Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

12 Hewan Paling Berbahaya di Afrika, Hati-hati!

ilustrasi ular piton (pixabay.com/sipa)

Afrika dianggap sebagai rumah bagi hewan-hewan berbahaya dan buas yang masih bebas berkeliaran. Oleh sebab itu, Afrika digambarkan dalam film dokumenter sebagai benua yang mematikan. Saking alaminya, banyak wisatawan yang datang ke benua tersebut untuk melihat langsung hewan liar di sana.

Di sisi lain, para pemburu hewan di Afrika kesulitan memburu lima jenis hewan ini karena dianggap buas: macan tutul, gajah, singa, badak, dan kerbau Afrika. Hewan-hewan ini hanyalah segelintir hewan paling berbahaya di Afrika. Sebenarnya, ada serangga yang juga mematikan, lho, di Afrika.

Meski mematikan, hewan-hewan di Afrika ini juga berada dalam bahaya. Pasalnya, perambahan habitat dan perburuan liar yang terjadi di Afrika membuat hewan-hewan ini hampir punah. Alhasil, hewan-hewan mematikan ini jadi lebih dekat dengan pemukiman manusia sehingga memperburuk hubungan manusia dengan hewan tersebut. Jadi, mari kita cari tahu beberapa hewan paling berbahaya di Afrika.

1. Ular mamba hitam

Ular mamba hitam (commons.wikimedia.org/Ryanvanhuyssteen)

Serangan hewan terbanyak di Afrika adalah ular. National Geographic melaporkan bahwa di benua ini terdapat 500.000 orang yang digigit ular berbisa setiap tahunnya, dan menewaskan sekitar 30.000. Semua ular berbisa di Afrika memang berbahaya, tapi ada satu ular berbisa yang sangat berbahaya dan mematikan, yakni black mamba atau mamba hitam.

Black mamba adalah spesies Elapidae, yang termasuk di antaranya adalah ular kobra. Ular jenis ini memiliki racun yang mengandung neurotoksin dan kardiotoksin. Kandungan racun ini sangatlah mematikan karena dapat merusak saraf dan otot jantung korbannya sehingga melumpuhkan sistem pernapasan.

Ular mamba hitam panjangnya bisa mencapai 4 meter. Ia lebih suka tinggal di tanah dan akan bangkit jika merasa terancam. Black mamba juga akan melebarkan tudung mirip ular kobra saat menyerang korbannya, dan biasanya menyerang berkali-kali dengan mengeluarkan racun (bisa) yang sangat mematikan. Jika antivenom tidak segera diberikan dalam waktu 20 menit, kemungkinan besar korbannya akan meninggal.

Nah, meskipun Afrika memiliki beragam ular berbisa, tapi ketersediaan antivenom masih terbatas. Hal ini karena rendahnya anggaran untuk membuat antivenom. Pasalnya, untuk menghasilkan antivenom black mamba, peneliti harus mengekstrak bisa ular tersebut dan kemudian diproses secara mendalam di laboratorium. Prosesnya memerlukan biaya yang sangat mahal. Sementara itu, negara-negara di Afrika biasanya tidak memiliki sumber daya moneter untuk menyediakan pasokan antivenom secara merata dalam jumlah yang banyak dan siap pakai.

2. Singa

ilustrasi singa (pixabay.com/antonytrivet)

Sebagai predator asli terbesar di Afrika, singa merupakan salah satu hewan paling berbahaya di Afrika. Berat singa jantan dewasa dapat mencapai 190 kilogram dan panjang taringnya hampir 10 sentimeter. Untuk bertahan hidup, singa butuh 7 kilogram daging per hari, tetapi singa bisa melahap lebih dari itu dalam sekali makan, karena singa tidak seperti manusia yang makan 3 kali sehari.

Mengerikannya lagi, singa Afrika juga memangsa manusia. Salah satu contohnya adalah singa Tsavo yang memangsa 35 pekerja kereta api di Tsavo, Kenya. 2 singa ini akhirnya diburu oleh Letnan Kolonel John Henry Patterson, yang menceritakan kisah ini dalam sebuah memoar yang berjudul The Man-Eaters of Tsavo (1907).

Kematian akibat serangan singa di Tanzania berjumlah 100 orang per tahun. Karena populasi singa mengalami penurunan drastis akibat penebangan hutan oleh manusia, jumlah serangan pun ikut menurun.

3. Nyamuk

ilustrasi nyamuk (pixabay.com/Pete)

Salah satu hewan paling mematikan di Afrika adalah nyamuk. Nyamuk memang dikenal sebagai faktor utama penyebaran penyakit. Arbovirus yang ditularkan olehnya terdiri dari 36 jenis virus asli Afrika yang ditularkan melalui gigitan nyamuk betina. Penyakit-penyakit ini di antaranya Zika, demam kuning, dan juga malaria. 

Nyamuk Anopheles adalah vektor utama penyebaran malaria di Afrika sub-Sahara. Dalam laporan 2022, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa dari 229 juta kasus malaria di seluruh dunia, 94 persennya terjadi di Afrika. Artinya, dari 409.000 kematian akibat malaria setiap tahunnya, hampir seluruhnya terjadi di benua ini. Yang lebih menyedihkannya lagi, 67 persen dari kematian tersebut terjadi pada anak-anak di bawah usia 5 tahun. 3 negara teratas yang terkena dampak malaria adalah Nigeria, Republik Demokratik Kongo, dan Tanzania.

4. Kerbau afrika

kerbau Afrika (unsplash.com/ZACHARY PEARSON)

Salah satu hewan paling berbahaya di Afrika selanjutnya adalah kerbau afrika. Kerbau ini memiliki berat hingga 700 kilogram, lho. Mereka biasanya hidup berkelompok dan di dalam satu koloni, terdiri dari 50 hingga 500 ekor kerbau.

Secara naluriah, kerbau afrika berperilaku defensif ketika mereka terancam dengan mengejar apapun yang dianggap sebagai ancaman. Mereka mampu berlari dengan kecepatan 60 kilometer per jam. Selain itu, kerbau afrika sangat agresif. Semakin kita melawan, semakin agresif pula mereka menyerang.

Salah satu kasusnya menimpa seorang pemburu paruh baya bernama Claude Kleynhans. Dilansir laporan The Independent, pada 2018, Kleynhans diserang oleh sekawanan kerbau Afrika setelah memburu kerbau Afrika. Dia tidak sadar kalau sekawanan kerbau afrika ini mengikutinya, saat dia sedang memasukkan hasil buruannya ke dalam truk. Akibatnya, Kleynhans tewas karena di serang hewan besar itu. Diketahui 200 orang tewas setiap tahunnya karena serangan kerbau afrika.

5. Kuda nil

ilustrasi kuda nil (pixabay.com/Udo)

Tahu gak, sih, kalau berat kuda nil jantan dewasa mencapai lebih dari 4.000 kilogram. Itu mengapa hewan ini disebut sebagai mamalia darat terbesar ketiga di dunia. Nah, meskipun kuda nil ini diasumsikan sebagai hewan herbivor. Namun sebenarnya tidak seperti itu. Penelitian menunjukkan bahwa jika kelaparan, kuda nil juga bisa memakan daging, termasuk dari spesies mereka sendiri, lho.

Di samping itu, kuda nil bisa sangat berbahaya jika mereka merasa terancam, terutama dari segi mempertahankan wilayah teritorialnya. Di lain hal, kuda nil jauh lebih berbahaya jika berada di air, karena mereka mampu berlari lebih cepat di air ketimbang di darat. Seperti yang dilaporkan Inside Edition, kuda nil bahkan bisa mengejar speedboat, lho.

Selain kecepatannya dan bobot tubuhnya yang besar, kuda nil juga memiliki taring dan gigi yang besar. Siapapun pasti takut melihatnya. Seperti yang dilansir The Washington Post, pada 2014, 12 anak-anak dan 1 orang dewasa dibunuh sekawanan kuda nil setelah perahu mereka dibalikkan oleh kuda nil di Nigeria. Di Afrika pula, kuda nil juga menyerang kawanan ternak, menginjak-injak tanaman, dan merusak penangkapan ikan. Diperkirakan 500 orang tewas akibat serangan kuda nil di benua tersebut.

6. Gajah afrika

ilustrasi gajah (pexels.com/Amar Hussain)

Gajah afrika memiliki berat yang bisa mencapai 7 ton. Selain itu, gadingnya yang sangat kuat digunakan untuk menggali lubang air selama musim kemarau. Tak hanya itu, kotorannya bisa menyuburkan tanah dan menyebarkan benih.

Sayangnya, habitat gajah afrika dirambah oleh manusia sehingga gajah sering masuk ke pemukiman warga dan merusak lahan pertanian. Tak heran, petani sering menembak gajah karena kesal dengan kehadiran mereka yang suka merusak tanaman.

Akan tetapi, ada kasus di mana gajah afrika juga menyerang petani. Salah satu kasusnya terjadi pada Theunis Botha. BBC melaporkan bahwa pada 2017, Theunis Botha tewas tertindih seekor gajah betina ketika Botha mencoba menembaknya. Itu sebabnya, sekitar 500 orang per tahun tewas akibat serangan gajah di Afrika.

7. Buaya nil

Buaya Nil (Crocodylus niloticus) di Cagar Alam Nasional Shimba Hills, Kenya. (commons.wikimedia.org/stuart Burns)

Meskipun disebut buaya nil, ternyata buaya ini juga ditemukan di setiap jalur sungai utama di Afrika. Memiliki panjang hingga 4 meter lebih dan berat 250 kilogram, buaya ini suka menyerang apa pun yang ada di dekat mereka, termasuk manusia. Itu sebabnya, buaya nil sangat ditakuti oleh warga Afrika yang tinggal di pinggiran sungai.

Serangan buaya nil sangat tidak terduga. Buaya ini hampir tidak kelihatan saat berada di air. Hanya terlihat samar-samar ketika lubang hidung dan matanya muncul di permukaan air. Buaya nil biasa melakukan hal ini untuk mengamati mangsanya.

Buaya nil menyerang mangsanya secara tak terduga. Buaya nil juga bisa melompat tinggi dari panjang tubuhnya untuk menangkap mangsanya. Buaya nil akan melumpuhkan mangsanya dengan meremukkannya hingga tak bernyawa, tapi jika terlalu besar, buaya nil akan menariknya ke dalam air dan menenggelamkannya. Saat inilah buaya nil akan mencabik-cabik mangsanya hingga menjadi potongan-potongan daging. Akibatnya, sekitar 200 orang tewas per tahunnya karena serangan buaya nil.

8. Hyena tutul

ilustrasi hyena tutul Afrika (commons.wikimedia.org/Regina Hart)

Hyena tutul atau dubuk terkenal sebagai hewan pemakan daging yang pengecut. Namun, siapa sangka kalau mereka lebih pandai berburu ketimbang singa. Seorang ahli zoologi bernama Arjun Dheer, mengamati hyena tutul di Tanzania, yang ternyata lebih aktif berburu dibandingkan singa. Bekerja sama dengan kelompoknya, hyena tutul mampu melumpuhkan mangsa besar seperti kerbau.

Selain itu, gigitan hyena tutul sangatlah berbahaya. Kekuatan gigitan hyena tutul adalah 1.100 PSI, atau setara dengan buaya, gorila, dan kuda nil. Dengan kata lain, seekor hyena bisa mengunyah tulang gajah dengan sangat mudah.

Pada 2020, CNN melaporkan bahwa sekawanan hyena tutul menyeret seorang laki-laki asal Zimbabwe yang berusia 87 tahun dari gubuknya yang terbuat dari lumpur dan kayu. Saat warga desa menemukan mayatnya, separuh tubuhnya telah hilang. Nah, kemungkinan hal ini terjadi karena habitat mereka yang telah rusak, dan hal seperti ini akan terus membuat manusia dan hyena tutul mengalami perselisihan. 

9. Ular piton batu Afrika

ilustrasi ular piton (pixabay.com/sipa)

African rock python atau ular piton batu afrika adalah spesies ular terbesar di Afrika dan salah satu yang paling berbahaya. Ular ini mematikan bukan karena berbisa seperti ular mamba hitam atau puff adder, tapi karena ia adalah ular besar yang tidak segan-segan membunuh mangsanya. Ular besar ini biasanya akan melilit dan dan meremas mangsanya hingga mati. Lalu menggunakan rahangnya yang sangat fleksibel untuk menelan korbannya secara utuh. Di Kenya, ada video di mana reptil ini sedang menelan hyena. 

Seperti dilansir Journal of Herpetology, yang berjudul A Fatal Attack on a Young Boy by an African Rock Python Python (1980), bahwa pada 1979, seorang remaja laki-laki berusia 14 tahun dililit oleh ular piton batu afrika. Penduduk desa yang mengetahui hal itu sempat mencoba menyelamatkannya dengan memukuli ular itu menggunakan semacam kapak. Ular tersebut pun melepaskan remaja itu. Sayangnya, remaja itu sudah meninggal.

10. Badak afrika

ilustrasi badak Afrika (unsplash.com/Kevin Folk)

Badak adalah hewan besar yang berbahaya, tapi secara statistik hanya ada sedikit insiden yang menewaskan manusia karena serangan badak di Afrika. Pasalnya, badak hampir terancam punah akibat perburuan liar di Afrika untuk diambil culanya. Jumlah badak memang meningkat di beberapa wilayah dalam beberapa tahun terakhir karena perlindungannya yang sangat ketat, tapi badak hitam utara dan badak putih utara di Afrika hampir punah.

Badak hitam afrika adalah badak yang lebih agresif dari dua spesies badak lainnya di Afrika. Di samping itu, badak memiliki berat sekitar 2.000 kilogram. Biasanya, badak akan menyerang dengan menggunakan tanduknya.

11. Lalat tsetse

ilustrasi lalat tsetse di Taman Nasional Gorongosa, Mozambik (commons.wikimedia.org/Judy Gallagher)

Tripanosomiasis, atau lebih dikenal sebagai penyakit tidur Afrika, adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit yang dibawa oleh lalat tsetse. Gejala penyakit ini meliputi demam, sakit kepala, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Kemudian pada fase kedua, parasit memasuki otak dan menginfeksi sistem saraf.

Akibatnya, korban akan mengalami kebingungan dan gangguan sensorik. Selain itu, korban juga menunjukkan perubahan perilaku dan jadi sering tidur. Menurut CDC, penyakit akut di Afrika Timur ini akan membunuh korbannya dalam hitungan bulan jika tidak diobati. Lalu daerah yang paling berisiko adalah daerah pedesaan.

Penyakit tidur masih menjadi masalah besar di Afrika. Endemiknya bahkan masih merebak hingga saat ini. Pada 1998 contohnya, diperkirakan terdapat 300.000 kasus penyakit tidur, dan di beberapa negara tertentu di Afrika bahkan menjadi penyebab kematian terbesar. Namun, pengendalian penyakit ini di Afrika membuahkan hasil, lantaran hanya terdapat 992 kasus yang dilaporkan pada 2019. Namun, ancaman lalat tsetse masih sangat menakutkan.

12. Macan tutul afrika

ilustrasi macan tutul (pixabay.com/IrmaB)

Macan tutul afrika adalah predator yang sangat lihai mengintai dan menyergap mangsanya. Selain itu, berat macan tutul afrika mencapai 70 kilogram. Meskipun macan tutul biasanya menghindari manusia, dan pandai bersembunyi di semak-semak, bukan berarti macan tutul tidak menyerang manusia, lho.

Misalnya saja, The Guardian melaporkan bahwa pada 2015, seekor macan tutul afrika menyerang seorang pemandu safari di Taman Nasional Kruger, Afrika Selatan, yang sedang mengendarai kendaraan terbuka. Beruntung, para wisatawan yang menemani pemandu ini berhasil mengusir macan tutul tersebut dengan memukulnya menggunakan kamera dan kendaraan lain yang mengikuti mobil mereka melindas kaki macan tutul tersebut.

Benua Afrika menjadi benua paling ditakuti karena hewan-hewan buas masih bebas berkeliaran. Meski begitu, kasus serangan hewan-hewan mematikan ini tidak terjadi begitu saja, melainkan ada faktor yang menyertainya, seperti saat hewan-hewan ini kelaparan, terancam, dan terganggu habitatnya. Di samping itu, lalat tsetse dan nyamuk juga menjadi serangga yang ditakuti karena ukurannya yang kecil dan gigitannya yang tidak disadari manusia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Amelia Solekha
EditorAmelia Solekha
Follow Us