Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Alasan Hujan Deras Aman Jika Hutan Masih Utuh, Gak Akan Banjir!

ilustrasi hujan
ilustrasi hujan (pexels.com/Nguyễn Hữu Nhã)
Intinya sih...
  • Akar pohon menyerap dan menahan air hujan, mengurangi risiko banjir dan longsor.
  • Tajuk pohon memperlambat jatuhnya air ke tanah, mencegah aliran permukaan berlebihan.
  • Struktur tanah hutan lebih gembur, menjaga aliran sungai tetap stabil dan mengurangi risiko longsor di daerah lereng.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Hujan deras sering kali langsung dikaitkan dengan ancaman bencana alam seperti banjir dan longsor. Banyak orang merasa cemas ketika hujan turun berjam-jam tanpa henti, terutama di daerah yang pernah terdampak bencana. Padahal, hujan pada dasarnya adalah proses alami yang sangat penting bagi keseimbangan ekosistem. Air hujan dibutuhkan untuk mengisi sungai, menyuburkan tanah, dan menjaga ketersediaan air bersih. Masalahnya bukan pada hujan itu sendiri, melainkan pada kondisi lingkungan tempat hujan tersebut jatuh. Ketika alam sudah rusak, hujan yang seharusnya membawa kehidupan justru berubah menjadi ancaman.

Hutan memegang peran kunci dalam menentukan apakah hujan deras akan aman atau berbahaya. Hutan yang masih utuh bekerja seperti sistem perlindungan alami yang sangat kompleks. Pohon, tanah, dan makhluk hidup di dalamnya saling bekerja sama mengelola air hujan. Sayangnya, ketika hutan ditebang dan lahan dibuka secara masif, sistem ini runtuh. Air hujan tidak lagi terserap dengan baik dan akhirnya mengalir bebas ke permukiman. Inilah alasan mengapa hujan deras bisa tetap aman jika hutan masih terjaga dengan baik.

1. Akar pohon menyerap dan menahan air hujan

ilustrasi hujan
ilustrasi hujan (pexels.com/melisa valentin)

Hutan yang utuh memiliki jaringan akar pohon yang sangat luas dan saling terhubung. Akar-akar ini berfungsi seperti spons raksasa yang menyerap air hujan ke dalam tanah. Ketika hujan deras turun, air tidak langsung mengalir di permukaan tanah. Sebagian besar air akan masuk ke dalam tanah melalui pori-pori yang dibentuk oleh akar. Proses ini membantu mengurangi volume air yang mengalir di permukaan. Dengan begitu, risiko banjir dapat ditekan secara signifikan.

Selain menyerap air, akar pohon juga berfungsi menahan tanah agar tidak mudah tergerus. Tanah yang stabil membuat air hujan lebih mudah meresap dibandingkan tanah yang gundul. Jika hutan hilang, tanah menjadi padat dan kehilangan daya serapnya. Air hujan akan langsung mengalir deras membawa tanah dan lumpur. Inilah awal dari banjir bandang dan longsor. Keberadaan akar pohon menjadi benteng pertama yang membuat hujan deras tetap aman.

2. Tajuk pohon memperlambat jatuhnya air ke tanah

ilustrasi hujan
ilustrasi hujan (pexels.com/Vlad Chețan)

Daun dan cabang pohon membentuk tajuk yang berfungsi sebagai pelindung alami dari hujan deras. Ketika hujan turun, air tidak langsung menghantam tanah dengan kekuatan penuh. Sebagian air tertahan di daun dan mengalir perlahan ke bawah. Proses ini dikenal sebagai intersepsi hujan. Dengan cara ini, energi hujan yang jatuh ke tanah menjadi jauh lebih kecil. Tanah pun tidak mudah terkikis.

Perlambatan jatuhnya air ini sangat penting, terutama saat hujan berlangsung lama. Tanah memiliki waktu lebih banyak untuk menyerap air secara perlahan. Risiko aliran permukaan yang berlebihan bisa diminimalkan. Berbeda dengan area terbuka tanpa pohon, air hujan langsung menghantam tanah dan menciptakan limpasan besar. Tajuk pohon berperan sebagai payung alami bagi bumi. Selama hutan masih utuh, hujan deras tidak langsung berubah menjadi ancaman.

3. Struktur tanah hutan lebih gembur dan sehat

ilustrasi hujan
ilustrasi hujan (pexels.com/Kaushal das)

Tanah di dalam hutan memiliki struktur yang jauh lebih gembur dibandingkan tanah di area terbuka. Hal ini disebabkan oleh aktivitas organisme tanah seperti cacing, jamur, dan mikroba. Mereka membantu menciptakan rongga-rongga kecil yang memudahkan air meresap. Serasah daun yang menumpuk di lantai hutan juga berfungsi sebagai lapisan pelindung tanah. Lapisan ini menjaga kelembapan dan mencegah tanah menjadi keras. Akibatnya, air hujan lebih mudah diserap.

Tanah yang sehat mampu menampung air dalam jumlah besar tanpa menimbulkan limpasan berlebihan. Air yang tersimpan ini kemudian dilepaskan secara perlahan ke sungai dan mata air. Proses ini menjaga aliran air tetap stabil meski hujan sudah berhenti. Jika tanah rusak akibat deforestasi, kemampuan ini akan hilang. Air hujan langsung mengalir deras tanpa kendali. Hutan yang utuh memastikan tanah tetap bekerja sebagaimana mestinya.

4. Hutan mengurangi risiko longsor di daerah lereng

ilustrasi hujan
ilustrasi hujan (pexels.com/Sitthan Kutty)

Daerah dengan kemiringan tinggi sangat rentan terhadap longsor saat hujan deras. Namun, risiko ini bisa ditekan jika hutan di area tersebut masih terjaga. Akar pohon berfungsi sebagai penahan alami yang mengikat lapisan tanah. Ikatan ini membuat tanah lebih stabil meski dalam kondisi basah. Air hujan yang meresap juga didistribusikan secara merata. Tekanan air di dalam tanah tidak terkonsentrasi di satu titik.

Sebaliknya, ketika hutan ditebang, lereng menjadi sangat rapuh. Tanah kehilangan penyangga alaminya dan mudah runtuh saat hujan turun. Banyak kejadian longsor terjadi di wilayah yang hutannya rusak parah. Ini menunjukkan bahwa hujan bukan penyebab utama bencana. Hutan yang hilanglah yang membuat hujan berubah menjadi pemicu longsor. Selama hutan masih berdiri, lereng tetap memiliki perlindungan alami.

5. Hutan menjaga aliran sungai tetap stabil

ilustrasi hujan desa
ilustrasi hujan desa (pexels.com/Bibhukalyan Acharya)

Hutan berperan penting dalam mengatur debit air sungai. Saat hujan deras, air yang terserap oleh tanah hutan akan dilepaskan secara perlahan ke sungai. Hal ini mencegah sungai meluap secara tiba-tiba. Aliran air menjadi lebih stabil dan terkontrol. Sungai tidak menerima lonjakan air dalam waktu singkat. Kondisi ini sangat penting untuk mencegah banjir di wilayah hilir.

Jika hutan rusak, air hujan langsung mengalir ke sungai dalam jumlah besar. Sungai tidak mampu menampung volume air yang datang secara mendadak. Akibatnya, banjir pun tak terhindarkan. Banyak kota yang mengalami banjir parah karena hutan di daerah hulunya rusak. Ini membuktikan bahwa keamanan hujan deras sangat bergantung pada kondisi hutan. Hutan yang utuh adalah penjaga keseimbangan aliran air.

6. Hutan menjadi sistem penyangga alami ekosistem

ilustrasi hujan
ilustrasi hujan (pexels.com/Lum3n)

Hutan bukan hanya kumpulan pohon, tetapi sistem penyangga ekosistem yang sangat kompleks. Di dalamnya terdapat interaksi antara tumbuhan, hewan, tanah, dan air. Semua elemen ini bekerja bersama untuk menjaga keseimbangan alam. Saat hujan deras, sistem ini mampu menyerap, menyimpan, dan mendistribusikan air dengan efisien. Tidak ada satu komponen pun yang bekerja sendirian. Inilah yang membuat hutan sangat efektif dalam meredam dampak hujan ekstrem.

Ketika hutan rusak, sistem penyangga ini ikut runtuh. Air hujan tidak lagi dikelola secara alami dan berubah menjadi ancaman. Dampaknya tidak hanya berupa banjir dan longsor, tetapi juga krisis air di musim kemarau. Hutan yang utuh menjaga siklus air tetap seimbang sepanjang tahun. Dengan demikian, hujan deras tidak perlu ditakuti. Selama hutan dijaga, alam sebenarnya sudah menyediakan sistem pengaman terbaik.

Hujan deras pada dasarnya bukan musuh bagi manusia maupun alam. Ia menjadi berbahaya ketika sistem alami yang seharusnya mengelolanya telah rusak. Hutan yang masih utuh memiliki peran vital dalam menyerap, menahan, dan mengatur air hujan. Dari akar pohon hingga struktur tanah, semuanya bekerja untuk mencegah banjir dan longsor. Tanpa hutan, hujan kehilangan jalur alaminya.

Memahami peran hutan membuat kita sadar bahwa solusi bencana bukan hanya soal infrastruktur buatan. Menjaga dan memulihkan hutan adalah langkah paling mendasar dan berkelanjutan. Selama hutan tetap berdiri, hujan deras bisa tetap aman dan membawa manfaat. Alam sebenarnya sudah menyediakan sistem perlindungan terbaik. Tugas manusia hanyalah menjaganya, bukan merusaknya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us

Latest in Science

See More

5 Peristiwa Langit yang Jarang Terjadi tapi Sangat Menakjubkan

26 Des 2025, 21:49 WIBScience