Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Ilmiah Mengapa Daerah Gundul Lebih Mudah Terkena Banjir

ilustrasi penebangan hutan
ilustrasi penebangan hutan (unsplash.com/Annie Spratt)
Intinya sih...
  • Hilangnya vegetasi mengurangi daya serap tanah
  • Aliran permukaan meningkat secara drastis
  • Erosi tanah memperparah risiko banjir
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Banjir sering kali dianggap sebagai bencana alam yang hanya diakibatkan oleh hujan deras. Padahal, kondisi lingkungan memiliki peran besar dalam menentukan seberapa parah dampak hujan terhadap suatu wilayah. Daerah yang kehilangan tutupan vegetasi terbukti jauh lebih rentan mengalami banjir dibandingkan kawasan dengan hutan atau penutup lahan alami.

Secara ilmiah, vegetasi berfungsi sebagai pengatur aliran air dalam sistem alam. Ketika pohon dan tanaman hilang, keseimbangan antara air hujan, tanah, dan aliran permukaan ikut terganggu. Inilah sebabnya kawasan gundul hampir selalu menjadi titik rawan genangan hingga banjir besar.

1. Hilangnya vegetasi mengurangi daya serap tanah

ilustrasi penebangan hutan (pexels.com/Pok Rie)
ilustrasi penebangan hutan (pexels.com/Pok Rie)

Vegetasi berfungsi sebagai pintu masuk utama air hujan ke dalam tanah melalui proses infiltration. Akar tanaman menciptakan pori alami yang memungkinkan air meresap secara perlahan ke lapisan tanah yang lebih dalam. Ketika pohon dan semak hilang, struktur tanah menjadi lebih padat dan sulit ditembus air.

Akibatnya, air hujan lebih banyak mengalir di permukaan dibandingkan meresap ke tanah. Aliran permukaan ini meningkatkan volume air yang bergerak cepat menuju sungai atau dataran rendah. Dalam waktu singkat, debit air melonjak dan memicu banjir meskipun curah hujan tidak tergolong ekstrem.

2. Aliran permukaan meningkat secara drastis

ilustrasi banjir
ilustrasi banjir (pexels.com/Dibakar Roy)

Daerah gundul cenderung mengalami peningkatan surface runoff yang signifikan. Tanpa tajuk daun dan serasah, air hujan langsung menghantam tanah dengan energi tinggi, terutama saat hujan deras berdurasi lama. Kondisi ini membuat air sulit tertahan dan segera mengalir mengikuti kemiringan lahan.

Peningkatan aliran permukaan menyebabkan sungai menerima limpasan air dalam waktu bersamaan. Sistem sungai yang seharusnya menerima air secara bertahap menjadi kewalahan dan kehilangan kapasitas alaminya. Situasi ini menjelaskan mengapa banjir di wilayah gundul sering terjadi lebih cepat dan dengan intensitas yang lebih tinggi.

3. Erosi tanah memperparah risiko banjir

ilustrasi tanah longsor (pexels.com/Franklin Peña Gutierrez)
ilustrasi tanah longsor (pexels.com/Franklin Peña Gutierrez)

Tanpa perlindungan vegetasi, tanah menjadi sangat rentan terhadap erosi. Partikel tanah mudah terbawa aliran air hujan dan masuk ke sungai, terutama saat intensitas hujan tinggi dan berlangsung lama. Proses ini meningkatkan sedimentasi yang mengubah bentuk dasar sungai secara perlahan.

Sedimentasi mengurangi kapasitas sungai untuk menampung air. Sungai yang dangkal akan lebih cepat meluap saat debit meningkat, bahkan pada hujan dengan durasi relatif singkat. Dalam jangka panjang, erosi akibat lahan gundul menciptakan siklus berulang antara pendangkalan sungai dan kejadian banjir yang semakin sering.

4. Hilangnya fungsi penahan air alami

ilustrasi hutan
ilustrasi hutan (pexels.com/Lum3n)

Hutan dan vegetasi berperan sebagai sistem penyangga air alami yang sangat efektif. Ekosistem ini mampu menyimpan air hujan dalam lapisan tanah, serasah, dan jaringan akar, lalu melepaskannya secara perlahan melalui proses groundwater recharge. Mekanisme tersebut menjaga keseimbangan antara air permukaan dan air tanah, terutama pada musim hujan. Daerah gundul kehilangan kemampuan ini sehingga air tidak memiliki ruang untuk ditahan.

Ketika hujan deras terjadi, hampir seluruh volume air bergerak cepat ke hilir tanpa hambatan. Tidak ada mekanisme alami yang mampu memperlambat aliran, menyerap air, atau mendistribusikannya ke lapisan tanah yang lebih dalam. Kondisi ini menyebabkan lonjakan debit air dalam waktu singkat. Akibatnya, banjir menjadi lebih tinggi, terjadi lebih cepat, dan durasinya lebih merusak bagi wilayah di sepanjang aliran sungai maupun dataran rendah sekitarnya.

5. Perubahan mikroiklim memengaruhi siklus air

ilustrasi hutan
ilustrasi hutan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Vegetasi berperan penting dalam menjaga keseimbangan mikroiklim melalui proses evapotranspiration. Daun melepaskan uap air yang membantu mengatur kelembapan dan suhu lokal. Hilangnya vegetasi menyebabkan peningkatan suhu permukaan dan perubahan pola kelembapan.

Perubahan mikroiklim ini memengaruhi perilaku hujan dan aliran air. Tanah yang lebih panas dan kering sulit menyerap air secara efektif. Ketika hujan turun, air lebih mudah mengalir di permukaan dan meningkatkan risiko banjir dalam waktu singkat.

Berdasarkan penjelasan ilmiah tersebut, banjir di daerah gundul bukanlah kejadian acak. Banjir merupakan salah satu konsekuensi langsung dari rusaknya fungsi ekologis lahan. Pemulihan vegetasi dan pengelolaan lingkungan yang berbasis sains menjadi upaya dalam mencegah banjir.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us

Latest in Science

See More

[QUIZ] Apakah Kucingmu Kesepian? Cari Tahu Tandanya dari Kuis Ini

20 Des 2025, 13:10 WIBScience