4 Fakta Danau Indah yang Ternyata Pembunuh Massal di Kamerun

- Danau Nyos menyimpan "bom waktu" karbon dioksida
- Pemicu misterius sebabkan bencana pada 1986
- Awan beracun menelan korban jiwa dalam senyap
Sebuah danau kawah yang tenang di barat laut Kamerun menyimpan sejarah kelam yang tak terlupakan. Pada 21 Agustus 1986, Danau Nyos secara tiba-tiba melepaskan awan gas raksasa yang tak terlihat dan tak berbau, menyebabkan kematian ribuan orang dan hewan ternak di desa-desa sekitarnya dalam semalam. Peristiwa ini menjadi salah satu bencana alam paling aneh dan mematikan dalam sejarah modern, meninggalkan luka mendalam bagi masyarakat setempat.
Tragedi tersebut terjadi begitu cepat dan senyap, banyak korban meninggal dunia dalam tidur mereka tanpa sempat menyadari bahaya yang datang. Awan gas karbon dioksida (CO2) yang lebih berat dari udara ini menyebar melalui lembah-lembah, menggantikan oksigen dan menyebabkan asfiksia atau mati lemas bagi siapa pun yang berada di jalurnya. Bencana ini sontak menarik perhatian dunia dan para ilmuwan bergegas mencari tahu penyebab di balik ledakan mematikan dari danau yang tampak damai ini.
1. Danau Nyos menyimpan "bom waktu" karbon dioksida

Danau Nyos terletak di kawah gunung berapi yang tidak aktif dalam rangkaian gunung berapi yang dikenal sebagai Garis Vulkanik Kamerun. Di bawah danau, terdapat kantong magma yang terus-menerus melepaskan karbon dioksida ke dalam air dari dasar danau. Selama berabad-abad, gas ini larut dan terakumulasi dalam jumlah sangat besar di lapisan air paling bawah dan paling dingin, ditahan oleh tekanan air di atasnya, mirip seperti gas soda yang terperangkap dalam botol tertutup.
Kondisi danau yang dalam dan tidak sering mengalami percampuran air (stratifikasi) membuat gas CO2 ini semakin pekat di dasar. Dilansir dari Eos.org, para ilmuwan meyakini bahwa danau ini menjadi jenuh dengan karbon dioksida, menciptakan sebuah "bom waktu" alami. Fenomena ini sangat langka dan hanya terjadi di beberapa danau vulkanik di seluruh dunia, menjadikan Danau Nyos dan danau tetangganya, Monoun, sebagai lokasi dua satu-satunya erupsi limnik yang pernah tercatat dalam sejarah.
2. Pemicu misterius sebabkan bencana pada 1986

Meskipun para ilmuwan setuju bahwa penyebab utama bencana adalah pelepasan CO2 secara masif, pemicu pastinya pada malam nahas itu masih menjadi bahan perdebatan. Beberapa teori yang paling kuat menunjukkan adanya longsoran batu dari salah satu dinding kawah ke dalam danau. Guncangan dari longsoran ini diduga mengganggu lapisan air yang stabil, menyebabkan air di dasar yang kaya gas naik ke permukaan dengan cepat.
Saat air yang jenuh CO2 itu mencapai permukaan, tekanan yang menahannya seketika hilang. Menurut laporan Britannica, hal ini menyebabkan gas keluar dari larutan secara eksplosif, mirip dengan membuka botol soda yang sudah dikocok kuat. Proses ini melepaskan sekitar 1,2 kilometer kubik gas CO2 dalam waktu singkat. Teori lain mencakup gempa bumi kecil, letusan vulkanik kecil di dasar danau, atau bahkan hujan deras yang mendinginkan permukaan danau dan memicu percampuran air, meskipun bukti untuk teori-teori ini kurang kuat.
3. Awan beracun menelan korban jiwa dalam senyap

Awan karbon dioksida yang dilepaskan diperkirakan mencapai ketinggian 100 meter dan bergerak dengan kecepatan hingga 50 kilometer per jam. Karena CO2 satu setengah kali lebih padat dari udara, awan gas ini menuruni lereng bukit dan menyapu lembah-lembah, menyelimuti desa-desa seperti Nyos, Kam, Cha, dan Subum. Dalam hitungan menit, udara di desa-desa tersebut tergantikan oleh gas beracun yang mematikan ini.
Akibatnya, lebih dari 1.700 orang dan sekitar 3.500 hewan ternak tewas karena kekurangan oksigen. Para penyintas menceritakan pemandangan mengerikan keesokan paginya, menemukan anggota keluarga dan tetangga mereka tewas tanpa tanda-tanda perlawanan. Dilansir dari History.com, beberapa penyintas melaporkan mendengar suara gemuruh dan mencium bau seperti telur busuk atau mesiu, yang mengindikasikan adanya gas vulkanik lain dalam jumlah kecil. Setelah tragedi itu, air danau yang biasanya biru berubah menjadi merah tua karena air kaya zat besi dari dasar danau naik ke permukaan dan teroksidasi.
4. Ilmuwan berupaya mencegah tragedi serupa terulang

Untuk mencegah bencana serupa di masa depan, sebuah proyek internasional diluncurkan untuk "menjinakkan" Danau Nyos. Para ilmuwan dan insinyur merancang sistem penyedotan gas atau degassing untuk melepaskan CO2 yang terperangkap secara perlahan dan aman.[ Pada tahun 2001, pipa pertama dipasang di danau. Pipa ini bekerja dengan mengangkat air dari dasar danau ke permukaan.
Prinsipnya sederhana, begitu air yang kaya gas mulai naik melalui pipa, penurunan tekanan menyebabkan gas mulai menggelembung. Gelembung-gelembung ini mendorong air ke atas lebih cepat, menciptakan efek siphon yang berkelanjutan tanpa memerlukan pompa eksternal. Dilansir dari VOA, dua pipa tambahan kemudian dipasang pada tahun 2011 untuk mempercepat proses tersebut. Upaya ini berhasil mengurangi konsentrasi CO2 di danau secara signifikan, membuatnya jauh lebih aman hari ini, meskipun pemantauan terus dilakukan karena gas masih terus merembes dari bawah danau.
Tragedi Danau Nyos menjadi pengingat yang kuat akan bahaya tersembunyi yang bisa ada di alam. Berkat ilmu pengetahuan dan kerja sama internasional, risiko bencana serupa di masa depan telah jauh berkurang.

















