Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengenal Zona Mati, Wilayah Perairan yang Kekurangan Oksigen

potret udara potensi zona mati di Danau Erie di Amerika Utara (dok. NASA via twitter.com/LakeScientist)
potret udara potensi zona mati di Danau Erie di Amerika Utara (dok. NASA via twitter.com/LakeScientist)

Dead zone atau zona mati adalah sebuah istilah yang sejak lama jadi perhatian para pengamat lingkungan. Bukan hanya mereka yang harus khawatir, zona mati sudah meluas di berbagai perairan dan mengancam mata pencaharian nelayan. Zona mati juga mengurangi satu lagi sumber pangan manusia.

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan zona mati? Apa saja bahaya yang mengancam? Mari mengenal zona mati, wilayah perairan yang kekurangan oksigen!

1. Zona mati diawali dengan proses eutrofikasi

potret udara zona mati di Laut Baltik (twitter.com/NASAEarth)
potret udara zona mati di Laut Baltik (twitter.com/NASAEarth)

Merujuk jurnal Global Change Biology tulisan Altieri dan Gedan, zona mati terbentuk karena hipoksia, yaitu berkurangnya kadar oksigen di sebuah wilayah perairan. Untuk bisa mencapai tahap zona mati, perairan biasanya akan mengalami yang disebut sebagai eutrofikasi.

Proses tersebut terjadi ketika tidak ada penghalang yang mengendalikan proses fotositensis alga dan fitoplankton di perairan. Bisa karena berkurangnya populasi predator, tingginya karbon dioksida dan nitrogen, peningkatan eksposur sinar matahari, serta keberadaan nutrisi berlebih. 

Ketika populasi alga dan fitoplankton meningkat, mereka akan mengikat oksigen yang larut di air dan membuat perairan mengalami kondisi hipoksik. Itulah mengapa biasanya alga bloom atau ledakan populasi alga hanya bertahan sebentar. Air tidak akan lagi mampu mendukung kehidupan organisme karena minimnya oksigen.

2. Disebabkan oleh eksploitasi berlebihan, penggunaan pupuk kimia, dan pemanasan global

udang (pixabay.com/Robert Owen Wahl)
udang (pixabay.com/Robert Owen Wahl)

Ilmuwan sepakat bahwa aktivitas manusia adalah alasan utama zona mati tercipta. Faktor pertama yang mendorong eutrofikasi adalah berkurangnya predator fitoplankton dan alga yang membuat populasi tidak terkontrol.

Seperti yang dijelaskan Philip Lymbery dalam bukunya berjudul Dead Zone: Where the Wild Things Were, predator ini bisa berupa ikan dan udang yang ditangkap sebagai sumber pangan manusia. Sering kali ditangkap dalam jumlah yang berlebih dan dengan teknik-teknik yang merusak dasar laut

Kedua, penggunaan pupuk kimia untuk pertanian yang sisanya bermuara ke lautan dan menyebabkan naiknya kadar nitrogen dan fosfat di perairan. Keduanya adalah nutrisi yang dibutuhkan tumbuhan, tetapi memicu eutrofikasi ketika jumlahnya berlebih. 

Altieri dan Gedan mengulik faktor pemanasan global sebagai salah satu penyebab eutrofikasi dan perairan anoksik. Menurut mereka, kenaikan temperatur memiliki kontribusi terhadap perluasan zona mati.

Hal ini terjadi karena air yang hangat memiliki tingkat kelarutan oksigen yang rendah. Itulah mengapa organisme laut memilih hidup di perairan yang lebih dalam dan menghindari permukaan yang terpapar matahari. Air yang hangat juga bisa meningkatkan metabolisme hewan sehingga kebutuhan mereka akan oksigen pun ikut naik.

3. Keberadaan zona mati

peta sebaran lahan pertanian di Amerika Serikat yang berpotensi mencemari Teluk Meksiko (twitter.com/NOAA)
peta sebaran lahan pertanian di Amerika Serikat yang berpotensi mencemari Teluk Meksiko (twitter.com/NOAA)

Zona mati terluas di dunia bisa ditemukan di Laut Hitam dan Laut Baltik. Bedanya, zona mati Laut Hitam tercipta secara alami, sementara Laut Baltik terbentuk karena polusi dari aktivitas manusia. 

Melansir National Geographic, hanya wilayah Laut Hitam yang bertemu dengan Laut Mediterania yang mengandung oksigen, sisanya tidak. Mirisnya, zona mati terus meluas setelah kemunculan pabrik-pabrik pupuk di Uni Soviet (kini Ukraina dan Rusia). 

Keberadaan zat sisa pupuk kimia dan air buangan dari limbah domestik menjadi penyebab munculnya zona mati di Laut Baltik. Ditambah dengan industri perikanan yang masif sudah mencapai ikan-ikan yang tinggal di perairan dalam. 

Zona mati lain juga bisa ditemukan di Teluk Meksiko, perairan Timur Amerika Serikat, Semenanjung Korea, dan Laut Jepang. Mereka terbentuk karena eksploitasi seafood besar-besaran dan sisa pupuk anorganik yang bermuara di laut akibat industri pertanian.

4. Efek dan bahaya zona mati yang terus meluas

potret permukaan air Sungai Thames di Inggris yang tercemar (twitter.com/GeorgeMonbiot)
potret permukaan air Sungai Thames di Inggris yang tercemar (twitter.com/GeorgeMonbiot)

Zona mati tidak bisa diabaikan. Fenomena ini bisa meluas dan susah dikembalikan seperti semula.

Hipoksia dalam air seperti siklus yang tak ada habisnya. Seperti yang dijelaskan Joyce dalam tulisannya "The Dead Zones: Oxygen-Starved Coastal Waters" di jurnal Environmental Health Perspective, air yang kadar oksigennya rendah akan memicu pengeluaran nitrogen dan fosfat dari sedimen. Kedua zat ini mendorong peningkatan populasi plankton dan alga berlebih.

Efek lain dari kondisi hipoksik adalah peningkatan karbon dioksida yang akan menyebabkan penurunan pH air. Ketika ini terjadi, air tak lagi bisa jadi habitat yang kondusif untuk hewan. Tingkat pH yang rendah akan mengubah keseimbangan ekosistem, mulai dari reproduksi dan pertumbuhan larva hingga rantai makanan. 

Perluasan zona mati terbukti sudah menimbulkan kerugian. Studi berjudul "Seafood Prices Reveal Impacts of a Major Ecological Disturbance" yang dilakukan Smith dkk dan didukung National Oceanic and Atmospheric Administration milik pemerintah Amerika Serikat pada 2016 menunjukkan bahwa hipoksia terbukti mengurangi populasi udang berukuran besar di Teluk Meksiko. Ini juga memengaruhi relativitas harganya terhadap udang-udang berukuran kecil.

5. Individu bisa berkontribusi mengendalikan efeknya

Aksi protes yang dilakukan Extinction Rebellion dengan menyebarkan pewarna hijau nonpolutan di sebuah sungai di Kopenhagen. (twitter.com/ExtinctionRDK)
Aksi protes yang dilakukan Extinction Rebellion dengan menyebarkan pewarna hijau nonpolutan di sebuah sungai di Kopenhagen. (twitter.com/ExtinctionRDK)

Pelaku industri dan pemerintah memang dituntut aktif melakukan berbagai langkah pencegahan dan perlambatan perluasan zona mati. Ini dilakukan dengan menerapkan prinsip keberlanjutan, menggunakan energi terbarukan, serta memperbaiki sistem pembuangan limbah domestik.

Sebagai manusia biasa, cara termudah yang bisa kita lakukan adalah mengurangi konsumsi makanan secara berlebihan. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, industri pertanian, perikanan, dan peternakan adalah sumber masalahnya. Pertanian besar selalu mengandalkan pupuk kimia yang hasilnya tidak hanya digunakan untuk pangan manusia, tetapi juga pakan hewan ternak di peternakan skala besar. 

Langkah lainnya adalah menanam lebih banyak pohon dan tanaman untuk membatasi wilayah perairan dengan daratan. Tujuannya menghalangi kelebihan nutrisi dari tanah larut ke air laut.

Zona mati bukan isu baru. Ia sudah ditemukan sejak 1970-an dan terbukti makin meluas pada 1990-an. Namun, sama seperti isu lingkungan lainnya, fenomena ini sering dianggap angin lalu dan manusia tidak berhenti memperburuk keadaan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us

Latest in Science

See More

Apakah Ikan Koki Bisa Hidup Tanpa Aerator?

02 Okt 2025, 22:24 WIBScience