Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Hewan Endemik Indonesia Ini Punya Cara Bertahan Hidup yang Ajaib

ilustrasi hewan endemik (pexels.com/Trace Hudson)
Intinya sih...
  • Anoa, hewan soliter yang tangguh di medan ekstrem Sulawesi
  • Tarsius, primata malam dengan mata besar dan leher fleksibel untuk berburu
  • Maleo, burung bertelur di tanah panas tanpa mengasuh anaknya

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Gak cuma punya hutan tropis yang luas, Indonesia juga jadi rumah bagi banyak hewan endemik yang gak bisa ditemukan di tempat lain. Yang bikin bangga, sebagian besar dari hewan-hewan ini punya cara bertahan hidup yang unik dan canggih secara alami. Mulai dari teknik kamuflase, kemampuan beradaptasi ekstrem, sampai cara berkembang biak yang gak biasa. Semua ini menunjukkan betapa luar biasanya alam Indonesia dalam menciptakan keseimbangan.

Sayangnya, banyak dari mereka berada dalam status terancam karena kehilangan habitat dan ulah manusia. Padahal, memahami cara bertahan hidup hewan-hewan ini bisa membuka mata kita bahwa mereka bukan hanya lucu atau menarik, tapi juga penting bagi ekosistem. Dalam artikel ini, kamu akan kenalan sama tujuh hewan endemik Indonesia yang punya kemampuan bertahan hidup super unik. Dijamin bikin kamu makin kagum sekaligus lebih peduli sama kelestarian alam negeri sendiri. Yuk, kita bahas satu per satu!

1. Anoa, suka menyendiri dan tahan medan ekstrem

ilustrasi anoa (pixabay.com/No-longer-here)

Anoa adalah kerabat dekat kerbau yang hanya ditemukan di Sulawesi, dan dikenal dengan gaya hidupnya yang soliter. Mereka hidup di hutan-hutan lebat dan cenderung menghindari kontak dengan hewan lain, termasuk sesama anoa. Cara hidup menyendiri ini ternyata membantu mereka menghindari persaingan dan konflik. Selain itu, anoa juga dikenal sangat tangguh karena mampu berjalan di medan pegunungan yang terjal. Mereka punya kuku yang kuat dan kokoh untuk menopang tubuh di jalanan licin dan berbatu.

Kemampuan ini sangat berguna buat bertahan hidup di hutan tropis Sulawesi yang basah dan sulit dijangkau. Gak heran, banyak peneliti kesulitan melacak keberadaan anoa karena mereka sangat lincah dan tertutup. Meskipun tubuhnya tergolong kecil untuk ukuran kerbau, ketahanan fisik anoa sangat mengesankan. Sayangnya, perburuan liar dan alih fungsi hutan membuat populasinya terus menurun. Anoa adalah bukti bahwa hewan lokal punya daya juang luar biasa di alam liar.

2. Tarsius, mata besar dan leher fleksibel buat berburu di gelap

ilustrasi hewan tarsius (unsplash.com/Nick Kulyakhtin)

Tarsius adalah primata kecil bermata besar yang hanya bisa ditemukan di Sulawesi dan sekitarnya. Mereka aktif di malam hari dan memiliki mata yang ukurannya bisa lebih besar dari otaknya, bikin mereka sangat tajam dalam melihat di gelap. Menariknya, tarsius tidak bisa menggerakkan bola matanya, tapi lehernya bisa berputar hingga 180 derajat. Kombinasi ini membuat mereka bisa berburu serangga dengan keakuratan tinggi tanpa banyak gerakan. Tarsius juga punya kaki belakang yang panjang untuk melompat dari pohon ke pohon.

Cara berburu tarsius sangat efisien dan minim energi, cocok untuk hewan kecil di hutan tropis. Mereka diam dalam kegelapan, menunggu mangsa lewat, lalu melompat cepat dan menangkapnya dalam satu gerakan. Meski tubuhnya mungil, insting berburu tarsius sangat kuat dan terlatih.

Mereka bisa mengonsumsi serangga, reptil kecil, bahkan burung kecil. Gak heran kalau tarsius dijuluki “ninja malam” dari Sulawesi!

3. Maleo, bertelur di tanah panas dan gak mengasuh anaknya

ilustrasi hewan maleo (freepik.com/Wirestock)

Burung maleo dari Sulawesi punya kebiasaan unik dalam berkembang biak: mereka bertelur di pasir panas atau tanah vulkanik. Suhu tanah yang tinggi ini digunakan sebagai inkubator alami, menggantikan tugas mengerami. Setelah bertelur, induk maleo akan menimbun telurnya dan langsung pergi, tanpa menjaga atau mengasuh anaknya. Anak maleo yang menetas sudah bisa langsung menggali pasir dan terbang sendiri ke hutan. Ini jadi contoh langka dalam dunia burung yang biasanya sangat protektif terhadap anaknya.

Strategi ini mengurangi risiko predator karena induk tidak perlu bolak-balik ke sarang. Namun, ini juga berisiko karena anak harus bertahan hidup sendiri sejak hari pertama. Meski begitu, cara ini telah berlangsung selama ribuan tahun dan terbukti berhasil. Maleo membuktikan bahwa adaptasi ekstrem bisa menciptakan kelangsungan hidup yang luar biasa. Sayangnya, telur maleo sering dijarah manusia karena dianggap eksotis, padahal populasinya kini terancam punah.

4. Burung cenderawasih, menari unik untuk menarik pasangan

ilustrasi burung cendrawasih (freepik.com/kuritafsheen77)

Burung cenderawasih dari Papua dikenal karena warna bulunya yang mencolok dan tarian kawin yang unik. Jantan akan membersihkan area tertentu di hutan lalu menari sambil memamerkan bulu warna-warni untuk menarik perhatian betina. Tarian ini bisa berlangsung lama dan sangat kompleks, bahkan menyerupai pertunjukan seni. Gerakannya diatur dengan presisi, menunjukkan kekuatan, kesehatan, dan kualitas genetik jantan. Hanya burung terbaik yang bisa memikat betina untuk kawin.

Keindahan cenderawasih bukan cuma untuk dilihat, tapi juga bagian dari mekanisme seleksi alam. Evolusi membuat mereka mengembangkan bentuk tubuh dan gerakan khas sebagai senjata reproduksi. Betina hanya akan memilih pasangan dengan tarian terbaik, memastikan keturunan yang kuat. Ini juga alasan kenapa bulu cenderawasih jadi incaran, padahal mengambilnya berarti menghancurkan proses alami mereka. Jangan sampai keindahan mereka justru membawa kehancuran.

5. Badak Jawa, hidup sendiri dan suka diam di lumpur

ilustrasi badak jawa (pixabay.com/Dannysee)

Badak Jawa adalah salah satu hewan paling langka di dunia, dan hanya tersisa di Taman Nasional Ujung Kulon. Mereka adalah hewan yang sangat tertutup, jarang terlihat, dan hidup sendirian hampir sepanjang hidupnya. Salah satu kebiasaan khas badak ini adalah berendam dalam lumpur selama berjam-jam setiap hari. Lumpur berfungsi sebagai pelindung dari serangga, menjaga suhu tubuh, dan merawat kulit. Aktivitas ini juga bantu menyamarkan aroma tubuh dari predator atau manusia.

Gaya hidup ini membantu badak Jawa bertahan dalam habitat yang semakin terbatas. Namun, karena mereka sangat sensitif terhadap gangguan manusia, populasi badak Jawa sangat rentan. Mereka membutuhkan habitat hutan tropis dataran rendah yang tenang dan minim aktivitas manusia. Saat ini jumlahnya kurang dari 80 ekor, dan semua ada di satu lokasi. Ini membuat mereka sangat bergantung pada upaya konservasi.

6. Kuskus berjari dua, kamuflase hebat di hutan Papua

ilustrasi hewan kuskus (freepik.com/Wirestock)

Kuskus berjari dua adalah marsupial endemik Papua yang memiliki kemampuan kamuflase luar biasa. Warna bulunya menyerupai dedaunan dan batang pohon, sehingga sulit dilihat oleh predator. Mereka juga sangat diam dan bergerak lambat, menambah efektivitas penyamarannya. Kuskus hidup di kanopi hutan dan lebih aktif di malam hari, membuat mereka semakin tak terlihat. Dengan perilaku ini, mereka bisa menghindari predator meski tidak punya gigi atau cakar tajam.

Selain kamuflase, kuskus juga punya kebiasaan unik menyendiri dan menjaga wilayahnya. Mereka akan bersuara jika ada hewan lain yang masuk ke area mereka. Makanan utama mereka adalah daun, bunga, dan buah-buahan hutan. Pola hidup ini membuat kuskus berperan penting dalam penyebaran biji dan menjaga ekosistem hutan. Hewan ini adalah contoh bahwa diam-diam bisa jadi strategi yang kuat untuk bertahan hidup.

7. Katak pohon wamena, ganti warna kulit sesuai lingkungan

ilustrasi katak pohon wamena (pixabay.com/)

Katak pohon Wamena berasal dari Papua dan punya kemampuan unik: mereka bisa mengubah warna kulitnya sesuai suhu dan cahaya sekitar. Ini bukan hanya untuk kamuflase, tapi juga untuk mengatur suhu tubuh agar tetap stabil. Ketika suhu dingin, warna kulit mereka menjadi lebih gelap untuk menyerap panas. Saat siang dan panas, warna kulitnya jadi terang agar tidak kepanasan. Proses ini membantu katak tetap aktif di suhu ekstrem dataran tinggi Papua.

Kemampuan ini disebut sebagai “thermochromic camouflage” dan sangat jarang ditemukan pada amfibi. Selain itu, mereka juga bisa memanjat pohon dengan mudah berkat bantalan lengket di kakinya. Katak ini aktif di malam hari dan sering bersembunyi di balik daun saat siang. Dengan ukuran tubuh kecil, kemampuan ganti warna dan bersembunyi adalah kunci hidupnya. Unik dan cerdas banget, ya?

Setiap hewan endemik Indonesia punya cerita luar biasa tentang bagaimana mereka bertahan hidup di alam yang liar dan penuh tantangan. Dari tarsius yang bermata tajam, hingga maleo yang bertelur di pasir panas, semuanya menunjukkan keajaiban evolusi. Sayangnya, keunikan mereka kini terancam karena eksploitasi dan kerusakan habitat. Kita sebagai generasi muda bisa mulai peduli dengan menyebarkan informasi dan mendukung upaya konservasi. Karena kalau bukan kita, siapa lagi yang bisa menjaga kekayaan alam Indonesia?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us