5 Fakta Unik Lobster Rawa Merah, Mampu Hidup di Daerah Minim Oksigen

- Lobster air tawar, seperti lobster rawa merah, memiliki ciri fisik yang berbeda dengan lobster laut.
- Spesies invasif ini dapat merusak ekosistem Eropa dan memiliki kemampuan hidup di daerah minim oksigen serta air asin.
- Lobster rawa merah memiliki sisi positif sebagai makanan bernilai ekonomi tinggi, namun juga sisi negatif karena kebiasaan menggali yang merusak infrastruktur.
Biasanya orang-orang lebih familiar dengan lobster laut yang memiliki ukuran besar dan warna bervariasi. Tapi nyatanya lobster tak hanya hidup di laut karena ada juga lobster air tawar yang sering disebut sebagai crayfish. Lobster air tawar umumnya punya ukuran yang lebih kecil, warna yang tidak terlalu mencolok, dan dapat ditemukan di danau, sungai, rawa, atau waduk. Nah, diantara banyak lobster air tawar yang ada di dunia, Procambarus clarkii atau lobster rawa merah jadi salah satu yang cukup unik.
Sebenarnya lobster ini merupakan lobster yang umum ditemukan di Amerika, namun populasinya sudah menyebar dan sampai jadi spesies invasif di Eropa. Kemampuan bertahan hidupnya juga luar biasa dan hal ini dibuktikan dari kemampuannya hidup di daerah minim oksigen dan punya toleransi terhadap air asin. Lobster ini juga bisa diolah menjadi makanan yang lezat dan punya nilai ekonomi yang tinggi. Jika kamu penasaran mengenai lobster rawa merah maka kamu wajib membaca artikel ini sampai tuntas!
1. Termasuk spesies lobster air tawar

Dilansir Britannica, lobster air tawar atau crayfish adalah penyebutan bagi krustasea yang berasal dari famili Astacidae, Parastacidae, dan Austroastracidae. Secara umum kebanyakan dari mereka hanya hidup di perairan air tawar. Namun ada beberapa spesies yang punya ketahanan terhadap air laut bahkan bisa hidup di air laut. Jumlah spesies lobster air tawar juga melimpah, bahkan di wilayah Amerika Utara saja terdapat sekitar 500 spesies.
Lobser air tawar sendiri dicirikan dengan badan yang terbagi oleh beberapa segmen, seperti thorax dan abdomen. Ukurannya juga lebih kecil dari lobster laut dengan panjang rata-rata sekitar 7 centimeter dan berat yang ada di angka 3,5 kilogram. Selain itu, umumnya lobster air tawar juga punya warna gelap yang tidak terlalu mencolok, seperti merah, kehitaman, atau cokelat. Terakhir, lobster air tawar seperti lobster rawa merah juga sering terlihat naik ke rerumputan, lumpur, bebatuan, atau daratan. Hal ini sangat unik dan hampir tidak pernah terlihat pada lobster laut.
2. Menjadi spesies invasif di Eropa sejak tahun 2016

Sekilas lobster rawa merah tidak terlihat seperti hewan yang berbahaya atau mampu merusak ekosistem. Namun keadaan berkata lain karena nyatanya hewan ini jadi hewan invasif yang sangat merusak, jelas Invasive.org. Tercatat, sejak tahun 2016 hewan ini sudah menjadi spesies invasif di Eropa dan tercatat dalam data Invasive Alien Species of Union concern. Oleh karena itu krustasea ini tidak boleh dikembangbiakan, dipelihara, diperdagangkan, dan dilepasliarkan di Eropa.
Jika lobster ini dibiarkan berkeliaran di perairan Eropa maka ia bisa memberikan dampak yang luar biasa buruk terhadap ekosistem. Sebagai spesies invasif, lobster rawa merah bisa mengancam keseimbangan ekosistem, mampu membunuh spesies asli Eropa, dan bisa menyebarkan penyakit dan parasit ke spesies asli Eropa. Untuk itu pemerintah dan pemerhati lingkungan di Eropa senantiasa melakukan berbagai upaya supaya kerusakan yang diakibatkan hewan ini bisa diminimalisir.
3. Kebiasaan menggalinya punya efek yang besar terhadap lingkungan

Dengan capitnya yang besar dan kuat lobster rawa merah mampu menggali tanah atau lumpur dengan mudah. Kegiatan menggali tersebut juga sangat berguna karena membantu hewan ini untuk bersembunyi dari predator dan mencari mangsa. Namun kebiasaan menggali ini cukup berbahaya dan bahkan bisa merusak keseimbangan ekosistem. Pertama, kegiatan menggali lobster ini dapat merusak lahan pertanian seperti sawah. Kedua, kegiatan menggalinya juga bisa merusak dan membelokan aliran air. Bahkan kegiatan menggali lobster ini juga bisa merusak infrastruktur yang dibangun dekat dengan air, jelas Bloomberg.
4. Jadi hewan yang populer sebagai makanan dan punya nilai ekonomi tinggi

Kelihatannya lobster rawa merah memang hanya bisa merusak ekosistem dan tidak punya dampak positif. Tapi ternyata hal tersebut tidak benar karena hewan justru jadi makanan yang lezat dan bernilai ekonomi tinggi, jelas Animal Diveristy Web. Lobster ini sangat sering dihidangkan di beberapa negara seperti Cina, Amerika Serikat, Jepang, Kanada, dan Selandia Baru. Ukurannya yang cukup besar, proses pengolahannya yang mudah, harganya yang terjangkau, dan rasanya yang lezat membuat hewan ini sangat populer.
Hewan ini sendiri merupakan hewan asli Amerika Serikat dan negara tersebut jadi salah satu negara dengan produksi lobster rawa merah terbesar. Salah satu sentra penghasil lobster terbesar ada di negara bagian Louisiana yang mana daerah tersebut memiliki tambak loster seluas 48,500 hektar. Tak hanya itu, pada tahun 1990 Louisiana juga membuat rekor karena daerah tersebut menjadi supplier lobster rawa merah terbesar di dunia. Saat itu sekitar 90% lobster rawa merah yang ada di dunia berasal dari Louisiana.
5. Bisa bertahan di area minim oksigen dan punya toleransi terhadap air asin

Dilansir iNaturalist, lobster rawa merah dapat ditemukan di sungai, danau, rawa, dan kolam di Amerika Serikat dan Meksiko. Secara umum hewan ini lebih suka menyelam dan berkelana dan dasar air atau bersembunyi di dalam lubang. Namun dalam beberapa kesempatan ia juga kerap terlihat naik ke daratan. Tak hanya itu, saat sungai, rawa, atau danau mengering hewan ini juga sering terlihat di lumpur dan rerumputan.
Nah, karena sungai, danau, atau rawa sering mengering maka lobster rawa merah mengembangkan kemampuan khusus di mana ia mampu hidup dan bertahan di daerah minim oksigen. Dengan kemampuan ini ia tidak membutuhkan banyak air untuk bernafas, alhasil lobster ini tidak perlu khawatir saat musim kemarau melanda. Selain kemampuan tersebut hewan ini juga punya toleransi terhadap air asin. Hal ini sangat hebat dan membuat lobster rawa merah bisa bertahan hidup di air payau atau air laut dalam waktu yang cukup lama.
Lobster rawa merah memiliki dua sisi yang berbanding terbalik, yaitu sisi negatif dan sisi positif. Sisi negatif hewan ini tercermin dari kebiasaan menggalinya yang bisa merusak lahan pertanian dan infrastruktur. Ia juga jadi spesies invasif di Eropa yang mana hal tersebut mampu merusak ekosistem. Di lain sisi hewan ini juga memiliki sisi positif yang mana ia bisa dijadikan sebagai makanan. Nilai ekonominya juga tinggi sehingga mampu mendongkrak perekonomian suatu daerah. Tak hanya itu, ternyata ia juga memiliki kebiasaan dan kemampuan yang unik, lho.