Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Peristiwa Penting yang Mempengaruhi Sejarah Amerika Latin

peta Amerika Latin (pexels.com/Beate Vogl)
Intinya sih...
  • Amerika Latin memiliki kesamaan bahasa resmi Spanyol atau Portugis, kecuali Brazil yang menggunakan Portugis sebagai bahasa nasionalnya
  • Perjanjian Tordesillas pada tahun 1493 menentukan garis batas antara Spanyol dan Portugis di Amerika Latin
  • Pertempuran dan operasi militer Spanyol melawan Aztec dan Inca serta perjuangan kemerdekaan Amerika Latin dari Spanyol juga menjadi bagian sejarah penting di Amerika Latin

Amerika Latin merupakan kawasan yang meliputi beberapa negara di Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Negara yang tergabung dalam kawasan Amerika Latin memiliki kesamaan dalam bahasa resminya yaitu Spanyol atau Portugis. 

Kawasan Amerika Latin menjadi saksi munculnya peradaban besar kuno yaitu Maya, Aztec dan Inca. Rangkaian peperangan dan operasi militer juga turut menjadi bagian dari sejarah Amerika Latin.

Apa saja peristiwa-peristiwa penting yang mempengaruhi perjalanan sejarah bangsa Amerika Latin? Mari kita lihat lima peristiwa diantaranya.

1. Perjanjian Tordesillas

Tordesillas, Spanyol (commons.m.wikimedia.org/LBM1948)
Tordesillas, Spanyol (commons.m.wikimedia.org/LBM1948)

Semua negara di Amerika Latin berbicara bahasa Spanyol, kecuali Brazil. Brazil adalah satu-satunya negara di Amerika Latin yang menjadikan Portugis sebagai bahasa nasionalnya. Tentu saja ada sejarah di balik fakta unik ini.

Saat Christopher Columbus menemukan benua Amerika, wilayah tersebut sebenarnya sudah sempat diklaim oleh bangsa Portugis. Akan tetapi, Spanyol mencoba untuk mendapatkan akses penuh atas seluruh kawasan Amerika dengan bantuan Paus Alexander VI yang juga berasal dari Spanyol.

Di tahun 1493, Paus Alexander VI membuat garis batas yang berpusat di 300 mil sebelah barat Kepulauan Cape Verde dan8 membentang hingga kedua kutub Bumi. Sisi barat garis diperuntukkan bagi Spanyol dan Portugis mendapat sisi timur garis. 

Portugis merasa tidak puas dengan hasil pembagian tersebut sehingga pada 7 Juni 1494, kedua pihak mengadakan pertemuan di Tordesillas, Spanyol, untuk menggeser garis batas sejauh 1000 mil dari posisi semula. Atas hasil ini, Portugis berhasil mendapatkan klaim atas pesisir Brazil dan berlanjut hingga seluruh kawasan Brazil, dikutip dari Britannica.

2. Penaklukkan Kerajaan Aztec dan Inca

Aztec Ruins National Monument, Meksiko (commons.m.wikimedia.org/Rationalobserver)
Aztec Ruins National Monument, Meksiko (commons.m.wikimedia.org/Rationalobserver)

Kerajaan Aztec di Meksiko dan Inca yang berpusat di Peru merupakan dua kerajaan yang berpengaruh besar di Meksiko, Peru dan beberapa wilaya di pesisir barat Amerika Selatan. Untuk mendapat kekuasaan penuh atas Amerika Latin, Spanyol tentu saja harus menghilangkan dominasi Aztec dan Inca.

Spanyol menunjuk Hernán Cortés untuk melumpuhkan kekuatan Aztec. Cortés menjalin kerjasama dengan suku-suku lokal yang menentang ritual pengorbanan manusia oleh Kerajaan Aztec.

Selama lebih dari 90 hari, Cortés dan aliansi suku lokal menggempur ibukota Aztec, Tenochtitlán, dan menyebarkan virus cacar yang dengan cepat menginfeksi penduduk setempat. Tahun 1521 menandai dimulainya kekuasaan Spanyol atas Meksiko, dikutip dari Britannica.

Satu dekade setelah runtuhnya Aztec, Spanyol mulai melancarkan aksinya untuk mengalahkan kekuatan Inca melalui pimpinan Francisco Pizarro. Pizarro dan pasukannya datang di saat yang tepat setelah Inca diwarnai perang perebutan tahta.

Pasukan berkuda milik Spanyol menjadi titik kelemahan bagi pasukan Inca yang selama ini belum pernah menjumpai kuda di kawasan tersebut. Selain itu, senjata pedang dan baju zirah lapis baja yang dikenakan pasukan Spanyol membuat mereka mengungguli perlengkapan berperang pasukan Inca yang masih  sederhana, dikutip dari Thoughtco.

3. Perjuangan Kemerdekaan Amerika Latin dari Spanyol

patung Simón Bolívar di Venezuela (commons.m.wikimedia.org/Rjcastillo)
patung Simón Bolívar di Venezuela (commons.m.wikimedia.org/Rjcastillo)

Setelah menguasai Amerika Latin selama lebih dari tiga abad, situasi Spanyol mulai goyah saat Napoleon menginvasi negara tersebut pada 1807. Ketidakstabilan pemerintahan Spanyol secara spontan memicu gerakan perjuangan kemerdekaan di berbagai tempat di Amerika Latin.

Memasuki tahun 1810, perlawanan rakyat Amerika Latin mulai terlihat dengan dipimpin oleh pemimpinnya masing-masing. Beberapa diantaranya yaitu José María Morelos di Meksiko, Simón Bolivar di Venezuela, dan Carlos Manuel de Cespedes di Kuba.

Pergerakan perlawanan rakyat Amerika Latin berlangsung antara tahun 1810-1825. Meskipun berhasil melawan dominasi pasukan Napoleon di tahun 1813, Spanyol tetap tidak bisa membendung perlawanan perjuangan kemerdekaan dari kawasan Amerika Latin, dikutip dari Thoughtco.

4. Perang Paraguay

peta perebutan wilayah saat Perang Paraguay (commons.m.wikimedia.org/Hoodinski)

Perang Paraguay, atau yang juga dikenal dengan Perang Tiga Aliansi, merupakan peperangan paling berdarah dalam sepanjang sejarah Amerika Latin. Konflik yang terjadi selama enam tahun tersebut melibatkan empat negara yaitu Paraguay, Uruguay, Argentina dan Brazil.

Selama beberapa tahun sejak dimulainya era kemerdekaan negara-negara Amerika Latin, Paraguay memiliki konflik mengenai perbatasan negara dengan Argentina dan Brazil. Sementara itu di sisi lain, Brazil membantu salah satu partai di Uruguay untuk menyisihkan lawannya.

Melihat situasi di sekitar negaranya yang mulai tidak kondusif, Francisco Solano López selaku Presiden Paraguay, memulai aksi perang terhadap Brazil. Situasi semakin parah ketika Argentina, bergabung bersama Brazil dan Uruguay sekaligus menyatakan perang terhadap Paraguay pada 1 Mei 1865.

Paraguay mengalami dampak peperangan yang sangat memprihatinkan. Selain kehilangan sebagian wilayahnya, separuh dari total masyarakat Paraguay menjadi korban jiwa, ditambah lagi dengan keberadaan penyakit serta gejala malnutrisi, dikutip dari Britannica.

5. Operasi Condor

Augusto Pinochet (commons.m.wikimedia.org/Biblioteca del Congreso Nacional del Chile)
Augusto Pinochet (commons.m.wikimedia.org/Biblioteca del Congreso Nacional del Chile)

Seperti apa rasanya hidup di negara yang dipimpin oleh diktator dan dikepung oleh negara-negara yang juga dikepalai oleh rezim otoriter? Inilah yang dirasakan masyarakat Brazil, Chile, Bolivia, Paraguay, Uruguay dan Argentina pada rentang tahun 1975-1983.

Augusto Pinochet merupakan komandan militer yang menjadi Presiden di Chile setelah mengkudeta pemerintahan sosialis Salvador Allende di tahun 1973. Sebanyak 130 ribu orang menjadi korban penangkapan dalam tiga tahun awal masa jabatannya.

Selama menjabat sebagai presiden, Pinochet memiliki ambisi untuk menyingkirkan seluruh kaum sosialis serta mendorong terjadinya mekanisme pasar bebas di Chile. Untuk mencapai tujuannya, Pinochet mengajak pemimpin-pemimpin negara di sekitarnya untuk bergabung dalam Operasi Condor.

Melalui Operasi Condor, para pemimpin dikatator di enam negara tersebut saling bekerjasama untuk membungkam musuh-musuhnya. Entah berstatus korban jiwa atau berakhir hilang tanpa kabar, ribuan masyarakat Chile, Brazil, Bolivia, Paraguay, Uruguay dan Argentina menjadi korban dari kekejaman Operasi Condor, dikutip dari Britannica.

Rangkaian peristiwa di atas menentukan perjalanan sejarah bangsa-bangsa Amerika Latin. Brazil sebagai satu-satunya negara berbahasa Portugis serta garis batas antar negara yang terbentuk seperti sekarang ini merupakan hasil dari deretan peristiwa sejarah penting di masa lalu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nisa Istiqomah
EditorNisa Istiqomah
Follow Us