5 Jenis Plastik yang Bisa Melepaskan Racun ke Makanan

- PET atau PETE (kode 1)Plastik ini sering digunakan untuk botol air mineral dan jus, namun bisa melepas zat berbahaya saat terkena panas atau digunakan berulang. Lebih baik pakai botol kaca atau stainless steel.
- PVC atau Polyvinyl Chloride (kode 3)Plastik ini sering dipakai untuk bungkus makanan segar dan daging, mengandung bahan tambahan yang bisa larut ke makanan. Lebih aman pakai kertas khusus makanan atau wadah kaca.
- PS atau Polystyrene (kode 6)Styrofoam mengandung stirena yang bisa lepas saat terkena panas dan masuk ke makanan, mengganggu sistem saraf dan dicurigai bersifat kars
Plastik sudah jadi bagian dari hidup sehari-hari—mulai dari bungkus makanan, botol minum, sampai wadah bekal. Tapi, nggak semua plastik dibuat dengan standar yang aman untuk makanan, lho. Beberapa jenis plastik ternyata bisa melepas zat berbahaya, terutama saat terkena panas atau digunakan berulang.
Masalahnya, efeknya sering kali tidak terasa langsung. Racun yang masuk dari plastik bisa menumpuk di tubuh dan baru terasa bertahun-tahun kemudian. Supaya lebih waspada, yuk kenali lima jenis plastik yang perlu dihindari saat bersentuhan langsung dengan makanan!
1. PET atau PETE (kode 1)

Jenis plastik ini paling sering ditemukan di botol air mineral, botol jus, atau kemasan air minum sekali pakai. PET sebenarnya dirancang untuk pemakaian satu kali saja, tapi banyak orang menggunakannya berulang tanpa tahu risikonya. Saat terkena panas—misalnya ditinggal di mobil atau diisi ulang dengan air panas, plastik ini bisa melepas zat kimia berbahaya seperti antimon. Zat ini berpotensi memicu gangguan hormon dan masalah kesehatan lainnya jika dikonsumsi terus-menerus.
Yang bikin repot, botol PET memang kelihatan praktis dan ekonomis, jadi sering dipakai terus. Padahal, risiko kontaminasi bisa meningkat seiring waktu. Untuk keamanan jangka panjang, lebih baik pakai botol berbahan kaca atau stainless steel yang lebih tahan suhu. Dan kalau memang harus pakai PET, cukup sekali pakai saja, lalu daur ulang dengan benar.
2. PVC atau Polyvinyl Chloride (kode 3)

PVC termasuk plastik yang fleksibel dan sering dipakai untuk bungkus makanan segar, pembungkus daging, atau bahkan plastik transparan. Tapi, jenis plastik ini mengandung bahan tambahan seperti phthalates yang bisa larut ke makanan, terutama yang berlemak atau berminyak. Kalau plastik ini dipanaskan, risiko zat berbahaya berpindah ke makanan makin tinggi. Efek jangka panjangnya bisa mengganggu hormon, kesuburan, bahkan meningkatkan risiko kanker.
Sayangnya, banyak kemasan PVC yang tidak dilabeli dengan jelas, jadi kita nggak sadar sudah menggunakannya. Kadang plastik pembungkus daging di supermarket termasuk PVC, lho. Untuk makanan segar, lebih aman pakai kertas khusus makanan atau wadah kaca. Selalu cek label “food grade” kalau mau main aman.
3. PS atau Polystyrene (kode 6)

Polystyrene, atau yang lebih dikenal sebagai styrofoam, sering dipakai buat wadah makanan atau minuman panas karena ringan dan murah. Tapi di balik itu, ada kandungan stirena—zat kimia yang bisa lepas saat terkena panas dan masuk ke makanan. Stirena dikenal sebagai zat yang bisa mengganggu sistem saraf dan dicurigai bersifat karsinogenik. Jadi, meskipun terlihat simpel, penggunaannya untuk makanan panas sebaiknya dihindari.
Makin sering digunakan, makin besar risiko zat berbahaya masuk ke tubuh. Beberapa negara bahkan sudah melarang penggunaan styrofoam untuk makanan. Pilihan lebih aman adalah menggunakan wadah berbahan kertas food-grade atau kontainer tahan panas dari bahan ramah lingkungan. Mungkin sedikit lebih mahal, tapi jauh lebih menenangkan.
4. LDPE atau Low-Density Polyethylene (kode 4)

LDPE biasanya ditemukan di plastik kresek, bungkus roti, atau kantong sayur dari supermarket. Jenis ini memang cukup fleksibel dan tahan air, tapi bukan berarti selalu aman untuk makanan panas. Saat terkena suhu tinggi atau makanan berminyak, ada kemungkinan zat kimia dari plastik ini berpindah ke makanan. Meskipun risikonya tidak setinggi PVC atau PS, tetap saja perlu hati-hati.
Masalah muncul karena LDPE sering dianggap “plastik aman”, padahal belum tentu semua varian-nya food grade. Beberapa kantong plastik yang terlihat biasa bisa punya kandungan kimia tambahan yang nggak cocok untuk makanan. Kalau ingin menyimpan makanan panas atau sisa lauk, mending pakai wadah kaca atau stainless. Lebih tahan lama, dan pastinya lebih aman.
5. PC (Polycarbonate) dan kode 7

Kode 7 ini agak membingungkan karena mencakup campuran berbagai jenis plastik, salah satunya adalah polycarbonate. Nah, plastik ini sering mengandung BPA (Bisphenol-A)—zat yang bisa mengganggu hormon tubuh jika terpapar terus-menerus. BPA bisa larut ke dalam makanan atau minuman, terutama saat plastik dipanaskan atau dipakai berulang kali. Risiko ini bisa makin besar kalau plastik sudah mulai kusam atau tergores.
Beberapa galon isi ulang, botol bayi, dan wadah makanan lama masih memakai bahan ini. Untungnya, sekarang sudah banyak produk yang mencantumkan label “BPA Free”, tapi tetap saja perlu jeli. Jangan cuma lihat bentuk dan harga—cek juga bahan penyusunnya. Untuk penyimpanan jangka panjang, pilih bahan yang lebih stabil seperti kaca atau baja tahan karat.
Nggak semua plastik itu jahat, tapi penting buat tahu mana yang sebaiknya dijauhi saat urusannya makanan. Beberapa jenis plastik memang tampak biasa saja, tapi bisa menyimpan risiko besar kalau salah cara pakainya. Apalagi kalau dipakai untuk makanan panas atau berulang kali.
Pilihlah plastik yang memang dirancang untuk menyimpan makanan dan tahan panas, atau lebih baik lagi beralih ke bahan alternatif yang lebih aman. Mungkin sedikit repot di awal, tapi tubuhmu akan berterima kasih dalam jangka panjang. Karena kesehatan, meskipun nggak kelihatan sekarang, tetap dimulai dari hal-hal kecil seperti memilih wadah makanan yang tepat.