Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Fakta Gila Planet yang Jarang Diungkap, dari Hujan Batu Sampai Berlian!

Planet
Ilustrasi fakta gila planet yang jarang diungkap (commons.wikimedia.org/Blue straggler)
Intinya sih...
  • Magnetosfer Uranus memiliki medan magnet yang miring 59° dari sumbu rotasi, menyebabkan fenomena aurora dan interaksi angin surya yang tak terduga.
  • Planet GW Ori mengorbit tiga bintang sekaligus, menciptakan langit dengan tiga matahari yang tak pernah tidur.
  • Badai kutub Jupiter berputar dalam formasi heksagonal dan memiliki kecepatan angin lebih dari 300 km/jam, menolak hukum turbulensi biasa.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ketika berbicara soal planet, kita sering kali hanya terjebak pada gambaran klise. Mars itu merah, Saturnus punya cincin, dan Pluto si korban downgrade. Tapi, tahukah kamu bahwa di luar sana ada dunia yang tak masuk akal bagi imajinasi manusia? Fakta-fakta ini begitu liar, tak banyak media populer yang berani mengangkatnya secara gamblang.

Mulai dari planet yang memiliki medan magnet sangat miring, ada pula yang mengorbit sistem tiga bintang, hingga badai kutub yang menggelora bagai tarian kosmis. Artikel ini akan mengajak kita menyusuri sudut-sudut tata surya dan galaksi yang jarang dijamah. Bukan hanya soal sains, ini tentang absurditas alam semesta yang membungkam nalar. Siapkan dirimu, karena enam fakta ini akan mengubah cara pandangmu tentang planet selamanya!

1. Magnetosfer Uranus yang medan magnetnya miring dan "nyaris kabur" dari planetnya

Planet
Ilustrasi Uranus yang memiliki medan magnet sangat miring (commons.wikimedia.org/Erich Karkoschka and NASA/ESA)

Jika magnetosfer Bumi seperti tameng rapi yang melindungi dari angin matahari, maka magnetosfer Uranus adalah sesuatu dari dunia lain. Geophysical Research Letters berhasil mengungkap fakta bahwa medan magnet Uranus miring 59° dari sumbu rotasi. Fenomena ini tidak berasal dari pusat inti planet, melainkan dari kedalaman aneh yang menyebabkan geometri asimetris.

Hal ini menyebabkan fenomena aurora dan interaksi angin surya di Uranus menjadi tak terduga. Bahkan, Voyager 2 yang sempat melewatinya pada 1986 kesulitan memetakan bentuk pasti dari medan magnet ini. Ilmuwan NASA menyebutnya sebagai "medan magnet paling aneh di tata surya".

Apa dampaknya? Jika manusia mengunjungi Uranus, perisai pelindung terhadap radiasi mungkin akan bekerja secara tidak merata. Dunia ini benar-benar menunjukkan bahwa tidak semua planet tunduk pada simetri dan logika gravitasi.

2. Planet yang bisa mengorbit sistem bintang kembar tiga

Planet
Ilustrasi GW Orion yang mengorbit tiga bintang (commons.wikimedia.org/ALMA (ESO/NAOJ/NRAO), ESO/Exeter/Kraus et al)

Satu matahari? Terlalu biasa. Dua? Sudah ada. Namun, bagaimana dengan planet yang mengorbit tiga bintang sekaligus? Ilmuwan menemukan sistem GW Ori, sebuah sistem bintang tiga yang kemungkinan memiliki cakram gas tempat planet sedang terbentuk. Fenomena ini menciptakan planet circumtriple, sesuatu yang dulunya hanya ada dalam fiksi ilmiah—dilansir dari laman Jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society.

Sistem ini berjarak 1.300 tahun cahaya dari Bumi dan berada di konstelasi Orion. Planet di sistem ini kemungkinan besar mengorbit ketiga bintang dalam jalur spiral yang rumit—menjadi satu-satunya (sejauh ini) kandidat planet tiga matahari yang terdeteksi oleh manusia.

Bayangkan saja ada satu matahari terbit di timur, lalu matahari kedua muncul dari selatan, dan matahari ketiga menyusul dari langit barat. Lupakan senja romantis, di sini langitmu tak pernah tidur.

3. Badai kutub Jupiter yang abadi dan tak pernah reda

Planet
Ilustrasi badai kutub Jupiter yang abadi (commons.wikimedia.org/NASA)

Misi Juno NASA mengirim gambar mengejutkan dari kutub Jupiter—terdapat delapan badai raksasa di kutub utara dan lima di kutub selatan, berputar dalam formasi heksagonal seperti pusaran kosmik yang tak pernah padam. Badai ini diameter ratusan kilometer, dengan kecepatan angin lebih dari 300 km/jam. Hal ini dilansir dari Jet Propulsion Laboratory California Institute of Technology.

Formasi ini bertahan selama bertahun-tahun, seolah menolak hukum turbulensi biasa yang seharusnya membuat mereka bergabung jadi satu badai besar. Para ilmuwan menyebutnya sebagai “struktur paling stabil dalam kekacauan”.

Ini bukan sekadar badai. Ini adalah lukisan kosmik yang menunjukkan Jupiter bukan hanya raksasa gas, tapi juga pelukis badai di langitnya sendiri.

4. Hujan batu cair di eksoplanet CoRoT-7b

Planet
Ilustrasi eksoplanet yang mengalami hujan batu (commons.wikimedia.org/Blue straggler)

NASA sejak 2013 telah melansir bahwa CoRoT-7b adalah eksoplanet berbatu yang sangat dekat dengan bintangnya, sehingga suhu permukaannya mencapai 2.300°C—cukup untuk melelehkan batuan dan menciptakan atmosfer silikat. Saat batuan cair ini menguap dan naik ke atmosfer, ia mendingin dan jatuh kembali ke permukaan sebagai hujan batu cair.

Fenomena ini membuat CoRoT-7b dijuluki "lava world", dunia ekstrem yang permukaannya berubah bentuk setiap saat. Di sisi siang planet, gunung meletus dan mencair. Di sisi malam, batu mengkristal lalu turun sebagai bebatuan padat.

Bumi memiliki hujan, salju, bahkan badai es. Tapi hujan batu? Itu hanya milik planet-planet terdekat bintang maut.

5. Pluto yang punya pendingin organik alami

Planet
Ilustrasi pluto yang punya atmosfer haze alami (commons.wikimedia.org/NASA/Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory/Southwest Research Institute)

Data terbaru dari James Webb Space Telescope menunjukkan bahwa Pluto memiliki atmosfer haze organik yang menyerap cahaya Matahari lalu melepaskan kembali dalam bentuk radiasi inframerah. Ini membuat suhu atmosfernya jadi lebih dingin dari yang diprediksi model iklim sebelumnya—dilansir dari portal digital LiveScience.

Fenomena ini disebut sebagai “pendinginan aktif” oleh ilmuwan—bukan karena angin, tetapi karena partikel organik kompleks seperti tholin yang terbentuk akibat radiasi ultraviolet. Hasilnya, suhu permukaan Pluto bisa mencapai -203°C.

Pluto, si mantan planet, ternyata punya kemampuan unik untuk menolak panas kosmis. Mungkin ini cara semesta bilang, “Yang kecil belum tentu kalah pintar."

6. Hujan berlian akibat tekanan udara terlampau tinggi

Planet
Ilustrasi Uranus dan Neptunus yang mengalami hujan berlian (www.nasa.gov)

Kanal digital Astronomy melansir sebuah studi terbaru dari Stanford SLAC dan jurnal Nature Astronomy—disebutkan bahwa di dalam atmosfer tekanan tinggi Uranus dan Neptunus, atom karbon dari metana bisa membentuk ikatan kristal dan jatuh sebagai hujan berlian.

Eksperimen laboratorium berhasil menciptakan simulasi hujan berlian dalam skala kecil, menunjukkan bahwa fenomena ini bukan lagi sekadar teori. Bahkan, ilmuwan menganggap proses ini bisa menjadi sumber panas internal planet-planet tersebut, seperti mesin pembakar dari dalam.

Di dunia ini, berlian mungkin mahal. Tapi di Neptunus? Itu hanya gerimis sore biasa.

Semesta bukan hanya soal planet biru dan merah. Ia menyimpan keanehan yang membuat para ilmuwan ternganga dan menyadarkan kita: betapa kecilnya pemahaman kita tentang kosmos. Setiap planet membawa narasi, dari badai abadi hingga permata yang jatuh dari langit.

Jika kamu hanya mengenal Bumi sebagai satu-satunya dunia dengan “kehidupan”, mungkin kamu melewatkan keindahan eksistensi lain yang ekstrem. Artikel ini baru permulaan. Siapa tahu, fakta paling gila berikutnya sedang menunggu ditemukan—atau dituliskan olehmu?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us

Latest in Science

See More

Dampak Bahaya Gas Air Mata Kedaluwarsa, Bisa Mematikan

03 Sep 2025, 16:20 WIBScience