Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Fakta Keluarga Munididae, Lobster Jongkok Penghuni Laut Dalam

Lobster jongkok keluarga Munididae
Lobster jongkok keluarga Munididae (commons.wikimedia.org/Marco Busdraghi)
Intinya sih...
  • Lobster jongkok mayoritas ditemukan di perairan dalam, namun beberapa spesies juga ada di perairan dangkal.
  • Bentuk lobster jongkok unik dan mirip persilangan antara lobster dan kepiting, serta memiliki tampilan khas dengan ukuran panjang sekitar 0,8-9 cm.
  • Keluarga Munididae terdiri dari ratusan spesies yang sensitif terhadap oksigen rendah, pemakan oportunistik, dan dapat dikonsumsi sebagai hidangan lezat.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Laut yang luas dan dalam memberikan kehidupan bagi keanekaragaman makhluk hidup. Mulai dari permukaan yang terpapar sinar matahari hingga lautan dalam yang mungkin lebih gelap. Menyimpan kehidupan bagi sejumlah spesies laut yang mungkin menarik untuk diketahui. Seperti hewan laut unik yang disebut lobster jongkok, keluarga Munididae.

Arthropoda ini memiliki beragam spesies yang jumlahnya mencapai ratusan dan terbagi dalam beberapa genus. Dari beragamnya spesies, mayoritas lobster jongkok dalam keluarga Munididae dapat ditemukan di perairan dalam. Bentuk yang khas mirip lobster, namun memiliki capit seperti kepiting. Apakah keluarga Munididae adalah persilangan antara lobster dan kepiting? Untuk mengetahui hal lainnya tentang hewan laut ini, simak ulasan sebagai berikut.

1. Penghuni habitat laut dalam

Lobster jongkok mayoritas penghuni laut dalam
Lobster jongkok mayoritas penghuni laut dalam (commons.wikimedia.org/USGS)

Tidak semua dari keluarga Munididae menghuni laut dalam, beberapa ditemukan di perairan dangkal. Namun, mayoritas spesiesnya ada di perairan dalam. Dilansir Aquarium of Pasific, mereka terdistribusi di seluruh perairan dunia. Biasanya ditemukan di gunung laut, ngarai dan dekat ventilasi hidrotermal lautan dalam, pada permukaan batu ataupun kerikil juga di terumbu karang. Umumnya ditemukan pada kedalaman 12 hingga 1.463 m, tergantung spesiesnya serta suka hidup berkelompok pada sebagian besar spesies. Lobster jongkok remaja biasanya berkerumun di kolom air terutama di tempat yang terdapat makanan berupa banyaknya plankton.

2. Bentuk unik, mirip persilangan antara lobster dan kepiting

Tampilan lobster jongkok
Tampilan lobster jongkok dilengkapi dengan capit panjang (commons.wikimedia.org/Margot Bohan)

Lobster jongkok dalam keluarga Munididae memiliki bentuk yang unik. Bahkan disebut hasil persilangan antara lobster dan kepiting. Dilansir National Marine Sanctuary Foundation, mereka tidak dianggap lobster sejati, terlepas dari nama dan tampilan. Bahkan lebih dekat hubungannya dengan kelomang, meskipun juga bukan dianggap kepiting sejati (dalam infraordo Brachyura). Mereka lebih berada pada infraordo Anomura, yang sama seperti lobster sejati dan kepiting pertapa.

3. Tampilan yang khas

Keluarga Munididae
Keluarga Munididae yang disebut lobster jongkok (commons.wikimedia.org/Des Colhoun)

Penampilan dari lobster jongkok lebih khas daripada lobster pada umumnya, namun mirip lobster yang lebih pipih serta kecil. Ukuran panjangnya sekitar 0,8-9 cm tergantung spesies dan tempatnya berada. Hal ini juga dijelaskan Aquarium of Pasific, mereka memiliki ciri-ciri lain pada tubuh berupa sepuluh kaki. Pasangan kaki pertamanya lebih panjang dari tubuh serta sepasang capit (cakar) yang besar. Tiga pasang kaki selanjutnya untuk berjalan, sedangkan pasangan kaki ke lima lebih kecil dengan capit yang sangat kecil. Capit tersebut digunakannya sebagai pembersih insang mereka.

Keluarga Munididae ini tidak membawa cangkang di punggung. Serta ukuran yang kecil membuatnya mampu membuatnya bersembunyi di bawah celah-celah juga di bebatuan. Maka, capit yang dimiliki dibiarkan terbuka untuk mempertahankan ruang di tempat sempit tersebut. Selain itu, punya antena panjang yang bisa membantu menemukan objek di sekitar dan sebagai penjaga jarak sesama lobster jongkok. Tubuhnya warna-warni, kebanyakan kemerahan mulai dari merah muda hingga merah cerah. Pola warna lain juga berbeda tergantung spesies dan lingkungan. Warna yang berbeda juga tergantung pada penyerapan cahaya di kedalaman tertentu.

4. Krustasea pemakan oportunistik

Lobster jongkok
Lobster jongkok keluarga Munididae (commons.wikimedia.org/gordon.milligan)

Terdapat beragam spesies lobster jongkok, keluarga Munididae ini sehingga pola makannya pun bervariasi. Sehingga, mereka disebut pemakan oportunistik, memakan apapun yang ditemukannya. Dilansir Department of Ecology State of Washington, ragam sumber makanan tersebut seperti krustasea kecil mencakup copepoda dan udang. Selain itu, menangkap serpihan detritus atau bahan organik mati yang jatuh ke dasar laut hingga mengorek bangkai. Terdapat juga spesies yang memakan kayu apung dari sumber pohon dan bangkai kapal yang tenggelam. Mereka mencari makan dengan menggunakan capit sebagai penyekop dan penyaring pasir untuk mendapatkan makanannya. 

Ukuran yang terbilang kecil membuatnya menjadi mangsa bagi ikan-ikan besar sebagai predator. Meskipun, ada predator lainnya yang tergantung ekosistem dan spesiesnya. Namun, mereka memiliki cara unik untuk melindungi diri selain menggunakan capit untuk menghalau musuh. Yaitu, bagi spesies yang hidup di karang besar, mencuri dan makan lendir pelindung karang untuk senjata pertahanan diri. 

5. Terdapat ratusan spesies dalam keluarga Munididae

Salah satu spesies lobster jongkok
Salah satu spesies lobster jongkok (commons.wikimedia.org/Pablo)

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, spesies dalam keluarga Munididae sangat beragam. Bahkan para peneliti sebelumnya telah mendokumentasikan ada sekitar 900 lebih dari spesies lobster jongkok. Spesies tersebut terbagi dalam beberapa genus. 

Adapun siklus reproduksi, National Marine Sanctuary Foundation menyebutkan bahwa perilaku reproduksi lobster jongkok kurang diketahui. Seperti krustasea lain, mereka bertelur, lalu menetas menjadi larva. Kemudian tumbuh menjadi lobster jongkok remaja dan berkembang menjadi dewasa. Sedangkan prediksi umur masih belum diketahui secara pasti. Namun, diperkirakan dari beberapa spesies di seluruh dunia bisa bertahan hidup 4-8 tahun. 

6. Sensitif terhadap oksigen

Lobster jongkok keluarga Munididae
Lobster jongkok keluarga Munididae (commons.wikimedia.org/Arnstein Rønning)

Keluarga Munididae yang dikenal lobster jongkok juga sensitif terhadap oksigen rendah (hipoksia). Hal ini terjadi terutama pada beberapa spesies yang hidup di laut dalam. Pada kedalaman, suhu air sangat dingin dengan kadar oksigen relatif rendah tapi tetap stabil. Selain itu, spesies yang hidup di lubang hidrotermal, mungkin juga mengalami hopoksia intermiten. Akan tetapi, mereka yang hidup pada area tersebut mampu beradaptasi secara fisiologi tertentu. Seperti mengatur pernapasan dan metabolisme dalam tubuhnya untuk menghadapi hipoksia. 

Dalam hal hipoksia, dapat terjadi secara alami bahkan polusi akibat aktivitas manusia. Dilansir U.S. Environmental Protection Agency, pada hipoksia yang terjadi secara alami, air akan terstratifikasi dalam beberapa lapisan ketika ada perbedaan suhu (dan kepadatan). Sehingga, akan berbeda antara bagian atas dan bawah kolom air. Perbedaan suhu tersebut membatasi oksigen pada permukaan air untuk bercampur alami dengan air yang ada di dasar. Sehingga menyebabkan hipoksia pada perairan dalam. Stratifikasi air dapat meningkat dengan memanasnya permukaan air laut karena perubahan iklim. Maka, area hipoksia akan meluas. 

Hipoksia juga terjadi karena polusi akibat perbuatan manusia, salah satunya terjadi eutrofikasi. Eutrofikasi merupakan peningkatan nutrisi air yang bisa mengakibatkan ledakan populasi alga. Saat alga tersebut mati dan tenggelam di dasar, organisme lain dan bakteri akan mengkonsumsinya. Proses tersebut akan menghabiskan oksigen yang tersedia. Kekhawatiran akan eutrofikasi dan ledakan populasi alga bisa berdampak signifikan terhadap masa mendatang. Selain itu, eutrofikasi akibat manusia berasal dari pembuangan air limbah dari industri maupun kota. Juga sumber nutrisi lain termasuk limbah hewan, limbah pupuk, sistem yang gagal pada septik di wilayah pesisir. Serta adanya degradasi nutrisi alami pada daerah aliran sungai (DAS) setempat. 

7. Apakah bisa dikonsumsi?

Hidangan langostino lobster jongkok
Hidangan langostino lobster jongkok (commons.wikimedia.org/Mario Carbajal Luna)

Meskipun kurang dikenal oleh masyarakat umum, namun dasar laut didominasi lobster jongkok. Warna yang menarik, juga memberikan cita rasa lezat pada beberapa spesies lobster jongkok. Dilansir Departement of Ecology State of Washington, biasanya lobster jongkok yang dimakan disebut lobster langostino. Selain itu juga dicampur dengan hidangan laut lainnya. Rasanya lebih mirip udang atau kepiting daripada lobster sejati. Daging yang berair dan manis, maka cocok disajikan sebagai camilan atau hidangan pembuka. Biasanya ditambah dengan saus dan mayones. 

Salah satu restoran di Amerika Serikat menyajikan daging lonster jongkok, sajian ini dinilai lebih murah. Dagingnya cukup populer di pasaran, meskipun tidak ditangkap secara komersial. Lobster jongkok biasanya akan ditangkap dengan perangkap udang. 

Bentuk yang unik pada keluarga Munididae adalah cerminan keanekaragaman spesies yang ada di lautan. Mereka lobster jongkok bukan persilangan antara lobster dan kepiting, namun individu yang tercipta dengan keindahannya tersendiri. Sehingga, perlu diperhatikan bahwa lingkungan habitatnya jangan sampai diganggu apalagi rusak karena aktivitas manusia. Semoga bermanfaat! 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us

Latest in Science

See More

5 Fakta Elang Sulawesi, Predator Langit yang Setia dan Memesona

09 Des 2025, 11:29 WIBScience