Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Ferraria Crispa, Bunga Gurun yang Tampak Seperti Makhluk Laut

Ferraria crispa
ferraria crispa (inaturalist.org/Gérard Rolin)
Intinya sih...
  • Bentuk kelopak menyerupai makhluk laut dengan warna dan pola yang mencolok
  • Tumbuh dari umbi di musim hujan, bertahan di gurun dengan siklus hidup yang menarik
  • Aroma bervariasi dan habitat asli di Afrika Selatan yang terisolasi
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di padang pasir dan bebatuan kering di Provinsi Western dan Northern Cape, Afrika Selatan, tumbuh bunga yang tampak seolah berasal dari dunia laut: Ferraria crispa. Bentuknya seperti bintang laut dengan ujung kelopak bergelombang dan bercak-bercak gelap, menjadikannya sangat berbeda dari bunga kebanyakan. Namun keunikan visualnya bukan sekadar estetika—ia juga menawarkan adaptasi biologis yang luar biasa.

Meskipun berasal dari lingkungan kering dan keras, tanaman ini menunjukkan kapasitas bertahan yang tinggi dan mekanisme penyerbukan yang kreatif. Warna, bentuk, dan bahkan aroma bunga ini telah menarik perhatian pengamat tumbuhan karena tampilannya yang other-worldly. Yuk kita simak 5 fakta menarik dari Ferraria Crispa yang jarang diketahui!

1. Bentuk kelopak yang menyerupai makhluk laut

Ferraria crispa
ferraria crispa (inaturalist.org/Cameron Scott)

Kelopak Ferraria crispa memiliki tepi bergelombang yang tajam dan bentuknya menyerupai bintang laut atau ubur-ubur laut. Dilansir Artisan Plants, varian warnanya beragam—mulai dari krem pucat hingga cokelat tua dengan bercak-bercak keunguan yang terlihat mencolok di bawah sinar matahari gurun. Banyak pengamat botani menggambarkan bunga ini seperti karya surealis karena tampilannya yang seolah berasal dari dunia bawah laut.

Keunikan bentuk tersebut tidak hanya bersifat estetis. Tepi bergelombang dan pola kontras pada kelopaknya membantu menarik perhatian serangga penyerbuk tertentu, terutama lalat, yang tertarik pada pola visual tidak biasa. Evolusi bentuknya adalah contoh nyata bagaimana keindahan bisa berfungsi sekaligus sebagai strategi bertahan hidup di alam keras.

2. Tumbuh dari umbi di musim hujan

Ferraria crispa
ferraria crispa (inaturalist.org/Christina)

Tanaman ini termasuk jenis berumbi (cormous plant) yang tumbuh subur saat musim hujan dan beristirahat total di musim kering. Pacific Bulb Society menyebutkan bahwa saat curah hujan menurun, bagian atas tanaman mengering, tetapi umbinya tetap hidup di dalam tanah sebagai penyimpan energi. Strategi ini memungkinkan Ferraria crispa bertahan di gurun yang nyaris tanpa air sepanjang tahun.

Ketika musim hujan tiba, umbi tersebut menyerap air dengan cepat dan mendorong pertumbuhan tunas serta bunga baru. Siklus hidup ini meniru pola tanaman gurun lain, tetapi Ferraria crispa menonjol karena mekar dengan warna-warna intens di waktu ketika lanskap sekitarnya tampak mati. Ia seolah menjadi simbol kehidupan yang muncul dari kekeringan.

3. Aroma yang beragam—dari harum manis hingga bau busuk

Ferraria crispa
ferraria crispa (inaturalist.org/Nàvan A Beukes)

Salah satu hal paling menarik dari Ferraria crispa adalah aromanya yang sangat bervariasi antara satu tanaman dan lainnya. Artisan Plants menginformasikan bahwa beberapa mengeluarkan wangi lembut seperti vanila, sementara yang lain justru beraroma busuk menyerupai bangkai. Perbedaan aroma ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para ahli botani dan kolektor tanaman unik.

Fungsi aroma ini berkaitan dengan strategi penyerbukan ganda. Bunga yang beraroma manis menarik lebah atau serangga siang, sementara yang beraroma busuk menarik lalat yang tertarik pada sumber bau membusuk. Kombinasi dua strategi ini meningkatkan peluang reproduksi di lingkungan ekstrem yang minim penyerbuk.

4. Habitat asli di Afrika Selatan yang terisolasi

Ferraria crispa
ferraria crispa (inaturalist.org/Morten Ross)

Ferraria crispa berasal dari wilayah pesisir dan dataran berbatu di Cape Province, Afrika Selatan. Ia tumbuh di antara batuan pasir atau granit, menyesuaikan diri dengan kondisi tanah miskin unsur hara dan paparan matahari yang ekstrem. Persebarannya terbatas pada area beriklim hujan musim dingin, menjadikannya salah satu spesies endemik khas Afrika Selatan.

Menariknya, meski habitatnya sempit, tanaman ini berhasil bertahan selama ribuan tahun tanpa bergantung pada manusia. Dalam beberapa kasus, spesies ini bahkan diperkenalkan ke luar Afrika dan mampu tumbuh di iklim serupa seperti Australia bagian selatan. Ketahanan alami ini membuktikan kemampuan adaptasi luar biasa dari bunga yang tampak rapuh namun sebenarnya tangguh.

5. Variasi warna dan tepi kelopak keriting yang menarik serangga

Ferraria crispa
ferraria crispa (inaturalist.org/Daniel Meier)

Selain bentuknya yang menyerupai makhluk laut, Ferraria crispa dikenal karena tepi kelopaknya yang berlipat seperti renda. Dilansir Gardening Know How, pola bercak ungu dan krem menciptakan ilusi gerakan saat terkena angin, sehingga memikat perhatian serangga penyerbuk. Tepi keriting inilah yang menginspirasi nama spesiesnya, crispa yang berarti bergelombang dalam bahasa latin.

Kombinasi warna dan tekstur yang tidak lazim ini membuatnya terlihat seperti organisme laut hidup, padahal ia tumbuh di tanah tandus. Karena keunikannya, bunga ini sering disebut Starfish Iris oleh para kolektor tanaman eksotik. Keindahannya menjadi simbol bahwa bahkan di lingkungan yang keras, alam tetap mampu menciptakan bentuk kehidupan yang menakjubkan.

Keanehan Ferraria crispa bukan sekadar keunikan visual, tetapi cerminan dari kecerdikan evolusi. Dalam kondisi ekstrem, bunga ini menemukan cara untuk menarik penyerbuk, bertahan dari kekeringan, dan tetap memancarkan pesonanya. Ia menjadi contoh sempurna bagaimana adaptasi biologis bisa menciptakan keindahan yang menakjubkan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us

Latest in Science

See More

6 Hewan Ini Juga Berduka dan Melakukan Pemakaman untuk yang Mati

22 Okt 2025, 20:29 WIBScience