Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Unik Diplura, Serangga Buta yang Bisa Menumbuhkan Antenanya

Diplura
diplura (commons.wikimedia.org/Marshal Hedin)
Intinya sih...
  • Diplura buta tapi bisa merasakan lingkungan dengan antena sensitif
  • Mampu regenerasi antena yang rusak dan merupakan serangga tertua di dunia
  • Bernapas langsung melalui kulit lembap, hidup sosial tanpa hierarki
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Tidak semua makhluk kecil yang hidup di bawah tanah bisa menandingi keanehan Diplura. Serangga mungil ini jarang terlihat karena menghabiskan hampir seluruh hidupnya di kegelapan tanah lembap. Namun, justru dari tempat tersembunyi itu, Diplura menyimpan keunikan biologis yang membuat para ilmuwan terpesona.

Meski tampak sederhana, Diplura termasuk salah satu serangga paling misterius di dunia. Ia tidak memiliki mata, hidup tanpa pigmentasi, dan mampu menumbuhkan kembali bagian tubuhnya yang hilang. Yuk kita simak 5 fakta unik Diplura si serangga buta!

1. Tidak memiliki mata, tapi tetap bisa melihat

Superfamili Japygoidea
superfamili japygoidea (inaturalist.org/Turner Brockman)

Diplura sepenuhnya buta—tidak ada struktur mata sama sekali di kepalanya. Dilansir evolution.berkeley.edu, serangga ini memiliki antena yang sangat sensitif terhadap getaran dan kelembapan, sehingga bisa merasakan lingkungannya tanpa perlu penglihatan. Dengan antena tersebut, Diplura mampu bergerak lincah di kegelapan tanah yang sempit.

Kemampuan ini membuat Diplura tetap efisien dalam mencari makanan dan menghindari predator di bawah permukaan tanah. Mereka membaca dunia melalui getaran dan perubahan udara mikro, mirip cara kelelawar menggunakan sonar—hanya saja tanpa suara. Adaptasi ini membuktikan bahwa evolusi punya banyak cara untuk menggantikan indra yang hilang.

2. Dapat menumbuhkan kembali antenanya

Genus Campodea
genus campodea (inaturalist.org/Thomas Cuypers)

Salah satu keajaiban biologis Diplura adalah kemampuannya melakukan regenerasi antena yang rusak atau terputus. Mengutip ScienceDirect, dalam beberapa minggu, bagian tubuh yang hilang bisa tumbuh kembali secara sempurna melalui proses pergantian kulit (molting). Ini membuat Diplura mampu memperbaiki diri dari cedera yang fatal bagi serangga lain.

Para ahli meyakini kemampuan ini terkait dengan metabolisme unik Diplura yang lambat dan siklus hidupnya yang panjang. Regenerasi menjadi kunci kelangsungan hidup di lingkungan bawah tanah yang keras, di mana kontak dengan partikel tajam atau predator sangat sering terjadi. Fenomena ini juga menjadi bahan studi menarik untuk riset bioteknologi regeneratif modern.

3. Salah satu serangga tertua di dunia

Famili Campodeidae
famili Campodeidae (inaturalist.org/niau-ba)

Natural History Museum London menyebutkan bahwa fosil serupa Diplura ditemukan berasal dari lebih 400 juta tahun lalu, menjadikannya salah satu kelompok serangga tertua di Bumi. Mereka diperkirakan sudah hidup jauh sebelum dinosaurus muncul, dengan sedikit perubahan dalam struktur tubuhnya hingga kini. Hal ini membuat Diplura dijuluki sebagai fosil hidup di dunia serangga.

Konsistensi bentuk tubuhnya selama jutaan tahun menandakan bahwa adaptasi mereka sudah sangat efisien. Tidak perlu perubahan besar, karena sistem hidup di bawah tanah memberi stabilitas lingkungan yang jarang berubah. Dengan begitu, Diplura menjadi saksi bisu perjalanan evolusi panjang serangga di planet ini.

4. Tidak punya paru paru, tapi tetap bernapas

Ekor Garpu (Ordo Diplura)
ekor garpu (ordo diplura) (inaturalist.org/MurderSpagurder)

Dilansir bugguide.net, berbeda dari banyak serangga lain, Diplura tidak memiliki sistem pernapasan dengan trakea yang kompleks. Mereka menyerap oksigen langsung melalui kulit tipis yang lembap—sistem yang hanya mungkin dilakukan karena tubuhnya berukuran sangat kecil. Mekanisme ini membuat mereka sangat bergantung pada kelembapan tanah untuk bertahan hidup.

Jika tanah tempat mereka tinggal mengering, Diplura bisa mati hanya dalam hitungan jam karena gagal bernapas. Itulah sebabnya mereka hanya ditemukan di tempat lembap seperti gua, lapisan serasah hutan, atau tanah humus. Adaptasi unik ini memperlihatkan keseimbangan rapuh antara anatomi dan lingkungan dalam dunia mikrofauna.

5. Hidup sosial tapi tanpa hierarki

Genus Campodea
genus campodea (inaturalist.org/Charles Van Arsdall)

Meski hidup di tempat tersembunyi, Diplura sering ditemukan bergerombol dalam koloni kecil. Mereka tidak memiliki struktur sosial seperti semut atau lebah, tetapi tetap berinteraksi melalui kontak antena dan sinyal kimia sederhana. Pola hidup ini memungkinkan mereka saling mengenali dan berbagi ruang.

Kehidupan sosial sederhana ini menunjukkan bahwa kerja sama tidak selalu harus diatur oleh sistem kompleks. Dalam dunia Diplura, keseimbangan dicapai melalui insting dan kepekaan, bukan hierarki. Dari mereka, kita belajar bahwa harmoni bisa lahir dari kesederhanaan dan adaptasi alami.

Diplura mungkin tampak kecil dan tak berarti, tetapi justru dari kesederhanaannya kita belajar tentang daya tahan hidup yang luar biasa. Tanpa mata dan hidup di kegelapan, serangga ini membuktikan bahwa adaptasi bisa mengambil bentuk yang paling tidak terduga. Dalam dunia yang terus berubah, Diplura menjadi simbol bahwa kehidupan selalu menemukan cara untuk bertahan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us

Latest in Science

See More

Fakta Hutan Primer, Ekosistem Penting yang Kian Terancam

22 Okt 2025, 22:04 WIBScience