5 Fakta Ilmiah Mengenai Cula Badak, Ternyata Bukan Tulang

- Cula badak terbuat dari keratin, bukan tulang atau dentin seperti tanduk hewan lain.
- Jumlah cula badak berbeda-beda, tergantung pada jenis spesiesnya dan faktor evolusi serta adaptasi lingkungan.
- Cula badak bisa terus tumbuh sepanjang hidupnya, rata-rata 7 cm per tahun, namun ada permintaan tinggi di pasar gelap yang mengancam populasi badak.
Cula badak sering kali dianggap sebagai bagian yang paling khas dari hewan tersebut dan memang memiliki berbagai mitos di banyak budaya. Namun, di balik popularitasnya ternyata cula badak memiliki karakteristik ilmiah yang unik, sehingga membedakannya dari tanduk hewan lain yang membuatnya terlihat berbeda.
Sayangnya perburuan liar untuk mengambil cula badak semakin menjadi ancaman tersendiri untuk populasi hewan tersebut, sehingga jal inilah yang benar-benar diperhatikan dengan seksama. Berikut ini merupakan 5 fakta ilmiah mengenai cula badak yang belum banyak diketahui, namun sebetulnya menarik untuk disimak.
1. Cula badak terbuat dari keratin, bukan tulang

Berbeda dengan tanduk rusa atau gading gajah yang sebetulnya terbuat dari tulang atau dentin, namun cula badak sebetulnya tersusun dari keratin. Keratin merupakan protein yang sama dengan protein membentuk rambut dan kuku manusia, sehingga hal inilah yang kerap kali disalahartikan oleh banyak orang.
Alih-alih mirip seperti tulang, cula badak ternyata lebih mirip dengan rambut yang menggumpal dan mengeras, sebab memang terbuat dari keratin. Hal ini menjelaskan mengapa cula badak ternyata bisa terus tumbuh sepanjang hidupnya dan bisa kembali tumbuh apabila mengalami kondisi yang patah.
2. Setiap spesies badak memiliki jumlah cula yang berbeda

Tidak semua badak ternyata memiliki satu cula, sebab ada pula yang jumlahnya tergantung pada jenis spesies tersebut. Contohnya badak India dan badak Jawa yang ternyata hanya memiliki satu cula, sementara badak putih, badak hitam, hingga badak Sumatera ternyata memiliki dua cula, sehingga jumlahnya terlihat sangat berbeda.
Perbedaan ternyata bisa terjadi karena memang adanya faktor evolusi dan adaptasi terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Meski begitu, fungsi utama dari cula sebetulnya tetap sama, yaitu sebagai alat pertahanan diri, simbol dominasi, dan juga pada beberapa kasus ternyata cula kerap digunakan sebagai media untuk menggali tanah dan mengupas kulit pohon.
3. Cula badak terus tumbuh sepanjang hidupnya

Sama halnya seperti kuku manusia, ternyata cula badak bisa terus tumbuh selama hewan tersebut hidup. Jika cula patah atau terpotong, maka ia bisa tumbuh kembali, meski memakan waktu yang cukup lama, sehingga berbeda dengan keberadaan tulang yang strukturnya solid.
Rata-rata pertumbuhan cula badak ternyata bisa mencapai sekitar 7 cm per tahun, namun hal ini juga berbeda tergantung pada spesies dan usia dari badak. Pada kondisi alami ternyata cula yang dimiliki badak biasanya akan mengalami kondisi aus akibat adanya berbagai aktivitas, seperti menggosoknya ke pohon atau bertarung dengan badak lainnya.
4. Cula badak tidak memiliki khasiat medis

Pada beberapa budaya terutama di Asia justru cula badak kerap dianggap sebagai bagian tubuh yang memiliki manfaat medis, seperti detoksifikasi tubuh, menyembuhkan demam, hingga meningkatkan vitalitas. Namun, secara ilmiah menunjukkan bahwa memang tidak ada bukti yang bisa mendukung klaim terkait khasiat pada cula badak.
Pada dasarnya cula badak hanya terdiri dari keratin yang bahannya sama dengan kuku manusia, sehingga mengonsumsinya sebetulnya tidak akan memberikan manfaat kesehatan apa pun. Mitos ini ternyata telah menyebabkan berbagai perburuan liar yang tentu saja dapat mengancam keselamatan dan juga populasi badak yang ada di dunia.
5. Cula badak menjadi salah satu alasan utama perburuan liar

Ada permintaan yang cukup tinggi terhadap cula badak di pasar gelap, sehingga membuat spesies tersebut menjadi target utama dari perburuan liar. Selain itu, harga cula badak di pasar ilegal ternyata bisa mencapai ribuan dolar per kilogram, khususnya di negara-negara yang memang masih mempercayai manfaat medis dan mistis dari cula tersebut.
Akibat dari perburuan liar yang semakin tidak terkendali ternyata ada beberapa spesies badak, seperti badak Jawa dan badak Sumatera yang justru sedang berada di ambang kepunahan. Sebetulnya upaya konservasi masih terus dilakukan, termasuk dalam hal ini adalah patroli anti perburuan dan juga kampanye untuk meminimalisir permintaan akan cula badak.
Cula badak memang merupakan struktur unik yang terbuat dari keratin dan bisa terus tumbuh sepanjang hidupnya. Sayangnya perburuan liar yang didorong oleh permintaan pasar gelap terus menjadi ancaman serius bagi populasi dari badak liar. Jagalah populasinya agar bisa tetap ada sampai dengan anak cucu nanti!