5 Hewan yang Punah karena Perubahan Ekosistem Buatan Manusia

Tahukah kalian, kehidupan di Bumi ini gak cuma soal manusia, tapi juga makhluk lain yang berbagi ruang dengan kita? Sayangnya, ulah manusia dalam merombak ekosistem sering kali berdampak besar, bahkan sampai menyebabkan kepunahan hewan-hewan tertentu. Hal ini gak cuma mengubah wajah alam, tapi juga bikin kita kehilangan keanekaragaman hayati yang penting untuk keseimbangan ekosistem.
Di artikel ini, kita bakal membahas lima hewan yang sudah punah akibat perubahan ekosistem buatan manusia. Dengan cerita yang lebih detail, fakta valid, dan alasan yang bikin kita makin sadar, semoga ini jadi pengingat betapa berharganya makhluk hidup lain. Yuk, simak!
1. Harimau Jawa

Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) dulu adalah predator puncak di Pulau Jawa, menjaga keseimbangan populasi herbivora di hutan-hutan tropisnya. Namun, pesatnya pertumbuhan populasi manusia pada abad ke-20 menyebabkan pembukaan lahan besar-besaran untuk pertanian, perkebunan, dan pemukiman. Habitat alami harimau ini menyusut drastis, membuat mereka kesulitan bertahan hidup.
Tidak hanya kehilangan habitat, perburuan liar juga menjadi penyebab utama kepunahan Harimau Jawa. Menurut laporan International Union for Conservation of Nature (IUCN), spesies ini terakhir kali terlihat pada tahun 1976 dan dinyatakan punah pada awal 1980-an. Kepunahan Harimau Jawa adalah simbol dampak langsung dari aktivitas manusia terhadap ekosistem.
2. Penyu Punggung Kulit

Penyu Punggung Kulit (Dermochelys coriacea) adalah salah satu penyu terbesar di dunia, dikenal karena kemampuan migrasinya yang luar biasa. Mereka menempuh ribuan kilometer untuk bertelur di pantai-pantai tropis. Namun, pembangunan resor di pantai, polusi laut, dan plastik menjadi ancaman serius bagi mereka.
Menurut World Wildlife Fund (WWF), penyu ini sering salah mengira plastik sebagai ubur-ubur, makanan favorit mereka. Akibatnya, banyak penyu mati karena saluran pencernaan yang tersumbat. Data menunjukkan bahwa populasi mereka telah menurun lebih dari 40% dalam tiga dekade terakhir. Kehilangan tempat bertelur juga memperburuk situasi, terutama karena pantai alami mereka diubah menjadi kawasan wisata.
3. Burung Dodo

Burung Dodo (Raphus cucullatus) adalah burung besar yang gak bisa terbang, hidup di Pulau Mauritius. Mereka menjadi korban utama ketika pelaut Eropa tiba di pulau ini pada abad ke-17. Selain diburu untuk makanan, Dodo juga terancam oleh hewan predator yang diperkenalkan manusia, seperti tikus dan babi, yang memangsa telur-telur Dodo.
Menurut Smithsonian Institution, kurang dari 100 tahun setelah kedatangan manusia di Mauritius, Burung Dodo dinyatakan punah. Kehidupan mereka yang sebelumnya damai berubah drastis akibat ekosistem yang dirombak oleh aktivitas manusia.
4. Kodok Emas

Kodok Emas (Incilius periglenes) adalah amfibi kecil yang dulunya hanya ditemukan di hutan awan Kosta Rika. Sayangnya, kombinasi perubahan iklim global dan deforestasi membuat mereka kehilangan habitat. Perubahan curah hujan akibat pemanasan global membuat habitat mereka semakin tidak cocok untuk bertahan hidup.
Laporan dari National Geographic mencatat bahwa spesies ini terakhir kali terlihat pada tahun 1989. Studi lanjutan menunjukkan bahwa penurunan keanekaragaman hayati ini berbanding lurus dengan tingkat deforestasi di kawasan tersebut. Kodok Emas adalah simbol dampak perubahan iklim pada spesies kecil yang sering terlupakan.
5. Ikan Baiji

Ikan Baiji (Lipotes vexillifer), lumba-lumba unik dari Sungai Yangtze, China, dikenal juga sebagai "Dewi Sungai". Sayangnya, pembangunan bendungan besar-besaran, polusi sungai, dan lalu lintas kapal mengganggu habitat alami mereka. Polusi suara dari kapal-kapal besar membuat ikan ini kesulitan berkomunikasi, sementara air yang tercemar memperparah kondisi kesehatan mereka.
Pada tahun 2006, ekspedisi ilmiah oleh Zoological Society of London menyatakan ikan ini punah secara fungsional setelah tidak ditemukan lagi di habitat alaminya. Kisah Baiji jadi bukti nyata betapa besar dampak modernisasi terhadap ekosistem sungai.
Kehilangan hewan-hewan ini gak cuma tentang satu spesies yang hilang, tapi juga tentang keseimbangan ekosistem yang terganggu. Setiap hewan punya peran penting dalam menjaga harmoni alam. Sebagai manusia, sudah saatnya kita lebih sadar akan dampak tindakan kita terhadap makhluk lain.
Langkah kecil, seperti mendukung konservasi, mengurangi polusi, dan menjaga habitat alami, bisa jadi awal perubahan besar. Jangan sampai hewan-hewan lain bernasib sama dengan Harimau Jawa atau Ikan Baiji. Karena kita hidup di dunia yang sama, mari jaga alam ini untuk semua makhluk hidup!