6 Planet di Tata Surya yang Mustahil Ditinggali Manusia

Total terdapat delapan planet yang ada dalam tata surya kita. Dari kedelapan planet itu, hanya planet kita tercinta, Bumi, yang memiliki kehidupan di dalamnya. Hal ini bisa terjadi karena Bumi berada pada zona yang disebut Goldilocks atau zona layak huni (habitable zone). Di sini, semuanya terasa pas atau sesuai. Sinar Matahari tak menyengat terlalu panas, ada lapisan atmosfer sebagai pelindung dari berbagai macam bahaya dari luar angkasa, ada tanah tempat kita berpijak, dan terdapat air dalam bentuk cair untuk menunjang kehidupan.
Menariknya, tak hanya Bumi yang ada pada zona layak huni tersebut. Planet tetangga kita, Mars, juga masuk di dalamnya. Itu sebabnya, ilmuwan sampai hari ini masih meneliti soal kemungkinan manusia untuk hidup di sana. Bahkan, banyak pihak yang sudah mulai merencanakan eksperimen untuk menempatkan manusia Mars. Jadi, bisa saja pada masa mendatang kita melihat peradaban manusia berkembang di Mars.
Nah, selain Bumi dan Mars, seluruh planet lain di tata surya bisa dibilang mustahil untuk dihuni manusia, bahkan untuk menunjang kehidupan secara umum. Tentunya alasan di balik hal ini berbeda-beda untuk masing-masing planet. Untuk itu, pada kesempatan kali ini, yuk, kita cari tahu soal alasan mengapa mayoritas planet di tata surya kita tak bisa mendukung kehidupan!
1. Merkurius

Dari jaraknya dengan Matahari saja, kita pasti sudah tahu kalau mustahil Merkurius mampu menopang kehidupan di dalamnya. Mengutip NASA, jarak antara Merkurius dengan Matahari hanya sekitar 58 juta kilometer sehingga sinar Matahari hanya butuh waktu sekitar 3,2 menit saja untuk sampai ke permukaan planet ini. Selain itu, ukuran Merkurius terlalu kecil dengan diameter sekitar 4.880 kilometer. Itu artinya, ukuran planet ini tak lebih dari sepertiga dari Bumi dan sedikit lebih besar ketimbang Bulan.
Adapun, sejumlah alasan lain mengapa mustahil kita hidup di Merkurius berkaitan dengan suhu, permukaan, dan faktor eksternal dari planet ini. Untuk urusan suhu, Merkurius bisa dibilang jadi tempat yang ekstrem karena bisa menjadi sangat panas dan dingin pada saat yang bersamaan. Pada bagian yang sedang masuk waktu siang hari, suhu permukaan planet ini bisa mencapai 430 derajat celsius. Sementara, pada bagian yang masuk waktu malam justru akan mengalami penurunan suhu sangat tajam, yakni hingga -180 derajat celsius, dilansir NASA.
Permukaan Merkurius memang terdiri atas batuan padat dan diduga ada pula air dalam bentuk es di kedua kutub planet ini. Namun, batuan itu sering hancur karena hantaman asteroid dari luar angkasa. Hal ini disebabkan oleh tak adanya lapisan atmosfer yang dapat melindungi Merkurius dari material asing. Alhasil, di planet ini dapat ditemukan begitu banyak kawah yang bisa memiliki diameter hingga ribuan km. Tak hanya itu, partikel angin Matahari juga bisa langsung memasuki planet ini sehingga memang mustahil bagi kita untuk hidup di dalamnya.
2. Venus

Selanjutnya ada planet terdekat kedua dengan Matahari, yakni Venus. Menariknya, ada beberapa kemiripan antara Venus dengan Bumi sehingga tak jarang planet ini disebut sebagai kembaran Bumi. Sebagai contoh, diameter Venus tak berbeda jauh dengan Bumi, yakni sekitar 12.104 km. Selain itu, di permukaan Venus ditemukan berbagai jenis batuan padat, gunung berapi, bahkan diduga kalau beberapa juta tahun yang lalu terdapat laut di planet ini. Berdasarkan jaraknya dengan Matahari sekitar 108 juta km, Venus terbilang cukup dekat dengan zona layak hidup.
Namun, kondisi sebenarnya dari Venus membuat planet ini mustahil untuk ditinggali makhluk hidup mana pun. Meski bukan yang terdekat, Venus jadi planet paling panas yang ada di tata surya kita. Dilansir The Planetary Society, rata-rata suhu permukaan Venus saja sudah mencapai 470 derajat celsius. Tingginya suhu di planet ini disebabkan karena gas karbon dioksida yang ada di atmosfernya sehingga memerangkap hawa panas di dalam planet tersebut.
Ditambah lagi, tekanan di Venus juga terbilang sangat berat, yakni sekitar 92 bar atau 1.350 pon tekanan per inci. Artinya, memijakkan kaki di planet ini saja sudah membuat kita merasakan tekanan seperti ketika di dalam laut dengan kedalaman 1 km. Hanya dengan kombinasi dua hal tersebut, sudah mustahil bagi kehidupan, apalagi manusia, untuk bertahan di planet yang satu ini.
3. Jupiter

Bergerak agak jauh, kali ini ada planet terbesar di tata surya kita, yakni Jupiter. Luas permukaan planet ini menyentuh angka 61,42 miliar km persegi dengan diameter 69.911 km. Artinya, Jupiter lebih lebar 11 kali lipat dari Bumi. Menariknya, Jupiter ini diperkirakan jadi planet pertama yang terbentuk di tata surya kita. Namun, besar secara ukuran bukan berarti Jupiter berpotensi jadi rumah yang sangat luas bagi kehidupan. Malahan, kehidupan mustahil bisa muncul, apalagi bertahan di planet ini.
Universe Today melansir kalau sebagian material yang ada di Jupiter adalah hidrogen dan helium. Karena itu, planet yang satu ini sebenarnya merupakan planet gas. Jadi, mustahil bagi kita untuk sekadar memijakkan kaki. Tak hanya itu, medan magnet Jupiter juga sangat kuat sehingga ia akan memerangkap berbagai jenis partikel dan radiasi yang jumlahnya bisa jutaan kali lebih besar ketimbang Sabuk Van Allen yang ada di Bumi.
Kalaupun kita menemukan cara membuat peradaban yang mengapung di sekitar Jupiter, masalah cuaca tetap jadi ancaman besar. Angin badai yang berada di sini bisa mencapai kecepatan 539 km per jam pada bagian yang terlihat seperti bintik besar dari planet ini. Ketinggian badainya juga berkisar antara 100—350 km. Di luar itu semua, ada satu hal menarik dari planet ini. Terdapat sekitar 95 buah bulan yang mengelilingi Jupiter. Adapun, beberapa di antaranya punya karakteristik seperti Bumi, semisal Europa.
4. Saturnus

Kalau dilihat fotonya, mungkin banyak yang setuju kalau Saturnus merupakan planet yang paling indah di tata surya kita. Diameternya saja mencapai 120.500 km sehingga planet ini sekitar sembilan kali lebih lebar ketimbang Bumi. Saturnus jadi planet dengan jumlah satelit alami terbanyak di tata surya kita. Total ada 146 bulan yang dimiliki oleh planet bercincin yang satu ini.
Masalah di balik mustahilnya manusia hidup di Saturnus cukup mirip seperti Jupiter. Planet cincin ini merupakan planet gas yang berasal dari hidrogen dan helium, dilansir Space. Dengan demikian, tak ada pijakan solid yang bisa ditemukan di permukaan planet ini. Angin yang berembus di sini juga tak kenal ampun karena bisa menyentuh kecepatan 1.800 km per jam, lebih cepat ketimbang kecepatan suara. Angin yang ada di atmosfernya pun tak kalah kencang karena berembus dengan kecepatan 500 meter per detik.
Selain itu, tekanan yang ada di planet ini sangat kuat dengan perkiraan bisa mencapai 1 juta bar pada inti planetnya! Jelas, tak ada perbandingan yang sebanding dengan tekanan ini di Bumi sehingga sulit untuk menafsirkan seberapa besarnya tekanan itu. Ditambah lagi, sama seperti Jupiter, Saturnus menghasilkan medan magnet yang sangat kuat sehingga ada banyak partikel dan radiasi yang terperangkap di dalamnya.
5. Uranus

Warna Uranus bisa dibilang cukup unik karena terlihat seperti biru kehijauan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar permukaan planet ini tersusun atas material es padat, semisal air, gas metana, dan amonia. Diameter planet ini sekitar 51.118 km dan Uranus memiliki rotasi melawan arah dari kebanyakan planet, sama seperti Venus. Selain itu, garis khatulistiwa planet ini miring ke arah kanan hingga sudut 97 derajat. Nah, soal mengapa Uranus mustahil ditinggali oleh manusia cukup beragam.
Dilansir NASA, permukaan Uranus memang tak berbentuk gas. Namun, planet ini dikelilingi berbagai cairan berbahaya dan es. Karena itu, hampir mustahil menginjakkan kaki di permukaannya. Suhu di awannya saja bisa mencapai -224 derajat celsius. Ditambah lagi, ada tekanan di permukaan yang termasuk cukup besar. Kehadiran gas-gas berbahaya, semisal metana, dan radiasi tinggi akibat lapisan atmosfer yang tipis jadi penyebab kehidupan mustahil bisa muncul di planet ini.
Meski tak sekuat Jupiter dan Saturnus, angin yang berembus di planet ini bisa mencapai kecepatan 900 km per jam. Oh, ya, sama seperti Saturnus, Uranus juga memiliki cincin di sekelilingnya. Uniknya, jumlah cincin di planet ini mencapai 13 lapisan dengan nama, ukuran, dan warna yang berbeda-beda.
6. Neptunus

Terakhir, ada Neptunus yang merupakan planet paling ujung dari tata surya kita. Diameternya sekitar 49.528 km dan waktu yang dibutuhkan planet ini untuk melakukan satu kali orbit menuju Matahari mencapai 165 tahun. Planet yang juga berwarna biru ini punya lima lapis cincin yang berbeda. Di sekitarnya juga terdapat 16 bulan yang mengorbit pada Neptunus. Dari jaraknya dengan Matahari saja—yang mencapai 4,5 miliar km—rasanya kita pasti tahu kalau mustahil bagi kehidupan untuk berkembang di Neptunus.
NASA menyebut kalau sinar Matahari yang sampai menuju Neptunus pada siang hari hanya terlihat seperti cahaya sore yang gelap dari Bumi. Material yang menyusun permukaan Neptunus serupa seperti Uranus, yakni es cair yang terbuat dari air, gas metana, dan amonia. Keberadaan gas metana di udara juga sangat membahayakan karena gas tersebut selalu ditiup angin yang bisa mencapai kecepatan 2 ribu km per jam.
Belum lagi jika kita berbicara soal suhu di planet ini, rata-rata suhu permukaan Neptunus bekisar -214 derajat celsius. Karena itu, apa pun yang ada di sana pasti sudah membeku. Komponen penyusun atmosfernya juga didominasi oleh hidrogen, helium, dan gas metana yang mustahil untuk menunjang kehidupan di dalamnya.
Siapa sangka kalau ternyata alasan mengapa mayoritas planet di tata surya kita mustahil ditempati makhluk hidup cukup beragam. Namun, jika ingin merangkumnya dengan mudah, ada beberapa poin yang membuat suatu planet dapat dikatakan bisa menunjang kehidupan atau tidak. Keberadaan air dalam bentuk cair, atmosfer yang bersahabat, tekanan di permukaan yang tak terlalu kuat, komposisi gas di udara yang sesuai, permukaan padat yang terbuat dari batuan, dan suhu udara yang tak ekstrem merupakan poin penting dalam hal tersebut.