5 Fauna Endemik Rapa Nui yang Jarang Diketahui, dari Gurita hingga Serangga Gua!

- Gurita Callistoctopus rapanui hanya ditemukan di perairan Rapa Nui, dengan warna tembaga kemerahan dan pola bintik halus yang membantu kamuflase di dasar laut.
- Ikan Plectranthias ahiahiata hidup di ekosistem mesophotic coral, zona laut redup cahaya yang menjadi rumah bagi banyak makhluk baru.
- Styloniscus manuvaka adalah isopoda darat (sejenis kutu kayu) yang hanya hidup di gua-gua vulkanik di pulau ini, dinamai manuvaka yang berarti ‘penumpang kano’.
Pulau Paskah atau Rapa Nui dikenal dunia karena patung batu raksasanya, Moai, yang misterius menatap cakrawala Samudra Pasifik. Namun di balik pesona arkeologinya, pulau terpencil ini menyimpan kehidupan liar yang sama menakjubkannya—beragama fauna unik yang berevolusi terpisah selama ribuan tahun. Karena letaknya begitu jauh dari daratan mana pun, banyak hewan di sini tidak ditemukan di tempat lain di bumi.
Meski ekosistem darat Rapa Nui sudah banyak terdegradasi akibat aktivitas manusia dan perubahan iklim, beberapa spesies endemik tetap bertahan—terutama di laut dalam dan gua-gua vulkanik yang tersembunyi. Dari gurita berwarna tembaga hingga isopoda yang hidup di kegelapan abadi, berikut lima fauna endemik Rapa Nui yang membuat para ilmuwan kagum!
1. Callistoctopus rapanui, gurita misterius samudra Pasifik

Gurita ini mungkin terlihat biasa bagi mata awam, tapi Callistoctopus rapanui adalah satu-satunya spesies gurita yang hanya ditemukan di sekitar perairan Rapa Nui. Spesies ini memiliki warna tembaga kemerahan dengan pola bintik halus yang membantu kamuflase di dasar laut berpasir dan berbatu. Menurut penelitian di Proceedings of the Biological Society of Washington, gurita ini menunjukkan perilaku soliter dan aktif pada malam hari.
Menariknya, habitatnya berada di zona laut menengah yang jarang dijelajahi, membuat pengamatannya sangat terbatas. Para peneliti menduga gurita ini telah berevolusi dari nenek moyang gurita Pasifik sekitar 100.000 tahun lalu, ketika arus laut memisahkan populasi mereka. Karena itu, Callistoctopus rapanui menjadi simbol keajaiban isolasi biogeografis Rapa Nui—dilansir dari laman Cosmos.
Kini, perubahan suhu laut dan aktivitas perikanan tradisional mulai mengancam populasinya. Upaya konservasi lokal mulai menyoroti pentingnya perlindungan spesies ini, bukan hanya karena keunikannya, tetapi juga karena perannya menjaga keseimbangan rantai makanan laut.
2. Plectranthias ahiahiata, ikan cantik dari dunia bawah laut

Ditemukan pada kedalaman hampir 90 meter, ikan kecil berwarna oranye cerah ini merupakan salah satu spesies terbaru yang dideskripsikan dari Rapa Nui. Menurut laporan dari ZooKeys, ikan Plectranthias ahiahiata hidup di ekosistem mesophotic coral, zona laut redup cahaya yang menjadi rumah bagi banyak makhluk baru.
Nama ‘ahiahiata’ sendiri diambil dari bahasa Rapa Nui yang berarti ‘matahari terbenam’, menggambarkan warnanya yang keemasan seperti senja. Karena hidup di kedalaman ekstrem, ikan ini sulit dijangkau dan memerlukan teknologi selam khusus untuk diteliti.
Penemuan ini menjadi bukti betapa kaya dan belum terungkapnya biodiversitas laut di pulau terpencil tersebut. Para ilmuwan percaya, masih ada puluhan spesies tersembunyi di kedalaman laut Rapa Nui menunggu ditemukan.
3. Styloniscus manuvaka, serangga ‘penumpang kano’ dari gua gelap

Kalau kamu berani menjelajah gua lava di Rapa Nui, kamu mungkin akan menemukan makhluk mungil ini. Styloniscus manuvaka adalah isopoda darat (sejenis kutu kayu) yang hanya hidup di gua-gua vulkanik di pulau ini. Dikutip dari ZooKeys Journal, spesies ini dinamai manuvaka yang berarti ‘penumpang kano’, merujuk pada dugaan bahwa nenek moyangnya mungkin tiba di pulau ini bersama para pelaut Polinesia ribuan tahun lalu.
Berbeda dari kutu kayu biasa, tubuhnya berwarna pucat transparan dan kehilangan pigmentasi karena hidup di kegelapan total. Adaptasinya yang ekstrem menunjukkan evolusi mikro yang menarik—di mana makhluk ini benar-benar ‘menjadi bagian dari gua’.
Sayangnya, habitatnya sangat rentan terhadap aktivitas manusia, termasuk pariwisata dan pencemaran gua. Para ahli biologi gua menyebutnya sebagai ‘penjaga rahasia gelap Rapa Nui’.
4. Hawaiioscia rapui, si pecinta garam dari tepi laut

Spesies isopoda lain yang tak kalah unik adalah Hawaiioscia rapui, makhluk kecil yang hidup di area lembap dekat pantai berbatu. Menurut Jurnal BioScience, spesies ini hanya ditemukan di beberapa lokasi di Rapa Nui dan berkembang di lingkungan halofilik, yakni tempat dengan kadar garam tinggi.
Mereka memakan sisa organisme laut yang terbawa ombak, sehingga membantu proses dekomposisi alami di pesisir. Walaupun bentuknya kecil dan tak mencolok, perannya besar dalam menjaga siklus nutrisi di ekosistem pantai.
Peneliti dari Bishop Museum Occasional berhasil mencatat bahwa adaptasinya terhadap garam ekstrem membuat spesies ini unik di antara kerabatnya. “Hawaiioscia rapui adalah contoh evolusi ekologis yang terjadi dalam isolasi sempurna,” tulis tim ilmuwan dari Nothern Arizona University dalam laporan mereka.
5. Collembola gua, si pelompat mikro dari dunia gelap

Selain isopoda, Rapa Nui juga menjadi rumah bagi beberapa spesies Collembola (serangga pelompat mikro) yang belum ditemukan di tempat lain. Menurut riset Zootaxa, ada setidaknya lima spesies baru yang diidentifikasi dari gua-gua pulau ini, semuanya endemik dan memiliki morfologi khas gua seperti tubuh tanpa warna dan antena panjang.
Mereka hidup dari jamur mikroskopis dan bahan organik yang menetes dari atap gua, membentuk rantai makanan mikro yang penting bagi ekosistem bawah tanah. Karena ukurannya kurang dari 2 milimeter, kehadiran mereka baru terungkap berkat penelitian dengan mikroskop resolusi tinggi.
Studi ini membuktikan bahwa bahkan di tempat sekecil Rapa Nui, kehidupan terus berevolusi diam-diam di bawah kaki manusia. Dunia bawah tanahnya sama mempesonanya dengan wajah batu Moai di permukaan.
Banyak orang mengenal Rapa Nui sebagai pulau yang sunyi dan terisolasi, namun bagi para ilmuwan, ia adalah laboratorium evolusi yang hidup. Gurita, ikan, hingga serangga gua di sini membuktikan bahwa bahkan di tanah yang tampak tandus, alam masih menyimpan kehidupan yang penuh keajaiban.
Seperti Moai yang diam menatap laut, makhluk-makhluk kecil ini seolah menjadi penjaga sunyi bagi sejarah biologis pulau tersebut. Di tengah ancaman perubahan iklim dan eksploitasi pariwisata, mengenali dan melindungi mereka adalah cara manusia menghormati rahasia alam—dan mungkin, memahami sedikit dari misteri Rapa Nui itu sendiri.