5 Fakta Atlantic Puffin, Burung Laut yang Dijuluki Badut Samudra

- Paruhnya berubah warna cerah saat musim kawin untuk menarik pasangan
- Puffin adalah ahli menyelam yang tangguh di laut dingin, mampu menahan napas hingga satu menit
- Puffin suka hidup berkoloni di tebing curam dan punya cara unik menyimpan ikan di paruhnya
Burung laut memang selalu punya daya tarik tersendiri. Dari sekian banyak jenis yang hidup di pesisir Atlantik Utara, atlantic puffin (Fratercula arctica) adalah salah satu yang paling mencuri perhatian. Paruhnya yang berwarna cerah, tubuh gempalnya, dan ekspresinya yang seperti tersenyum membuat siapa pun terpesona. Tak heran kalau burung ini dijuluki clown of the sea alias badut samudra karena penampilannya yang lucu dan penuh warna.
Meski terlihat menggemaskan, atlantic puffin punya banyak sisi menarik yang gak semua orang tahu. Mulai dari gaya hidupnya di tengah laut lepas, cara uniknya menyimpan makanan, sampai peran pentingnya dalam ekosistem laut yang menakjubkan. Yuk, kenalan lebih dekat dengan burung mungil penuh pesona ini lewat lima fakta menarik berikut!
1. Paruhnya berwarna cerah saat musim kawin

Salah satu hal paling khas dari atlantic puffin adalah paruhnya yang oranye terang, tapi ternyata warna mencolok itu cuma muncul di musim kawin. Di luar musim tersebut, warna paruhnya berubah jadi kusam dan agak keabu-abuan. Para peneliti menemukan bahwa warna cerah itu berfungsi untuk menarik pasangan, mirip seperti cara burung merak memamerkan bulu indahnya.
Ketika musim kawin selesai, burung ini akan melepaskan bagian luar paruhnya sehingga warnanya kembali normal. Proses ini membuatnya tampak berbeda dari waktu ke waktu. Jadi kalau suatu hari melihat foto puffin dengan paruh yang kurang berwarna, bukan berarti burung itu sakit atau tua, tapi mungkin lagi off-season aja.
2. Ahli menyelam yang tangguh di laut dingin

Meskipun terlihat lucu dan agak kaku di daratan, puffin justru luar biasa gesit di air. Burung ini bisa menyelam sampai kedalaman lebih dari 60 meter untuk berburu ikan kecil seperti sarden dan capelin. Sayapnya digunakan layaknya sirip, sementara kakinya membantu menjaga keseimbangan saat berenang cepat di bawah permukaan air.
Menariknya, puffin juga bisa menahan napas hingga satu menit saat menyelam. Tubuhnya yang ramping dan bulu tahan air membuatnya tetap hangat meski berada di laut sedingin Atlantik Utara. Jadi, di balik wajah imutnya, puffin sebenarnya adalah atlet penyelam sejati yang tangguh menghadapi kerasnya samudra.
3. Suka hidup berkoloni di tebing curam

Puffin termasuk burung sosial yang hidup berkelompok besar, terutama di tebing-tebing curam dekat laut. Mereka membuat sarang dengan menggali lubang di tanah atau memanfaatkan celah batu yang terlindung dari angin. Koloni besar puffin ini bisa berisi ribuan pasangan yang semuanya sibuk mengurus telur dan anak mereka.
Kehidupan di koloni bukan cuma soal bertahan, tapi juga membangun komunitas. Burung-burung ini sering terlihat saling menyapa dengan paruh, membersihkan bulu satu sama lain, atau sekadar duduk berdampingan menikmati angin laut. Ada kesan hangat dan rukun di antara mereka, seperti keluarga besar yang saling menjaga.
4. Punya cara unik menyimpan ikan di paruh

Fakta satu ini sering bikin kagum siapa pun yang melihatnya. Puffin punya kemampuan luar biasa untuk membawa banyak ikan di paruhnya sekaligus tanpa menjatuhkannya. Berkat struktur lidah dan paruh yang unik, seekor puffin bisa membawa sampai sepuluh ekor ikan kecil sekaligus!
Cara ini sangat efisien buat memberi makan anak-anaknya tanpa bolak-balik ke laut terlalu sering. Mereka akan terbang kembali ke sarang dengan mulut penuh ikan, sementara anak-anak puffin menunggu dengan sabar di dalam lubang. Keahlian ini bukan cuma menghemat tenaga, tapi juga menunjukkan kecerdikan luar biasa dalam bertahan hidup.
5. Populasinya mulai terancam perubahan iklim

Sayangnya, di balik segala pesonanya, populasi atlantic puffin mulai menurun akibat perubahan iklim dan penangkapan ikan berlebihan. Ikan-ikan kecil yang jadi makanan utama mereka semakin sulit ditemukan di beberapa wilayah Atlantik Utara. Hal ini membuat banyak puffin gagal memberi makan anak-anaknya, terutama saat musim berkembang biak.
Perubahan suhu laut juga membuat tempat bersarang mereka terancam abrasi dan badai yang lebih sering. Karena itu, berbagai organisasi konservasi mulai gencar melakukan perlindungan terhadap habitat puffin. Saatnya ikut peduli dengan menjaga laut tetap bersih dan mendukung upaya pelestarian satwa laut yang menakjubkan ini.
Atlantic puffin bukan cuma burung laut biasa. Dari warna paruhnya yang memikat, cara menyelamnya yang tangguh, sampai kehidupan koloninya yang hangat, semua menunjukkan betapa luar biasanya makhluk mungil ini. Meski populasinya terancam, harapan tetap ada kalau manusia mau ikut menjaga keseimbangan ekosistem laut. Jadi, mari terus belajar dan peduli terhadap keindahan alam yang luar biasa ini.


















