Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Chandigarh, Kota Terencana Paling Aneh di Dunia

Le Corbusier's Palace of Assembly
le corbusier's palace of assembly (cdn.medcom.id/Roberto Conte)
Intinya sih...
  • Chandigarh dirancang mirip tubuh manusia, dengan setiap bagian kota memiliki fungsi spesifik dan teratur.
  • Sistem jalan Chandigarh menggunakan kode hierarki dan angka, membuat identitas jalan kurang personal.
  • Chandigarh tidak memiliki pusat kota tunggal, melainkan terdiri dari 56 sektor otonom untuk memenuhi kebutuhan warga.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di tengah India bagian utara, ada sebuah kota yang tidak tumbuh secara alami seperti kota lain di dunia—melainkan dirancang di atas kertas oleh seorang arsitek legendaris. Kota itu bernama Chandigarh, ibu kota ganda bagi negara bagian Punjab dan Haryana. Tidak seperti kota di India pada umumnya yang penuh labirin jalan dan pasar tradisional, Chandigarh justru tampil teratur, geometris, dan nyaris terlalu sempurna untuk dihuni manusia biasa.

Kota ini adalah hasil visi Le Corbusier, arsitek modernis Swiss-Prancis, yang ingin menciptakan kota untuk masa depan di era pascakolonial di India. Ia mendesain Chandigarh pada awal 1950-an dengan prinsip simetri, keteraturan, dan efisiensi ruang ala mesin. Tapi justru karena terlalu terencana, kota ini dianggap salah satu eksperimen urbanisme paling aneh di dunia modern. Berikut 5 fakta menarik kota Chandigarh.

1. Dirancang seperti tubuh manusia

Potret Kota Chandigarh
potret Kota Chandigarh (alightindia.com/youtube)

Le Corbusier membayangkan Chandigarh bukan sekadar kota, tapi makhluk hidup. Dilansir The Indian Express, Le Corbusier mendesain tata kotanya menyerupai anatomi tubuh manusia, di mana kepala adalah kompleks pemerintahan, jantung adalah sektor komersial, dan paru-paru adalah taman-taman hijau. Konsep ini disebut "The Living City", simbol kesatuan antara struktur dan fungsi.

Pendekatan ini membuat setiap bagian kota memiliki fungsi yang sangat spesifik. Warga tidak bisa membangun rumah atau toko di luar sektor yang sudah ditentukan. Akibatnya, Chandigarh menjadi kota dengan keteraturan ekstrem—efisien tapi terasa artifisial.

2. Setiap jalan memiliki hierarki dan nomor, bukan nama

Chandigarh Road
chandigarh road (commons.wikimedia.org/Unpetitprole)

Dilansir chandigarh.gov.in, tidak ada jalan bernama tokoh atau tokoh sejarah di Chandigarh; semua jalan diklasifikasikan berdasarkan fungsi dan diberi kode hierarki. Kota ini menerapkan sistem jalan yang disebut 7 Vs (V-1 hingga V-7), mulai dari jalan cepat penghubung kota hingga jalur pejalan kaki dan sepeda. Sistem ini memungkinkan lalu lintas kendaraan bermotor dan pejalan kaki dibedakan secara jelas untuk efisiensi dan keselamatan.

Meskipun dirancang untuk efisiensi, sistem ini membuat banyak pengunjung merasa kota terlalu teratur atau impersonal karena pola jalan yang konsisten dan terprediksi. Karena semua jalan mengikuti skema dan angka, identitas jalan-jalan terasa kurang personal dibanding kota tradisional yang penuh nama jalan historis. Namun, bagi para perencana kota, Chandigarh sering dijadikan studi kasus bagaimana hubungannya antara mobilitas, tata ruang, dan kehidupan warga secara sistematis.

3. Tidak ada pusat kota yang sebenarnya

Chandigarh and surrounding aerial photo
chandigarh and surrounding aerial photo (commons.wikimedia.org/Sumita Roy Dutta)

Berbeda dengan kebanyakan kota di dunia, Chandigarh tidak memiliki downtown atau pusat kota tunggal. Sebagai gantinya, kota ini dibagi menjadi 56 sektor otonom, masing-masing memiliki toko, sekolah, dan taman sendiri. Tujuannya agar warga bisa memenuhi semua kebutuhan dalam radius berjalan kaki.

Namun, akibat desain ini, kehidupan sosial menjadi tersebar dan kota kehilangan pusat energi manusia. Architectuul menyebutkan bahwa banyak pengunjung menyebut Chandigarh terasa seperti kota tanpa jiwa, tenang tapi terlalu steril. Meski begitu, sistem ini kini dipelajari oleh arsitek global sebagai model kota berdesentralisasi masa depan.

4. Arsitekturnya dibangun dari beton brutalisme

Palace of Assembly Chandigarh
palace of assembly Chandigarh (commons.wikimedia.org/UnpetitproleX)

Ciri khas Chandigarh adalah bangunan pemerintahnya yang megah namun keras—semuanya dari beton tebal bergaya brutalist. Le Corbusier percaya bahwa beton kasar bisa mencerminkan kejujuran arsitektur dan kekuatan bangsa yang baru merdeka. Gedung-gedung seperti Palace of Assembly dan Secretariat Building menjadi monumen modernisme klasik.

Meski revolusioner, banyak warga menganggap desain ini terlalu kaku dan tak nyaman di iklim panas India. Namun seiring waktu, gaya brutalism Chandigarh justru diakui UNESCO sebagai Warisan Dunia pada 2016. Kini, kota ini menjadi destinasi favorit bagi mahasiswa arsitektur dari seluruh dunia.

5. Kota ini diciptakan untuk menghapus jejak kolonialisme

Chandigarh Secretariat
chandigarh secretariat (commons.wikimedia.org/Lian Chang)

Ketika India merdeka pada tahun 1947 dan wilayah Punjab terbagi, ibu kota lama seperti Lahore jatuh ke Pakistan dan India kehilangan simbol kekuasaannya. Pemerintah India kemudian memutuskan membangun sebuah kota baru—yang bukan hasil pertumbuhan organik, tapi sebuah simbol kemerdekaan dan modernitas yaitu Chandigarh. Kota ini dirancang agar bukan sekadar tempat tinggal, tetapi manifestasi politik dan budaya dari bangsa yang baru merdeka.

Meski kota ini diciptakan sebagai lambang India baru, justru dirancang oleh arsitek asing dari Eropa, Le Corbusier, yang diundang untuk mewujudkan visi tersebut. Hasilnya adalah perpaduan antara ideologi modern Barat dan semangat bebas India pascakolonial. Chandigarh kini menjadi bukti bahwa sebuah kota bisa menjadi manifestasi ideologi dan aspirasi nasional, bukan hanya tempat tinggal umat manusia.

Chandigarh lahir dari mimpi besar: menciptakan tatanan baru setelah masa penjajahan. Kini, kota ini berdiri sebagai pengingat bahwa kemerdekaan bukan hanya soal politik, tapi juga keberanian untuk mendesain masa depan. Di setiap sudut kotanya, Chandigarh mengajarkan bahwa arsitektur bisa menjadi bahasa kebebasan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us

Latest in Science

See More

Fakta Hutan Primer, Ekosistem Penting yang Kian Terancam

22 Okt 2025, 22:04 WIBScience