Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Hal Salah Kaprah Tentang Kucing, Cermati Sebelum Memelihara!

Kucing (commons.wikimedia.org/ThePoeticFrame)
Kucing (commons.wikimedia.org/ThePoeticFrame)
Intinya sih...
  • Banyak orang salah kaprah tentang kucing domestik, termasuk asal-usulnya dan jenis-jenisnya.
  • Kucing domestik berasal dari Afrika dan semua kucing di dunia merupakan satu spesies, yaitu F. catus.
  • Kucing sebenarnya adalah karnivor sejati dan tidak boleh diberi nasi atau sayuran sebagai makanan utama.

Saat ini kucing ada di seluruh penjuru dunia, terkadang ada kucing yang dipelihara, terkadang ada kucing yang berkeliaran di pasar, bahkan ada juga kucing yang hidup di alam liar. Namun perlu digarisbawahi kalau kucing yang dimaksud adalah kucing domestik atau Felis catus. Nah, jika dibandingkan dengan spesies lain, F. catus jadi spesies yang paling populer, paling mudah dikenali, dan paling sering dipelihara.

Alhasil, karena sangat populer informasi mengenai kucing juga ada banyak dan sayangnya ada beberapa informasi palsu yang membuat orang salah kaprah. Ada yang salah kaprah tentang kebiasaan kucing, makanan kucing, jenis kucing, asal usul kucing, sampai penyebaran kucing. Parahnya lagi hal ini terus terjadi sehingga membuat banyak orang percaya akan hal-hal salah kaprah tersebut. Kesalahkaprahan ini juga tidak bisa dibiarkan karena bisa membuat orang-orang memperlakukan kucing dengan cara yang tidak semestinya.

1. Kucing merupakan hewan asli Indonesia

Kucing tidak berasal dari Indonesia (commons.wikimedia.org/Donald Judge)
Kucing tidak berasal dari Indonesia (commons.wikimedia.org/Donald Judge)

Banyak orang yang mengira kalau beberapa kucing seperti kucing jawa, kucing bali, dan kucing kampung merupakan kucing asli Indonesia dan sudah ada di Indonesia dari zaman dahulu atau zaman purba. Tapi nyatanya anggapan tersebut adalah anggapan yang keliru. Nyatanya, kucing-kucing tersebut bukanlah hewan asli Indonesia. Justu, kucing asli Indonesia adalah kucing-kucing liar, seperti kucing kuwuk, blacan, atau macan dahan.

Jika melihat asal-usulnya, semua kucing domestik berasal dari wilayah Afrika, jelas Library of Congress. Kucing domestik sendiri merupakan hewan domestik yang didomestikasi dari Felis silvestris lybica atau kucing liar afrika. Proses domestikasi ini berlangsung selama ribuan tahun dan karena proses ini kucing liar afrika yang tadinya liar dan ganas sekarang menjadi jinak dan berevolusi menjadi F. catus yang kita kenal sekarang. Nah, karena campur tangan manusia akhirnya kucing domestik yang awalnya hanya ada di Afrika perlahan mulai menyebar ke seluruh dunia entah di Asia, Eropa, Australia, bahkan Amerika.

2. Kucing memiliki banyak spesies

Kucing hanya punya satu spesies (commons.wikimedia.org/Vee Satayamas)
Kucing hanya punya satu spesies (commons.wikimedia.org/Vee Satayamas)

Saat ini orang-orang juga mengira kalau kucing punya banyak spesies. Hal ini tidak mengherankan mengingat kucing punya ciri fisik, warna, kebiasaan, sampai corak yang berbeda. Namun hal ini juga salah kaprah karena nyatanya semua kucing yang ada di dunia merupakan satu spesies, yaitu F. catus. Perbedaan yang ada hanyalah perbedaan ras dan bukan perbedaan spesies. Ras kucing sendiri bisa diartikan sebagai variasi dari satu spesies yang bisa terjadi karena perkawinan selektif, adaptasi, dan sebagainya.

Hal ini juga tak hanya terjadi pada kucing, di reptil juga terdapat hal yang serupa namun tidak disebut sebagai ras melainkan disebut morph. Jadi, dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan kalau jenis-jenis kucing seperti kucing kampung, kucing bengal, kucing british shorthair, dan sebagai merupakan perbedaan ras kucing dan bukan spesies yang berbeda. Ras kucing atau kucing ras tak hanya merujuk pada kucing yang punya bulu tebal, warna memukau, atau perawakan yang imut. Justru semua kucing yang ada pasti masuk ke ras tertentu.

3. Kucing bisa makan nasi dan tumbuhan

Kucing merupakan hewan karnivor (commons.wikimedia.org/Susanne Nilsson)
Kucing merupakan hewan karnivor (commons.wikimedia.org/Susanne Nilsson)

Terkadang kucing memang terlihat memakan tumbuhan seperti daun, rumput, atau sayuran. Namun walau begitu bukan berarti ia bisa diberi nasi atau sayuran setiap saat dan dijadikan makanan utamanya. Nyatanya kucing hanya memakan tumbuhan di saat-saat tertentu untuk membantu melancarkan pencernaan dan memenuhi kebutuhan nutrisi yang tidak ada di daging atau material hewani lain, jelas Cats Protection.

Secara umum kucing merupakan karnivor atau pemakan daging sejati. Makanan utamanya berupa hewan-hewan kecil, seperti serangga, reptil, ikan, burung, tikus, atau amfibi. Jika diberi nasi yang dicampur dengan daging mungkin kucing akan memakannya. Tapi jika hal tersebut dilakukan setiap saat maka kucing tidak akan sehat karena kebutuhan gizi dan kebutuhan dagingnya tidak tercukupi. Tentunya sebagai karnivor hewan ini harus diberi makan daging dan material hewani. Atau bisa juga diberi makanan kucing yang bisa dibeli di toko hewan.

4. Kucing peliharaan harus dibiarkan berkeliaran di alam

Kucing peliharaan tidak boleh dibiarkan berkeliaran di luar rumah (commons.wikimedia.org/Pilarbini)
Kucing peliharaan tidak boleh dibiarkan berkeliaran di luar rumah (commons.wikimedia.org/Pilarbini)

Jika kamu perhatikan, saat ini ada banyak pemilik kucing yang dengan sengaja melepaskan atau membiarkan kucing peliharaannya bebas berkeliaran di alam. Menurut mereka hal tersebut merupakan hal yang baik karena membuat kucing peliharaan merasa bebas dan tidak terkekang. Tapi sebenarnya hal ini adalah sesuatu yang sangat buruk dan bisa mengancam keselamatan kucing dan keseimbangan ekosistem, jelas SciTechDaily.

Pertama, jika kamu membiarkan kucing berkeliaran tanpa pengawasan maka kucingmu bisa tertular penyakit, mati dimakan hewan liar, atau bahkan tertabrak kendaraan. Tak hanya itu, jika kucing berkeliaran ia juga mampu merusak ekosistem dengan memakan hewan endemik, buang kotoran sembarangan, sampai memusnahkan populasi hewan lokal. Sebaliknya, daripada membiarkan kucing peliharaan berkeliaran lebih baik kamu memeliharannya di dalam rumah. Sediakan kandang yang luas, makanan bergizi, dan mainan yang banyak supaya kucingmu nyaman dan kamu tidak merugi.

5. Kucing bisa digunakan sebagai pembasmi hama alami

Kucing tidak bisa dijadikan pembasmi hama alami (commons.wikimedia.org/Kikku33)
Kucing tidak bisa dijadikan pembasmi hama alami (commons.wikimedia.org/Kikku33)

Artikel di jurnal PLoS One menjelaskan kalau banyak orang yang menggunakan kucing sebagai pembasmi hama. Namun walau praktik ini kerap dilakukan bukan berarti hal tersebut merupakan hal yang benar untuk dilakukan. Justru sebaliknya, menggunakan kucing sebagai pembasmi hama sangat merugikan karena bisa merusak ekosistem, menularkan penyakit ke satwa lokal, sampai mampu memusnahkan populasi satwa lokal suatu daerah.

Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti masifnya populasi kucing dan besarnya nafsu makan kucing. Tak cuma itu, jika kucing dibiarkan berkeliaran untuk membasmi hama ia juga bisa berkembang biak tanpa terkendali. Akhirnya hal tersebut menimbulkan masalah baru, yaitu overpopulasi kucing. Overpopulasi kucing adalah hal yang sangat gawat. Jika terus dibiarkan kucing yang overpopulasi bisa menjadi spesies invasif yang merusak ekosistem, mengancam satwa lokal, sampai melumpuhkan ekonomi suatu daerah.

Saat ini informasi bisa datang dari mana saja, entah dari tetangga, dari buku, dari teman, atau dari internet. Oleh karena itu kamu harus pintar memilih dan menyaring semua informasi yang ada. Jangan sampai informasi palsu langsung ditelan mentah-mentah yang akhirnya membuatmu salah kaprah. Selalu cek kebenaran dan fakta mengenai informasi-informasi yang kamu terima. Jika hal tersebut dilakukan maka kamu akan terhindar dari hal salah kaprah, khususnya hal salah kaprah tentang kucing.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Arzha Ali Rahmat
EditorArzha Ali Rahmat
Follow Us