Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Cumi-cumi Humboldt, Cumi-cumi Predator Terbesar di Dunia

cumi-cumi humboldt (You Tube.com/BBc Earth)

Cumi-cumi merupakan jenis moluska yang hidup di laut. Cumi-cumi banyak dikonsumsi manusia dalam kehidupan sehari-hari, karena memiliki banyak manfaat untuk tubuh. Namun apakah kamu tahu bahwa terdapat banyak jenis cumi-cumi yang hidup di laut? Salah satu jenis cumi-cumi yang cukup menarik perhatian untuk diteliti adalah Cumi-cumi humboldt.

Cumi-cumi humboldt merupakan cumi-cumi terbesar di dunia dan salah satu predator paling tangguh di laut. Cumi-cumi ini dapat dengan ukuran tubuh mencapai 1,5 meter dengan berat badan mencapai 50 kg, sehingga menjadikan mereka menjadi cumi-cumi terbesar dalam jenisnya. Buat kamu yang penasaran dengan cumi-cumi raksasa satu ini, yuk kenalan lewat beberapa fakta menarik di bawah ini.

1. Klasifikasi cumi-cumi humboldt

cumi-cumi humboldt (unsplash.com/Jaeyoon Jeong)

Cumi-cumi humboldt dikenal juga sebagai cumi-cumi terbang jumbo. Di beberapa negara lain mereka memiliki nama yang berbeda-beda. Misalnya di Amerika Latin dalam bahasa spanyol, cumi-cumi ini dikenal dengan calamar gigante, di Peru mereka dikenal dengan nama Pota, sedangkan di Chili dikenal dengan nama Jibia.

Cumi-cumi ini diklasifikasikan mulai dari urutan terbesar yaitu kingdom hingga yang terkecil yaitu spesies. Dilansir Animalia, cumi-cumi humboldt masuk ke dalam kingdom Animalia, dari divisi Molussca. Selanjutnya mereka dimasukkan ke dalam kelas Cephalopoda, dari ordo Oegopsida. Cumi-cumi humboldt ini berasal dari famili Ommastrephidae, subfamili Ommastrephinae, genus Dosidicus, spesies Dosidicus gigas.

2. Persebaran cumi-cumi humboldt

cumi-cumi humboldt (commons.wikimedia.org/Rick Starr)

Cumi-cumi humboldt dapat ditemukan di kedalaman 200 hingga 700 meter di Pasifik Timur terutama di wilayah Peru dan Chili. Dilansir Marine Bio, mereka tersebar mulai dari wilayah Tierra del Fuego di utara hingga ke California. Baru-baru ini cumi-cumi humboldt juga ditemukan di British Columbia dan Puget Sound.

Cumi-cumi ini lebih menyukai lautan dalam dan umumnya mereka ditemukan di perairan pasifik hangat di lepas pantai Meksiko. Namun fakta baru ditemukan pada tahun 1997 - 1998 pada peristiwa besar El Nino menyebabkan cumi-cumi raksasa ini berimigrasi ke Teluk Monterey.

Dan ditahun 2002 pada peristiwa kecil El Nino membuat cumi-cumi ini berimigrasi hingga ke lepas pantai Washington, Oregon, dan bahkan Alaska, meskipun tidak ada populasi cumi-cumi Humboldt sepanjang tahun di lokasi tersebut. Imigrasi ini dilakukan karena terjadi pemanasan air selama peristiwa El Nino. Jadi mereka terpaksa melakukan imigrasi untuk bertahan hidup.

3. Cumi-cumi humboldt memiliki tentakel yang kuat dan berdinding ganda

tentakel pada cumi-cumi humboldt (You Tube.com/BBC Earth)

Secara fisik dapat dilihat bahwa cumi-cumi humboldt memiliki mantel yang menutupi sebagian besar tubuhnya. Mereka juga dilengkapi dengan dua sirip, 10 lengan dan tentakel, kepala berbentuk kerucut, paruh, dan dua mata. Dari kesepuluh tentakel tersbut hanya ada dua tentakel yang lebih panjang dibandingkan yang lainnya, ini membantu cumi-cumi untuk makan.

Tentakel cumi-cumi humboldt terkenal sangat kuat dan juga berdinding ganda. Selain itu tentakel tersebut dilengkapi oleh penghisap yang jumlahnya bisa menjapai 100 hingga 200 penghisap seperti duri. Penghisap inilah yang membantu cumi-cumi untuk menangkap, mencengkeram, bahkan mampu mencabik-cabik mangsanya, jelas American Oceans.

4. Cumi-cumi humboldt memiliki kemampuan untuk berubah warna

cumi-cumi humboldt memiliki kemampuan untuk berubah warna untuk melindungi diri dan memberi sinyal bahaya kepada kawanannya (You Tube.com/BBC Earth)

Selain tentakel yang kuat, ternyata cumi-cumi humboldt juga memiliki kemampuan untuk berubah warna dengan cepat. Sumber yang sama mengatakan bahwa cumi-cumi ini memiliki pigmen khusus yang disebut kromatofora yang membantu mereka mengubah warna dan tekstur kulit dengan sangat cepat. Perubahan warna ini dilakukan untuk menyamarkan keberadaan mereka saat mereka merasa tidak aman.

Selain untuk melindungi diri, perubahan warna kulit ini juga membantu cumi-cumi untuk berkomunikasi satu dengan yang lain. Meskipun hanya mereka yang mengetahui bahasa tubuh yang dikeluarkan saat beruah warna, namun hal ini umum dijumpai ketika cumi-cumi hendak memberikan sinyal kepada kawanan yang lain. Misalnya ketika predator datang, atau nelayan sedang dekat, mereka akan semakin agresif dan akan berubah warna semakin cerah.

5. Cumi-cumi Humboldt berkembang biak melalui pembuahan internal

cumi-cumi humboldt (You Tube.com/BBC Earth)

Cumi-cumi akan melakukan perkembang biakan untuk mendapatkan keturunan. Namun cumi-cumi raksasa ini diketahui berkembang biak secara internal. Dilansir Oceana, cumi-cumi humboldt dapat bertelur hingga 20 juta telur selama masa hidupnya, dan dapat bertelur 1 juta telur sekaligus dalam 1 kali perkembang biakan dan ini adalah jumlah terbanyak dari semua cephalopoda.

Jika kita lihat jumlah telur tersebut adalah jumlah yang sangat besar. Namun kamu harus tahu bahwa cumi-cumi tidak akan bertahan hidup lama setelah proses tersebut. Cumi-cumi jantan akan mati setelah kawin dan betina akan mati setelah mereka bertelur yang terakhir. Jadi keputusan untuk kawin adalah keputusan matang dari cumi-cumi.

Setelah telur menetas, mereka akan bertumbuh dengan sangat cepat hingga menjadi ukuran raksasa. Cumi-cumi tumbuh menjadi predator yang rakus, hal ini untuk mempercepat pertumbuhan mereka. Cumi-cumi ini memakan populasi ikan kecil dan cumi-cumi kecil. Selain itu mereka juga menunjukkan perilaku kanibalisme, hal ini terjadi ketika jumlah mereka meledak dalam jumlah yang besar. Jadi jika kamu bertemu dengan mereka berhati-hatilah, karena mereka sangat agresif dengan musuh.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irma N Lumbantoruan
EditorIrma N Lumbantoruan
Follow Us