Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Bug Software Paling Legendaris yang Sempat Mengguncang Dunia

Ilustrasi bug software
Ilustrasi bug software (unsplash.com/Ferenc Almasi)
Intinya sih...
  • Y2K Bug mengancam sistem komputer lama karena hanya mengenali dua digit terakhir tahun, menyebabkan kerugian lebih dari US$300 miliar.
  • Roket Ariane 5 meledak karena kesalahan konversi angka di sistem navigasi, menimbulkan kerugian sekitar US$500 juta.
  • Mars Climate Orbiter hilang senilai $327 juta karena kesalahan sederhana dalam konversi satuan, memicu kegagalan komunikasi teknis.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Tahukah kamu kalau sejarah teknologi pernah diguncang hanya karena angka yang salah diketik atau satuan yang lupa dikonversi? Dari roket yang meledak sampai uang ratusan dolar lenyap dalam hitungan menit, semua pernah terjadi karena bug yang luput dari mata. Kadang, masalahnya sepele banget, tapi akibatnya bisa mengubah sejarah industri teknologi. Nah, berikut ini tujuh bug software paling legendaris yang pernah bikin dunia gempar!

1. Bug milenium (Y2K)

Ilustrasi Y2K
Ilustrasi Y2K (commons.wikimedia.org/XDanielx)

Menjelang pergantian milenium, dunia sempat dihantui ketakutan akan Y2K Bug. Banyak sistem komputer lama hanya mengenali dua digit terakhir tahun, seperti “99” untuk 1999. Saat tahun berubah menjadi 2000, sistem menganggapnya sebagai 1900, yang berpotensi merusak data dan sistem perhitungan waktu. Dilansir Britannica, pemerintah dan perusahaan di seluruh dunia menghabiskan lebih dari US$300 miliar untuk memperbaiki kode agar tidak kacau di awal tahun baru. Untungnya, pada 1 Januari 2000 dunia tidak kolaps seperti yang ditakutkan. Tapi para ahli menekankan bahwa berhasilnya transisi itu justru karena upaya pencegahan besar-besaran yang dilakukan.

2. Ariane 5 explosion

Ariane 5
Ariane 5 (commons.wikimedia.org/Bill Ingalls)

Pada tanggal 4 Juni 1996, roket Ariane 5 milik European Space Agency meledak hanya 37 detik setelah lepas landas. Bukan karena cuaca atau bahan bakar, tapi karena kesalahan konversi angka di sistem navigasi. Data 64-bit dikonversi ke format 16-bit tanpa pengecekan, sehingga nilai kecepatan melampaui batas maksimum dan menyebabkan sistem gagal. Laporan resmi ESA menyebut, bug ini menimbulkan kerugian sekitar US$500 juta.

Yang bikin miris, kode yang dipakai sebenarnya daur ulang dari roket Ariane 4 tanpa pengujian tambahan. Para insinyur mengira sistemnya aman, padahal konteks roket baru berbeda jauh. Dari satu baris konversi yang salah, sebuah proyek senilai triliunan rupiah lenyap di udara. Sejak saat itu, ESA memperketat uji perangkat lunak dengan metode validasi berlapis.

3. Mars climate orbiter

Mars climate orbiter
Mars climate orbiter (commons.wikimedia.org/NASA/JPL)

Di tahun 1999, NASA kehilangan Mars Climate Orbiter senilai $327 juta karena kesalahan sederhana dalam konversi satuan. Tim kontraktor di Amerika menggunakan satuan pound-force seconds (lbf×s), sementara tim NASA memakai newton-seconds (N×s). Akibat perbedaan itu, perhitungan lintasan jadi melenceng dan wahana pun masuk terlalu rendah ke atmosfer Mars hingga terbakar. NASA kemudian mengakui insiden ini sebagai kegagalan komunikasi teknis, dan menetapkan sistem metrik tunggal di seluruh proyek luar angkasa mereka

4. Windows 10 update loop

Windows 10
Windows 10 (commons.wikimedia.org/OS: Microsoft Corporation/Screenshot: PantheraLeo1359531)

Tahun 2016, pembaruan Windows 10 sempat membuat banyak pengguna di seluruh dunia frustrasi. Alih-alih memperbaiki sistem, update tersebut malah membuat komputer terus-menerus restart tanpa henti. Forum Microsoft Support dipenuhi keluhan, dan banyak orang kehilangan file penting karena sistem tak bisa masuk ke desktop. Microsoft akhirnya mengakui adanya bug di mekanisme update otomatis dan merilis perbaikan darurat beberapa hari kemudian.

Kasus ini menyoroti risiko dari sistem pembaruan otomatis yang terlalu agresif. Ketika pengguna tak punya kendali, satu kesalahan di sisi pengembang bisa berakibat massal. Setelah insiden ini, Microsoft mulai memberi opsi untuk menunda pembaruan sistem.

5. The heartbleed bug

Heartbleed
Heartbleed (commons.wikimedia.org/Leena Kurjenniska/Codenomicon 2014)

Pada tahun 2014, dunia online mendadak waspada setelah bug bernama Heartbleed ditemukan di OpenSSL—pustaka keamanan yang dipakai jutaan situs. Celah ini memungkinkan siapa pun membaca memori server, termasuk kata sandi dan kunci enkripsi. Bahkan Google dan Yahoo sempat terpengaruh sebelum memperbaiki sistem mereka.

Yang menakutkan, bug ini hanya disebabkan oleh satu baris kode yang lupa memeriksa panjang data (bounds check). Namun dampaknya masif, yakni mengancam kepercayaan publik terhadap keamanan internet. Setelahnya, banyak perusahaan langsung panik mengganti sertifikat keamanan dan memperketat audit kode.

6. Knight capital

Knight Capital Group logo
Knight Capital Group logo (commons.wikimedia.org/Knight Capital Group)

Bayangkan hanya dalam 45 menit, perusahaan bisa kehilangan ratusan juta dolar hanya karena satu bug. Itulah yang terjadi pada Knight Capital Group tahun 2012, ketika sistem perdagangan otomatis mereka gagal total. Sebuah kode lama yang seharusnya dihapus ternyata masih aktif, dan ketika sistem baru berjalan, keduanya saling bertabrakan. Hasilnya, pembelian saham acak tanpa kontrol senilai US$440 juta sebelum sistem dimatikan.

Kerugian itu membuat perusahaan nyaris bangkrut dalam sehari. Para analis menyebut kejadian ini sebagai bencana software paling mahal dalam sejarah Wall Street. Setelah itu, banyak perusahaan finansial mulai menerapkan kill switch otomatis di sistem mereka. Karena di dunia keuangan, satu bug bisa berarti bencana ratusan dolar.

7. Therac-25

Ilustrasi pria terbaring di mesin terapi rumah sakit
Ilustrasi pria terbaring di mesin terapi rumah sakit (unsplash.com/National Cancer Institute)

Di tahun 1980-an, dunia medis diguncang oleh insiden mematikan akibat mesin terapi radiasi Therac-25. Karena kesalahan perangkat lunak, beberapa pasien menerima dosis radiasi hingga 100 kali lipat dari seharusnya. Menurut laporan IEEE Computer Society, bug itu timbul karena kegagalan sinkronisasi antara modul kontrol dan sistem keamanan mesin. Beberapa pasien terluka parah, bahkan ada yang meninggal dunia.

Kasus ini menjadi titik balik dalam regulasi software medis di seluruh dunia. Pengembang terlalu percaya diri bahwa sistem mereka aman, tanpa uji ekstrem yang seharusnya dilakukan. Setelah tragedi ini, standar keselamatan perangkat lunak medis diperketat secara global.

Kalau dipikir-pikir, semua bug di atas punya pola yang sama: kesalahan kecil, dampak besar. Kadang cuma salah angka, kadang salah asumsi, tapi hasilnya bisa bencana global. Tapi dari situ juga dunia belajar, bagaimana berhati-hati, menguji lebih dalam, dan menghargai detail sekecil apa pun. Bug memang bikin repot, tapi tanpanya mungkin kita tak akan belajar jadi seteliti sekarang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us

Latest in Science

See More

5 Fakta Mandarin Duck, Unggas Lucu Simbol Romantisme dari Asia Timur

12 Nov 2025, 07:49 WIBScience