Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Risiko Transfusi Darah bagi Resipien, Waspada Bahaya Mengintai!

Unsplash.com/LuAnn Hunt
Unsplash.com/LuAnn Hunt

Melakukan transfusi darah merupakan hal yang sangat terpuji. Bagaimana tidak?, dengan melakukan transfusi darah kita dapat menolong nyawa orang lain dari bahaya kematian akibat suatu penyakit atau kecelakaan. Selain itu transfusi darah pun memiliki berbagai manfaat kesehatan bagi pendonornya langsung. 

Namun, di balik banyaknya manfaat yang didapat dari transfusi darah, ternyata ada risiko yang ditimbulkanya bagi penerima darah atau resipien tersebut. Beberapa risikonya dapat kita simak di bawah ini beserta dengan penjelasan lengkapnya. 

1. Demam

Unsplash.com/Rex Pickar
Unsplash.com/Rex Pickar

Risiko yang sering terjadi dari proses transfusi darah pada tubuh orang lain adalah demam. Demam dapat terjadi langsung saat proses transfusi maupun saat setelah transfusi darah dilakukan. Hal ini bukanlah masalah serius dan sering terjadi pada resipien karena hal tersebut merupakan respon tubuh terhadap sel darah putih yang masuk ke dalam tubuh resipien. Kondisi demam pada resipien ini dapat ditangani dengan memberikan obat penurun demam dan makanan yang menyehatkan bagi tubuh. 

2. Kerusakan paru-paru

Unsplash.com/LinkedIn Sales Navigator
Unsplash.com/LinkedIn Sales Navigator

Risiko mengalami kerusakan pada paru-paru resipien merupakan hal yang jarang terjadi. Namun, hal tersebut tidak menarik kemungkinan resipien akan tetap terkena dampak dari risiko transfusi darah. Kerusakan paru-paru ini akan terjadi pada 6 jam setelah transfusi darah dilakukan. 

Dari kerusakan tersebut ada beberapa kasus bahwa resipien dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, tidak bagi kerusakan yang parah terjadi. Kerusakan paru-paru akan menyebabkan resipien sulit untuk bernapas dan mengakibatkan meninggal dunia. 

3. Penyakit graft versus host

Unsplash.com/Sharon McCutcheon
Unsplash.com/Sharon McCutcheon

Risiko penyakit graft versus host ini diakibatkan oleh sel darah putih yang diterima oleh resipien menyerang jaringan sumsum tulang dan jaringan tubuh lainya. Penyakit ini tergolong sangat fatal dan menyerang resipien dengan kondisi kekebalan tubuh yang sangat rendah. Gejala yang dapat ditimbulkan dari penyakit graft versus host ini adalah diare, ruam pada kulit dan demam. 

4. Kelebihan zat besi

Unsplash.com/Hush Naidoo
Unsplash.com/Hush Naidoo

Banyaknya darah yang ditransfusikan pada resipien menimbulkan kelebihan zat besi pada tubuh. Kelebihan zat besi dalam tubuh dapat mengakibatkan kerusakan pada jantung, hati dan sistem tubuh lainya. Risiko bahaya seperti ini dapat membahayakan nyawa resipien sehingga saat transfusi darah perlu dilakukan pemeriksaan yang tepat mengenai berapa banyak darah yang dibutuhkan oleh tubuh resipien. 

5. Acute immune hemolytic reaction

Unsplash.com/Chang Duong
Unsplash.com/Chang Duong

Acute immune hemolytic reaction diakibatkan oleh ketidak cocokan darah yang diterima oleh resipien dari pendonor. Ketidak cocokan ini mengakibatkan sistem imun yang ada pada tubuh resipien menyerang sel darah yang telah ditransfusikan.

Jika hal ini terjadi, maka sel-sel darah yang telah diserang oleh sistem imun tubuh akan menimbulkan senyawa yang membahayakan ginjal. Oleh sebab itulah perlu dilakukan pemeriksaan darah sebelum dilakukan transfusi darah pada resipien. 

Kelima risiko di atas tidak akan terjadi jika transfusi darah dilakukan sesuai dengan prosedur kesehatan yang teliti. Yuk mulai perhatikan kembali jika suatu saat akan melakukan transfusi darah! 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
P U T R I
EditorP U T R I
Follow Us