang dikenal sebagai Pertempuran Bull Run Pertama.

Mereka yang menonton pertempuran ini berharap bahwa Utara, yang lebih kaya dan lebih maju, akan dengan mudah mengalahkan Konfederasi dan perang akan segera berakhir hari itu juga. Sayangnya, pertempuran terjadi lebih menyeramkan dari apa yang diharapkan dan pasukan Selatan membalikkan keadaan, Union mundur dalam kekalahan dan para penonton melarikan diri.

Perang Saudara AS menewaskan lebih dari 600.000 orang, dan mungkin kita berasumsi bahwa sebagian besar kematian para tentara diakibatkan karena luka tembak. Tapi sebenarnya tidak.

Seperti yang dilaporkan PBS, sekitar dua pertiga kematian dalam Perang Saudara AS dikaitkan dengan penyakit, bukan peluru. Para dokter di rumah sakit lapangan tidak memiliki pemahaman tentang kuman atau bagaimana bakteri menyebabkan penyakit, dan sanitasi masih sangat buruk.

WVTF mencatat bahwa dari sekitar dua juta laki-laki yang bertugas di Union Army, 1,9 juta dilaporkan menderita diare parah — kemungkinan besar merupakan gejala disentri. Penyakit ini juga sangat mematikan akibat perawatan yang diberikan.

Kamp penjara militer selama Perang Saudara menjadi beberapa tempat terburuk yang pernah ada. American Battlefield Trust menjelaskan bahwa di penjara Andersonville saja 13.000 orang dari 45.000 tewas.

Utara sama buruknya, terutama kondisi di Kamp Penjara Elmira di New York. Hampir seperempat dari semua laki-laki yang dipenjara di sana meninggal. Kamp penjara juga kelebihan tahanan karena Union Army tidak ingin membebaskan tentara Konfederasi demi keuntungan tenaga kerja.

Menurut sejarawan Michael Horigan, di Elmira, para tahanan dijadikan ajang tontonan saat mereka dianiaya. Para penonton membayar untuk menyaksikan tentara Konfederasi tewas perlahan-lahan karena penyakit dan pelecehan umum.

Seperti yang dilaporkan Country Roads Magazine, Jenderal Jefferson C. Davis adalah komandan yang ditempatkan di bawah komando Jenderal William "Bull" Nelson dalam pertahanan Louisville, Kentucky. Namun, Nelson tidak puas dengan kinerja Davis, lalu memecatnya. Beberapa hari kemudian Davis bertemu Nelson di lobi hotel, lalu ia menembaknya hingga tewas di depan banyak orang.

Davis segera ditangkap, tetapi tidak pernah benar-benar didakwa. Di Washington, D.C. Davis direkomendasikan untuk diadili di pengadilan militer, tetapi ditolak oleh Menteri Perang Edwin Stanton. Davis tetap menjalani kariernya karena Union Army masih mempertahankannya. Bahkan, Davis kemudian diangkat menjadi gubernur militer Alaska ketika Amerika Serikat membeli wilayah itu dari Rusia.

Keadaan kedokteran Amerika di pertengahan abad ke-19 cukup memprihatinkan, bahkan dibandingkan dengan negara lain. Sebagaimana yang dicatat eHistory, operasi paling umum yang dilakukan oleh dokter Perang Sipil adalah amputasi, karena tidak ada pengobatan lain untuk mengatasi luka.

Lebih dari 20.000 tentara terbaring kesakitan setelah Pertempuran Shiloh, banyak yang mengasumsikan sebagian besar meninggal karena luka atau komplikasinya. Kecuali, para prajurit yang terluka ini mengalami tingkat kelangsungan hidup yang jauh lebih tinggi, dan tingkat infeksi yang rendah, karena saat sedang menunggu penyelamatan, luka-luka mereka bersinar.

Disebut Angel's Glow, fenomena yang menyelamatkan jiwa ini masih belum dapat dijelaskan selama hampir 140 tahun. Seperti yang dilaporkan oleh Promega Connections, pada tahun 2001 dua sarjana menyadari bahwa luka para prajurit kemungkinan terkontaminasi dengan bakteri yang dikenal sebagai Photorhabdus luminescens, yang bersinar dalam gelap dan hanya tumbuh dalam kondisi yang sangat spesifik. Bakteri melepaskan racun yang menghambat pertumbuhan organisme lain, sehingga menyelamatkan nyawa prajurit dengan mencegah infeksi sekunder.

Seperti dilansir OZY, Jack Hinson tinggal bersama keluarganya di perbatasan antara Kentucky dan Tennessee. Meskipun berpihak pada Selatan, dia sangat anti-pemisahan dan berusaha untuk tetap netral. Namun, kedua putranya ditangkap saat sedang berburu, dan dieksekusi dengan cara dipenggal karena dianggap sebagai tersangka gerilyawan Konfederasi, kepala mereka dipasang di pagar rumah Hinson sebagai peringatan.

Hinson bukanlah seorang prajurit, tetapi dia adalah seorang pemburu yang berpengalaman dan ahli sebagai penembak jitu. Dia memesan meriam khusus, Kentucky Rifle kaliber 50 dengan laras panjang 41 inci yang mampu mengenai sasaran dari jarak setengah mil.

Dia mulai melakukan pembunuhan berdarah dingin untuk membalaskan dendam kedua putranya, dan diperkirakan Hinson telah membunuh 100 petugas Union dengan menembaknya. Union Army akhirnya menunjuk empat resimen untuk memburu Hinson, tetapi dia tidak pernah ditangkap, dan meninggal pada tahun 1874.

Sebagaimana dicatat oleh The New England Historical Society, Thomas H. "Boston" Corbett pindah ke Boston dan menjadi anggota dari Gereja Methodist. Dia mengubah namanya menjadi Boston dan menjadi terkenal sebagai pengkhotbah jalanan.

Setelah bertugas di Union Army, Corbett ditangkap dan menjalani hukuman di kamp penjara Andersonville yang terkenal kejam, dia adalah bagian dari resimen yang dikirim untuk melacak John Wilkes Booth setelah pembunuhan Abraham Lincoln. Kemudian, Corbett menentang perintah atasannya dengan menembak Booth, karena dia percaya itulah yang Tuhan inginkan.

American Heritage melaporkan bahwa pada bulan April 1862, seorang perwira Angkatan Darat Union bernama Letnan A. L. Waddle meminta dua puluh tiga sukarelawan untuk melakukan misi berbahaya di belakang garis Konfederasi. Mereka ditugaskan untuk mengganggu dan merusak jalur kereta api di Selatan, dengan hanya satu jalur yang menghubungkan bagian timur dan barat Konfederasi.

National Medal of Honor Museum menceritakan bahwa mereka dipimpin oleh James J. Andrews. Lalu mereka membeli tiket dan menaiki lokomotif. Ketika kereta tiba di Kennesaw, Georgia, mereka membajak kereta dan mulai bergerak ke utara, merusak rel di dan memotong jaringan telegraf. Konfederasi mengejar mereka, dan tertangkap, delapan orang dieksekusi. Sembilan belas tentara yang terlibat menerima Medali Kehormatan pertama.

Diperkirakan sebanyak 20 persen prajurit di lapangan berusia di bawah 18 tahun. Ohio History Central mengungkapkan bahwa John Clem bergabung dengan Union Army saat dia baru berusia 10 tahun. Clem ditolak oleh beberapa unit karena usianya, sebelum akhirnya diterima di Resimen Infanteri Michigan ke-22. Tentara unit membelikannya seragam dan senjata, melatihnya untuk menjadi drummer boy mereka. Sebagian besar anak-anak yang bertugas dalam perang dimulai sebagai musisi tentara.

Pada Pertempuran Chickamauga di bulan September 1863, Clem tertangkap Konfederasi. Para prajurit musuh ini justru meledeki tubuh mungil Clem, dari sanalah Clem menembak seorang perwira dan melarikan diri untuk kembali ke resimen. Ia menjadi terkenal sebagai Drummer Boy of Chickamauga. Clem tetap di ketentaraan sepanjang kariernya, pensiun pada tahun 1915 sebagai Jenderal bintang 2, veteran Perang Saudara yang terakhir aktif.

Seperti yang dijelaskan The New York Times, pengenalan senapan dalam Perang Saudara mengubah cara tentara bertempur. Keakuratan dan kemudahan pemuatannya membuat tentara bisa menembak dari jarak yang lebih jauh, dengan kecepatan yang lebih cepat.

Seperti yang ditulis oleh HistoryNet, saat ditembakkan, peluru jenis bola Minié atau bola Minie ini alasnya akan melebar hingga berlekuk, menjadikannya akurat untuk jarak jauh. Jika mengenai manusia, ia berubah bentuk dan hancur, membuat kerusakan luar biasa yang menyebabkan amputasi dan kematian yang lambat serta menyakitkan.

Penemuan bola mini mengubah taktik medan perang—dan secara langsung bertanggung jawab atas tingkat korban yang sangat tinggi dari Perang Saudara.

Warga New York City tidak mendukung Union. Seperti yang dijelaskan History.com, New York melakukan banyak bisnis dengan Selatan, dan bahkan ada pembicaraan untuk bergabung dengan Konfederasi. Namun, kota itu sudah dalam kekacauan ketika Undang-Undang Rancangan Militer Perang Sipil diberlakukan pada musim panas 1863.

Seperti yang dijelaskan oleh Smithsonian Magazine, ini adalah rancangan paksa pertama dalam sejarah AS yang kontroversial. Kelas pekerja sangat dirugikan dalam undang-undang ini.

Jadi, warga New York memberontak. Selama empat hari terjadi kekerasan dan perusakan yang meluas—dan mereka menyasar penduduk kulit hitam, karena mereka takut jika kulit hitam akan mengambil pekerjaan mereka. Kerusuhan menyebar ke kota-kota lain, tetapi New York adalah pusatnya. Akibatnya, 119 orang tewas, tetapi sejarawan setuju bahwa jumlah kematian sebenarnya mendekati 1.200.

Perang Saudara jelas memengaruhi moralitas seseorang selama peperangan, yang mengubah bagaimana seseorang bertindak, dan mungkin setelah membaca faktanya di atas, kita dibuat menggelengkan kepala karena keheranan.