5 Fakta Bulbul Telinga Cokelat, Burung Bersuara Nyaring yang Berisik

- Bulbul telinga cokelat sangat adaptif di lingkungan perkotaan, sering bersarang di pohon-pohon halaman rumah atau struktur buatan manusia.
- Pola makan bulbul tergantung pada musim, dari serangga hingga nektar bunga, dan berperan sebagai penyerbuk tumbuhan.
- Migrasi musiman bulbul tak tetap, pola migrasi dapat berubah seiring waktu, dan sering bergerombol dalam jumlah besar saat bermigrasi.
Burung bulbul telinga cokelat (Hypsipetes amaurotis) merupakan salah satu burung yang mudah dikenali di wilayah Asia Timur karena suara khas dan warnanya yang unik. Keberadaannya yang sering ditemui di perkotaan maupun daerah pedesaan membuat spesies ini menjadi salah satu burung paling akrab bagi masyarakat Jepang, Korea, hingga Taiwan.
Selain dikenal karena adaptasinya yang hebat, bulbul telinga cokelat ternyata punya banyak perilaku dan kebiasaan unik, mulai dari pola makan hingga perannya dalam ekosistem. Fakta-fakta berikut ini harus kamu perhatikan secara seksama untuk mengetahui lebih lanjut tentang bulbul telinga cokelat.
1. Bulbul telinga cokelat sangat adaptif di lingkungan perkotaan

Burung bulbul telinga cokelat tidak hanya hidup di hutan, tetapi juga sangat mudah ditemukan di taman kota, kebun, hingga area pemukiman padat. Kemampuan adaptasi ini membuat populasi bulbul tetap stabil bahkan di area yang mengalami urbanisasi pesat, seperti di Tokyo dan Seoul. Mereka dikenal sering bersarang di pohon-pohon halaman rumah atau bahkan di struktur buatan manusia seperti tiang dan bangunan rendah.
Adaptasi ini juga dipengaruhi oleh fleksibilitas pola makan dan perilaku sosial yang dinamis. Selain mencari makanan sendiri, bulbul sering membentuk kelompok besar terutama dalam musim migrasi, sehingga kehadirannya sangat mudah dikenali dari deretan suara nyaring yang mereka hasilkan sepanjang hari.
2. Pola makan yang tergantung pada musim

Bulbul telinga cokelat punya pola makan yang cukup unik dan bervariasi tergantung musim. Di musim panas, mereka lebih banyak mengonsumsi serangga, sementara di musim dingin, makanan utama mereka beralih ke buah-buahan, biji-bijian, dan nektar bunga, terutama dari pohon camelia atau sakura. Tak jarang, bulbul juga memakan daun dan bagian tanaman lain jika sumber makanan lain terbatas.
Menariknya, saat mereka mengisap nektar, tubuh bulbul kerap terkena serbuk sari dan ikut menyebarkannya dari satu bunga ke bunga lainnya. Itu sebabnya burung ini juga berperan sebagai penyerbuk di saat populasi serangga menurun pada musim-musim tertentu, membantu tumbuhan berbunga bisa berkembang meskipun sedikit polinator.
3. Migrasi musiman dengan pola tak terduga

Mayoritas bulbul telinga cokelat dikenal bermigrasi ke selatan pada musim dingin, tetapi pola migrasinya tidak selalu tetap dan bahkan berubah seiring waktu. Di masa lalu, burung ini cenderung bermigrasi jauh untuk menghindari cuaca dingin, tetapi kini semakin banyak yang bertahan di utara berkat perubahan cara bercocok tanam dan ketersediaan pangan sepanjang tahun.
Tidak hanya itu, penelitian baru menunjukkan bahwa migrasi mereka dapat dimulai lebih lambat di bagian utara dan berlangsung lebih dulu di wilayah selatan. Mereka sering bergerombol dalam jumlah besar saat bermigrasi, terkadang mencapai ratusan ekor, sehingga menciptakan pemandangan yang menarik bagi para pengamat burung di Jepang dan sekitarnya.
4. Bersuara nyaring dan dianggap berisik

Salah satu ciri khas bulbul telinga cokelat adalah suara panggilannya yang nyaring dan cenderung dianggap mengganggu bagi sebagian orang. Di Jepang, suara burung ini bahkan digambarkan sebagai salah satu suara paling tidak merdu yang diproduksi burung mana pun. Suara mereka yang melengking membentuk pola seperti “shreep” atau “weesp” dan sering terdengar dari pucuk pohon atau semak-semak.
Selain sebagai identitas individu dan kelompok, suara nyaring tersebut juga berfungsi untuk menandai wilayah, menarik pasangan, hingga memperingatkan bahaya pada anggota kelompok. Seruan bulbul umumnya bisa terdengar hampir sepanjang tahun dan kadang dianggap mengganggu petani atau warga kota, khususnya saat populasi burung ini sedang membludak.
5. Rentan terhadap predator dan parasitisme sarang

Meski punya sikap agresif dalam mempertahankan wilayah dan sumber makanan, bulbul telinga cokelat tidak lepas dari ancaman predator alami seperti elang, gagak, hingga kucing liar. Anak bulbul yang baru menetas juga kerap menjadi target ular dan hewan pemangsa lainnya. Ancaman lain datang dari burung kedasih atau cuckoo, yang sering menitipkan telur di sarang bulbul sehingga anak bulbul asli bisa tersisih.
Namun demikian, tingkat keberhasilan berkembang biak burung ini cukup tinggi karena mereka bisa bertelur lebih dari satu kali dalam semusim. Strategi ini membantu menjaga populasi tetap stabil meskipun banyak ancaman dari luar, baik alamiah maupun akibat perubahan lingkungan.
Burung bulbul telinga cokelat bukan hanya sekadar burung berisik di taman kota, tetapi juga makhluk adaptif yang punya peran penting dalam ekosistem, dari penyerbukan hingga menjaga keseimbangan rantai makanan. Fakta-fakta ini membuktikan bahwa keberadaan bulbul sangat layak dihargai, terlebih jika mengingat kontribusinya dalam mempertahankan keragaman hayati di Asia Timur.