Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Burung Hantu dari Genus Ketupa yang Tinggal di Asia Tenggara

ilustrasi burung hantu (commons.wikimedia.org/Soumyajit Nandy)
Intinya sih...
  • Burung hantu Strigiformes terbagi atas 27 genus dan lebih dari 200 spesies yang masih hidup hingga kini.
  • Ketupa flavipes dapat ditemukan di Nepal, Bangladesh, India, China, Bhutan, Laos, Myanmar, dan Vietnam. Populasinya mengalami penurunan.
  • Ketupa zeylonensis memiliki wilayah persebaran yang luas namun kerap dibunuh selama Festival Diwali di India.

Berani jamin, semua orang pasti tahu nama hewan di atas. Yup, itu adalah burung hantu, predator bersayap dari ordo Strigiformes. Mereka mudah dikenali berkat matanya yang besar, wajahnya yang bulat atau berbentuk hati, paruhnya yang bengkok, dan cakarnya yang tajam.

Strigiformes terbagi atas dua famili (Strigidae dan Tytonidae), 27 genus, serta lebih dari 200 spesies yang masih hidup hingga kini. Kali ini, kita akan mengenal lebih dekat beberapa spesies burung hantu dari genus Ketupa yang menghuni Asia Tenggara. Scroll down, please!

1. Ketupa flavipes

ilustrasi Ketupa flavipes (commons.wikimedia.org/Hans Stieglitz)

Daftar ini dibuka dengan Ketupa flavipes alias tawny fish owl, yang dapat ditemukan di hutan Nepal, Bangladesh, India, China, Bhutan, Laos, Myanmar, dan Vietnam. Burung yang mempunyai jumbai telinga ini panjangnya 48–61 sentimeter dengan berat 2,05–2,65 kilogram. Makanannya sangat bervariasi, mulai dari ikan, udang, kepiting, katak, kodok, ular, tikus, ayam hutan, burung pegar, hingga landak kecil dan bebek Mandarin (Aix galericulata).

Ketupa flavipes bertengger tidak jauh dari sungai, biasanya berkisar antara 20–550 meter saja. Di sisi lain, mereka cenderung menghindari pemukiman manusia, lahan pertanian, dan padang rumput. Walau dikategorikan sebagai spesies berisiko rendah (least concern), belakangan ini populasinya mengalami penurunan.

2. Ketupa zeylonensis

ilustrasi Ketupa zeylonensis (commons.wikimedia.org/Hedayeat Ullah)

Berikutnya adalah Ketupa zeylonensis, yang juga dikenal sebagai brown fish owl. Wilayah persebarannya sangat luas, dari Turki, Iran, Pakistan, Sri Lanka, India, Nepal, China, Bangladesh, Kamboja, Laos, Myanmar, Vietnam, Thailand, dan Malaysia. Temukan mereka di hutan dataran rendah, perkebunan, area pesisir, di sekitar waduk dan sawah, di sepanjang kanal, hingga kaki bukit.

Panjangnya kurang lebih 48–61 sentimeter dengan lebar sayap 125–140 sentimeter dan berat 1,1–2,5 kilogram. Di bawah jari-jari kakinya terdapat tekstur kasar yang membantu mereka mencengkeram ikan yang licin. Mereka lebih suka berburu di air yang tenang, seperti danau, kolam ikan hias, atau tambak ikan komersial.

Sayangnya, Ketupa zeylonensis kerap dibunuh selama Festival Diwali di India karena dianggap mengandung roh jahat. Bahkan, ada yang membunuhnya untuk memperoleh kekuatan ilmu hitam! Hal-hal lain yang turut mengancamnya adalah tidak sengaja terpapar rodentisida (racun tikus) dan banyak sumber air yang mengering (membuatnya kesulitan mendapatkan mangsa).

3. Ketupa ketupu

ilustrasi Ketupa ketupu (commons.wikimedia.org/Rushen)

Beralih ke Ketupa ketupu atau buffy fish owl, yang merupakan spesies terkecil dalam genus Ketupa. Panjangnya hanya 40–48 sentimeter dengan berat 1,02–2,10 kilogram. Kamu bisa menjumpainya di hutan dan perkebunan Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei, Vietnam, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Bangladesh, hingga ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut.

Spesies ini tidak pilih-pilih makanan. Mereka diketahui mengonsumsi ikan, kepiting, katak, tikus, kelelawar buah, ayam hutan, burung, ular, reptil kecil, serangga, sigung, sampai bangkai hewan! Setiap musim kawin, Ketupa ketupu hanya bertelur sebanyak satu butir dan akan menetas 28–29 hari kemudian.

4. Ketupa philippensis

ilustrasi Ketupa philippensis (commons.wikimedia.org/Michael Hurben)

Sesuai namanya, Ketupa philippensis alias Philippine eagle-owl merupakan hewan endemik Filipina. Mereka menghuni Pulau Catanduanes, Bohol, Luzon, Samar, Mindanao, Leyte, serta Sibuyan. Dulunya, mereka adalah anggota genus Bubo, lalu dipindah ke genus Ketupa.

Pemakan amfibi dan hewan pengerat ini panjangnya 40–50 sentimeter. Biasanya, burung betina berukuran lebih besar daripada burung jantan. Awalnya Ketupa philippensis berstatus genting (endangered) karena perburuan liar, perdagangan ilegal, serta penggundulan hutan, namun telah pulih dan kini digolongkan sebagai spesies yang paling tidak mengkhawatirkan.

5. Ketupa sumatrana

ilustrasi Ketupa sumatrana (commons.wikimedia.org/John Tan S H)
ilustrasi Ketupa sumatrana (commons.wikimedia.org/John Tan S H)

Sama seperti spesies sebelumnya, Ketupa sumatrana atau barred eagle-owl dahulu ditempatkan di genus Bubo. Burung dengan nama lokal beluk jampuk ini hidup di beberapa negara, seperti Indonesia (spesifiknya Pulau Sumatra, Jawa, dan Kalimantan), Malaysia, serta Thailand. Tak berbeda dengan kerabatnya, hutan dan perkebunan adalah habitatnya.

Ketupa sumatrana terdiri dari tiga subspesies, yakni Ketupa sumatrana sumatrana, Ketupa sumatrana strepitans, dan Ketupa sumatrana tenuifasciata. Makanannya bukan hanya belalang, kumbang, tikus, ular, dan burung, tetapi juga monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Mirisnya, hewan yang dapat tumbuh sepanjang 45,5–46,5 sentimeter ini status konservasinya hampir terancam punah (near threatened).

Cukup mudah untuk mengenali burung hantu dari genus Ketupa karena mereka mempunyai jumbai telinga yang khas. Apakah kamu pernah menjumpainya secara langsung di alam liar?

Referensi:
National Geographic. Diakses pada Desember 2024. “Owls”.
Animalia. Diakses pada Desember 2024. “Tawny Fish Owl”.
Animalia. Diakses pada Desember 2024. “Brown Fish Owl”.
Animalia. Diakses pada Desember 2024. “Buffy Fish Owl”.
Animalia. Diakses pada Desember 2024. “Philippine Eagle Owl”.
Birds of Singapore. Diakses pada Desember 2024. “Barred Eagle-Owl”.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nena Zakiah
EditorNena Zakiah
Follow Us