5 Jenis Reptil yang Sanggup Memangsa Manusia, Ada Komodo!

Kalau membayangkan hewan yang sanggup memangsa manusia, pikiran pertama kita mungkin tertuju pada spesies kucing besar, beruang, ataupun hiu. Sedangkan kalau bicara reptil, kita pastinya sudah tahu kalau ada beberapa jenis di antaranya yang bisa membunuh manusia, misalnya berbagai jenis ular. Akan tetapi, kalau soal reptil yang sanggup berburu dan memangsa manusia, rasanya sangat sedikit sekali yang bisa diketahui.
Ada beberapa syarat bagi keluarga reptil yang bisa menargetkan manusia sebagai mangsa potensial. Mereka harus berukuran besar sehingga sanggup menelan manusia yang relatif berukuran besar, punya senjata atau cara berburu yang efektif agar bisa menjatuhkan manusia, dan hidup relatif dekat dengan pusat populasi manusia. Ternyata, ada beberapa jenis reptil yang memenuhi ketiga syarat utama itu, lho. Kali ini, mari kupas bersama-sama soal keluarga reptil yang sanggup memangsa manusia.
1. Buaya muara

Buaya muara atau buaya air asin (Crocodylus porosus) tak diragukan lagi adalah reptil paling besar di dunia. Meski panjang 2,3—7 meternya masih kalah dengan beberapa jenis ular, tetapi soal bobot tak ada reptil lain yang bisa mengalahkannya. Rata-rata memiliki bobot 150—300 kg, tetapi individu terbesar setidaknya bisa mencapai bobot 1.200 kg. Buaya ini bisa dibilang sangat fleksibel karena dapat hidup di kawasan air tawar, air payau, serta air asin.
Tak hanya habitat yang fleksibel, peta persebaran buaya muara pun terbilang sangat luas. Dilansir Britannica, buaya ini ditemukan mulai dari kawasan Asia Selatan hingga Australia. Artinya, negara-negara seperti India, Bangladesh, Sri Lanka, Myanmar, Malaysia, Singapura, Brunei, Filipina, Indonesia, Timor Leste, Kepulauan Solomon, Papua Nugini, hingga pesisir utara Australia.
Buaya muara sendiri merupakan predator puncak yang menyergap mangsa ketika lengah di dekat badan air. Dengan kekuatan gigitan terkuat kedua dari hewan lain di seluruh dunia, yaitu sekitar 3.700 psi, menyeret mamalia yang berbobot ratusan kilogram tentu sangat mudah bagi buaya ini. Lebih-lebih lagi, reptil ini dipersenjatai dengan gigi-gigi yang sangat tajam sepanjang 13 cm.
Ada cukup banyak catatan serangan dari buaya muara terhadap manusia. Biasanya, ketika seseorang beraktivitas di sekitar sungai dan tak fokus dengan keadaan sekeliling, buaya yang sedang lapar bisa saja menganggapnya sebagai mangsa yang potensial. Kalau sudah tergigit dan diseret ke dalam air oleh predator raksasa ini, biasanya tak akan berakhir dengan baik.
Maka dari itu, di negara-negara tempat buaya ini ditemukan, biasanya ada larangan keras untuk berenang ataupun berada di sekitar badan air yang jadi rumah buaya muara. Selain itu, biasanya buaya muara yang diketahui sudah membunuh dan mengonsumsi manusia akan diburu ataupun direlokasi. Oceana melansir bahwa biasanya buaya muara yang memburu manusia itu ada dalam kondisi kelaparan. Sebab, pada kondisi normal, biasanya buaya ini akan menghindari kontak dengan manusia.
Di lain sisi, kita pun sebenarnya juga sama-sama sering memburu buaya muara. Biasanya, buaya ini diburu untuk dimanfaatkan daging dan telurnya untuk dikonsumsi. Selain itu, kulit mereka juga sangat berharga untuk menciptakan berbagai benda fesyen, semisal tas, ikat pinggang, dan sepatu.
Perburuan ini sebenarnya berakibat buruk bagi populasi buaya muara. Selain berkurang jumlah individunya, peta persebaran mereka pun sebenarnya turut tergerus. Sebab, dulunya buaya ini bisa ditemukan di seluruh Asia Tenggara, tetapi kini sudah tak dapat dijumpai di Thailand, Laos, Kamboja, dan Vietnam.
2. Sanca kembang

Dalam keluarga ular, sanca kembang (Python reticulatus) merupakan spesies dengan ukuran paling panjang di dunia. Rata-rata panjang yang diraih oleh ular yang memiliki motif berlian di sisiknya ini sekitar 4,78—6 meter, tetapi ada beberapa individu yang bisa mencapai panjang 9—10 meter. Sedangkan bobot dari ular ini berkisar antara 75—175 kg.
Sanca kembang hidup di sekitar Asia Selatan dan Asia Tenggara. Bangladesh, Vietnam Filipina, dan Indonesia jadi peta persebaran utama dari ular yang satu ini. Animal Diversity melansir bahwa sanca kembang bisa ditemukan di kawasan hutan hujan tropis ataupun padang rumput. Menariknya, mereka biasa ditemukan di daerah yang cukup tinggi, yakni sekitar 1.200—2.500 mdpl.
Serupa dengan banyak ular tak berbisa lainnya, sanca kembang menggunakan taktik penyergapan untuk berburu. Mereka akan berbaur dengan vegetasi di sekitarnya sambil menunggu calon mangsa mendekat. Setelah itu, ular ini akan menerjang dengan kekuatan tubuhnya, mencengkeram mangsa dengan taringnya yang melipat ke arah dalam sehingga bisa mengunci tubuh mangsa, dan ditutup dengan lilitan tubuh yang sangat kuat sampai si mangsa mati lemas.
Berkat ukurannya yang masif, sanca kembang bisa berburu hewan dengan ukuran relatif besar. Mamalia besar seperti rusa, babi hutan, atau bahkan beruang madu bisa saja diterkam oleh ular ini. Maka tak heran kalau ada sejumlah kasus di mana manusialah yang jadi mangsa mereka. Biasanya, manusia yang diterkam dan dikonsumsi tinggal dekat dengan habitat sanca kembang, sedang sendirian, dan tak sadar dengan keberadaan ular ini di sekitar mereka.
Selain orang yang hidup dekat dengan habitatnya, Britannica menyebut bahwa korban lain umumnya adalah pemelihara sanca kembang. Kasus serangan pada manusia ini sebenarnya terbilang jarang. Namun, biasanya ketika serangan itu terjadi, hasilnya tak akan baik bagi manusia yang menjadi korban maupun si ular yang umumnya akan diburu agar bisa mengeluarkan korban dari dalam perutnya.
3. Buaya nil

Keluarga reptil terbesar kedua di dunia ternyata masih dipegang oleh spesies buaya. Kali ini ada buaya nil (Crocodylus niloticus) yang juga berukuran masif. Panjangnya sekitar 3,5—5 meter dan bobotnya 225—500 kg. Pada individu terbesar, panjangnya bisa mencapai 6 meter lebih dengan bobot sekitar 1 ton. Sesuai dengan namanya, mereka hidup di sepanjang Sungai Nil. Akan tetapi, ternyata buaya yang satu ini tak terbatas pada satu habitat itu saja, lho.
Dilansir National Geographic, buaya nil dapat hidup di kawasan sub-Sahara dan Pulau Madagaskar. Di tempat-tempat itu, buaya ini hidup di sekitar rawa-rawa, danau, sampai sungai-sungai kecil. Sementara untuk pilihan makanan, buaya nil bisa dibilang lebih berani dari buaya muara. Pasalnya, mereka biasa menargetkan hewan-hewan dengan ukuran fantastis sebagai mangsa potensial.
Berbagai jenis rusa, wildebeest, zebra, kerbau afrika, kucing besar, anak gajah, anak kuda nil, hingga jerapah sekalipun tak luput dari serangan buaya nil. Mereka inilah hewan dengan kekuatan gigitan terbesar di dunia, yakni mencapai 5.000 psi, mengutip Science Focus. Sebagai perbandingan, rata-rata kekuatan gigitan yang bisa dihasilkan manusia hanya sebesar 162 psi saja.
Meski secara ukuran masih sedikit lebih kecil dari buaya muara, sebenarnya buaya nil bisa dibilang lebih berbahaya, khususnya bagi manusia. Buaya ini sangat teritorial dan agresif pada siapa saja yang ada di dekatnya, sekalipun tak bermaksud mengusiknya. Belum lagi, habitat mereka sangat dekat dengan populasi manusia sehingga konflik tak bisa dihindari.
Biasanya, masyarakat yang sedang beraktivitas di sekitar sungai jadi korban dari buaya nil karena dikira sebagai mangsa yang potensial. Tiap tahunnya, ada sekitar 200 serangan buaya nil kepada manusia yang berakibat fatal. Jumlah ini tentunya jadi yang paling besar dari reptil lain dalam daftar ini.
4. Anakonda hijau

Kalau sanca kembang jadi ular paling panjang, maka anakonda hijau (Eunectes murinus) lah yang jadi ular paling berat di dunia. Panjang rata-rata mereka sekitar 2,7—4,5 meter, tetapi individu terbesar bisa mencapai panjang 8,8 meter. Sementara bobotnya berkisar 31—68 kg, dengan individu terbesar bisa seberat 250 kg. Habitat utama dari ular ini adalah kawasan hutan hujan, rawa, anak sungai dengan aliran pelan di sekitar Hutan Amazon.
Itu berarti, anakonda hijau bisa ditemui di Brazil, Paraguay, Venezuela, Peru, Bolivia, Ekuador, Guyana dan Trinidad. Ular besar ini lebih suka menghabiskan waktu di dalam air ketimbang berbaur dengan lingkungan sekitar di daratan. Tempat favoritnya ini juga sekaligus jadi spot berburu paling ideal bagi anakonda hijau. Sebab, mereka bisa menunggu sampai mangsa potensial lewat dan langsung menyergapnya dari dalam air.
Smithsonian National Zoo melansir bahwa pilihan makanan anakonda hijau sangat luas. Kapibara, berbagai jenis rusa, babi hutan, burung berukuran besar, sampai buaya kaiman jadi beberapa jenis mangsa berukuran besar yang sanggup ditelan ular ini. Manusia pun tak luput dari sergapan anakonda hijau, meskipun kasus ini sebenarnya sangat jarang terjadi.
Sama seperti sanca kembang, anakonda hijau akan menggigit korban dengan kuat sambil berusaha melilitnya hingga tak bisa bergerak. Kemudian, si ular perlahan akan mengeratkan lilitannya tiap kali korban menarik dan menghembuskan nafas. Perilaku memburu manusia ini hanya akan dilakukan anakonda hijau saat sedang kelaparan dan kebetulan ada manusia yang melintas di dekat mereka tanpa perlindungan.
5. Komodo

Komodo (Varanus komodoensis) merupakan jenis kadal terbesar di dunia. Reptil endemik Indonesia ini tumbuh dengan panjang maksimal 3 meter dan bobot 70—166 kg. Komodo hanya bisa ditemukan secara eksklusif di Pulau Komodo dan pulau-pulau kecil lain di sekitarnya. Mereka hidup di sekitar padang rumput maupun sabana dengan curah hujan yang relatif rendah.
Dilansir Britannica, komodo secara mengejutkan mampu berlari cukup cepat, yaitu hingga 20 km per jam. Selain itu, mereka dipersenjatai dengan kuku yang tajam, indra penciuman yang sangat hebat, dan gigi tajam dengan saliva berbahaya. Saliva dari komodo ini diketahui beracun karena jadi rumah bagi berbagai jenis bakteri. Racun ini dapat menghambat pembekuan darah sehingga luka yang dibuat dari bekas gigitan komodo akan terus mengucurkan darah hingga akhirnya mati kehabisan darah.
Racun pada saliva komodo ini sayangnya bekerja secara perlahan-lahan sehingga sang korban dipastikan akan menderita dari infeksi karena bekas luka yang tak kunjung tertutup. Berkat saliva ini, komodo sanggup memburu berbagai jenis hewan yang ukurannya berkali-kali lipat ukuran mereka. Kerbau, rusa, dan babi liar tak luput dari daftar makanan komodo. Cukup dengan satu gigitan saja, komodo bisa menjatuhkan hewan-hewan tersebut tanpa perlu susah payah mengejar-ngejarnya.
Oleh karena habitat mereka yang dekat dengan pemukiman manusia, konflik antara keduanya jelas tak terhindari. Komodo diketahui bisa menyerang manusia jika merasa lapar ataupun terusik. Kasus fatal akibat konflik dengan komodo sebenarnya sangat jarang terjadi, tetapi reptil ini tetap saja bisa memakan manusia. Bahkan, komodo juga terlihat menggali kuburan manusia demi bisa memperoleh makanan dengan mudah.
Siapa sangka, ya, kalau tiga dari lima reptil yang ada dalam daftar ini bisa ditemukan di Indonesia. Itu artinya, kita harus selalu waspada di mana pun berada karena bisa saja bertemu dengan reptil-reptil pemakan manusia ini. Kalau terlanjur bertemu, selalu ingat untuk jaga jarak aman sambil pergi dan peringatkan orang lain agar tidak mendekati reptil-reptil raksasa ini, ya!