4 Spesies Cumi yang Bisa Menyala dalam Gelap, Membantu untuk Berburu

Bioluminesensi adalah fenomena alam yang memungkinkan makhluk hidup menghasilkan cahaya di tubuhnya. Salah satu kelompok hewan yang memanfaatkan kemampuan ini adalah cumi-cumi. Tidak hanya untuk bertahan hidup, cahaya yang dihasilkan oleh cumi digunakan untuk berburu, menyamarkan diri, hingga berkomunikasi.
Artikel ini akan membahas empat spesies cumi yang memiliki kemampuan luar biasa untuk menyala dalam gelap. Mari kita telusuri keunikan setiap spesies dan bagaimana mereka menggunakan cahaya untuk beradaptasi di lingkungan yang gelap gulita.
1. Cumi Bobtail Hawaii (Euprymna scolopes)

Cumi bobtail hawaii terkenal karena hubungannya yang unik dengan bakteri bioluminesen vibrio fischeri. Dilansir Frontiers, bakteri ini tinggal di organ cahaya pada tubuh cumi dan membantu menghasilkan cahaya untuk menyamarkan bayangannya dari predator. Dengan strategi yang disebut counterillumination, cumi ini dapat menyesuaikan cahaya yang dipancarkan dengan intensitas cahaya bulan dan bintang, sehingga sulit terlihat oleh predator maupun mangsanya.
Sebagai makhluk kecil yang hidup di perairan dangkal, cumi bobtail ini juga memanfaatkan cahaya untuk berkomunikasi dengan sesama spesies. Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa bioluminesensi ini dikontrol oleh molekul kimia tertentu yang juga berperan dalam meningkatkan intensitas cahaya. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan simbiosis ini telah berevolusi untuk mendukung kelangsungan hidup kedua pihak.
2. Cumi Humboldt (Dosidicus gigas)

Cumi humboldt dikenal sebagai salah satu predator agresif di lautan dalam. Mereka menggunakan organ bioluminesen yang disebut fotofor untuk memancarkan cahaya sebagai isyarat dalam berburu dan komunikasi kelompok.
Fotofor ini unik karena tidak hanya memancarkan cahaya ke luar tetapi juga menerangi tubuh mereka sendiri. Dilansir Smithsonian Magazine, cahaya tersebut membantu menonjolkan pola warna pada tubuh, yang sering digunakan untuk mengkoordinasikan perburuan bersama.
Dalam kelompok besar, cumi humboldt menggunakan flickering atau pola kedipan cahaya untuk menghindari tabrakan dengan sesama anggota kelompok. Fenomena ini membuktikan pentingnya cahaya dalam menjaga keseimbangan dan efisiensi selama berburu.
3. Cumi Hooked Deep-Sea (Taningia danae)

Cumi ini adalah spesies langka yang memiliki fotofor besar di ujung dua lengannya. Cahaya terang dari fotofor digunakan untuk mengejutkan dan membingungkan mangsa sebelum menyerang.
Dengan panjang tubuh mencapai 75 cm, cumi ini hidup di kedalaman lebih dari 1000 meter di Samoan Passage. Fotofor mereka dianggap sebagai yang terbesar di dunia bioluminesen, menjadikannya spesies yang unik di antara cumi-cumi lainnya. Keunikan taningia danae jarang terlihat langsung di habitat aslinya, menjadikan setiap observasi tentang spesies ini sangat berharga bagi para peneliti.
4. Cumi Vampire (Vampyroteuthis infernalis)

Meski disebut vampire, cumi ini bukanlah predator ganas. Mereka memanfaatkan bioluminesensi untuk mengalihkan perhatian predator. Cumi vampire memiliki organ bioluminesen kecil yang disebut photogenic organs pada tubuhnya.
Karena hidup di kedalaman ekstrem, mereka juga memanfaatkan bioluminesensi untuk menciptakan kilauan palsu yang mengelabui predator. Strategi ini memungkinkan mereka melarikan diri tanpa perlu bertarung.
Selain itu, spesies ini memiliki kebiasaan menarik, yakni menggunakan cahaya untuk berkomunikasi dan mengidentifikasi sesama spesies di lingkungan laut dalam yang gelap gulita.
Keempat spesies cumi ini menunjukkan bagaimana bioluminesensi menjadi alat yang sangat penting untuk bertahan hidup di lingkungan laut yang gelap. Dari menyamarkan diri hingga berburu dan berkomunikasi, cahaya yang mereka hasilkan adalah bukti adaptasi luar biasa di dunia bawah laut.