9 Fakta Christa McAuliffe, Guru Pertama NASA yang Menginspirasi

Apa, sih, yang kamu bayangkan tentang perjalanan luar angkasa? Mungkinkah tentang misi NASA, sejarah eksplorasi manusia, atau kejadian tragis yang terkadang terjadi selama Perlombaan Luar Angkasa. Jika tentang Perlombaan Luar Angkasa, sebenarnya ada banyak, lho, keberhasilan untuk direnungkan. Namun, ada juga tragedi mengerikan, seperti Apollo 1, fakta rahasia dari kru Challenger, dan kata-kata terakhir dari kru Pesawat Ulang Alik Columbia.
Nah, jika kita membahas bencana Challenger, kamu pasti akan mendengar nama Christa McAuliffe. McAuliffe adalah seorang guru dan warga sipil pertama yang pergi ke luar angkasa. Sebagai Pemenang Program Guru di Luar Angkasa, ia dipilih dari sekitar 11.000 pendaftar dari seluruh Amerika dan berencana untuk mengajar dari luar angkasa.
Sayangnya, impiannya itu tidak pernah terjadi. Pasalnya, pada pagi hari, tepatnya 28 Januari 1986, cuaca yang sangat dingin menyebabkan masalah teknis pada O-Ring atau cincin-O di pesawat ulang alik Challenger. Saat lepas landas, pesawat meledak di udara hingga menewaskan ketujuh astronaut di dalamnya, termasuk Christa McAuliffe.
Bangsa Amerika berduka dan sejak saat itu, kenangan tentang kru Challenger terus dikenang. Dalam artikel ini, kita akan membahas fakta-fakta tentang Christa McAuliffe. Baca terus, ya!
1. Mengajar bukanlah hal yang mudah bagi Christa McAuliffe

Selain dikenal karena tragedi Challenger, Christa McAuliffe juga dikenang di AS sebagai seorang guru. Setelah bergabung dalam program Guru di Luar Angkasa, McAuliffe membantu mengadvokasi nasib guru-guru di AS, dan ia sangat antusias dengan hal tersebut. Meskipun demikian, mengajar bukanlah profesi yang mudah baginya.
Ibu Christa McAuliffe berbagi beberapa cerita tentang putrinya dalam A Journal for Christa (1993) yang ditulis Grace George Corrigan. Ia mengatakan bahwa Christa McAuliffe menganggap ada yang salah dengan sistem pendidikan di AS. McAuliffe kesal karena guru tidak diberikan ruang yang lebih untuk mengajar murid-muridnya. Dalam nada yang sama, McAuliffe mengkritik masalah kedisiplinan di sekolah.
2. Christa McAuliffe diundang untuk tampil di sebuah acara penghargaan

Christa McAuliffe dinobatkan sebagai salah satu pahlawan oleh CNN pada pertengahan 1985. Sayangnya, McAuliffe justru tidak bangga dengan penghargaan tersebut. Ia menganggap bahwa dirinya belum pantas mendapatkan penghargaan itu. Ia merasa belum melakukan suatu hal yang besar.
Nah, terlepas dari keengganannya itu, gelar tersebut justru membuat Christa McAuliffe diundang untuk menjadi presenter di Emmy Awards sebagai penyiar berita. Meskipun awalnya bimbang, McAuliffe pun akhirnya menerima tawaran tersebut.
3. Christa McAuliffe awalnya sempat diremehkan oleh kru Challenger lain

Mengirim warga sipil ke luar angkasa tentu saja merupakan sebuah keputusan yang menarik di kalangan masyarakat luas. Apalagi nama itu jatuh ke seorang guru bernama Christa McAuliffe, yang dianggap menginspirasi dan punya jiwa petualang. Nah, meskipun McAuliffe sangat populer di kalangan masyarakat luas, reputasinya tidak sebaik itu di mata kru Challenger lainnya.
Latar belakang Christa McAuliffe memang tidak seperti kru Challenger lainnya, yang berasal dari latar belakang ilmuwan, insinyur, hingga pilot. Kru Challenger lain pun sempat skeptis tentang program Guru di Luar Angkasa tersebut. Pasalnya, kebanyakan dari mereka sebenarnya punya kolega yang memiliki kualifikasi yang lebih baik untuk bepergian ke luar angkasa, dibandingkan McAuliffe yang hanya seorang guru sekolah biasa. Judith Resnik bahkan menuduh NASA menjual kisah ini agar mendapatkan perhatian dari media.
Meski begitu, situasinya berubah seiring berjalannya waktu, terutama ketika semua kru Challenger benar-benar mengenal Christa McAuliffe. Di satu sisi, mereka tidak dapat menyangkal bahwa program luar angkasa ini cukup baik bagi keberlangsungan NASA sendiri. Di sisi lain, McAuliffe adalah sosok pekerja keras yang terus belajar untuk memenuhi standar NASA. Ingat, ini tidak mudah, lho! Tidak semua guru dapat melakukannya.
4. Meskipun tenar, Christa McAuliffe adalah orang yang rendah hati dan sederhana

Ketenaran sekejap mata yang didapatkan oleh Christa McAuliffe, tidak membuatnya sombong. Banyak wartawan yang bilang kalau McAuliffe sudah seperti selebritas. Dia pun punya akses untuk masuk ke ranah politik atau apa pun yang dia inginkan. Namun, dia justru lebih memilih untuk kembali mengajar.
"Saya tidak memilih karier saya agar saya bisa mendapatkan imbalan uang. Jika program Guru di Luar Angkasa tidak kembali ke ruang kelas, maka ada yang salah!" ungkap McAuliffe.
Selain itu, Christa McAuliffe juga sangat rendah hati, lho. Bahkan, saat banyak orang yang meminta tanda tangannya, ia membandingkannya dengan menandatangani kartu masuk bagi para siswanya. McAuliffe pun masih heran kenapa banyak orang yang meminta tanda tangannya. Di sisi lain, ia menganggap misi Challenger seperti seorang siswa yang mendatanginya untuk meminta bantuan mengerjakan tugas sekolah mereka.
5. Christa McAuliffe melakukan pelatihan seperti astronaut

Pelatihan astronaut bukanlah hal yang mudah, dan ini dibenarkan dengan pengalaman yang dimiliki Christa McAuliffe. Selama pelatihannya, ia sering berada di dalam pesawat yang berakselerasi dengan kecepatan tinggi. Ia pun harus menghadapi lima kali gaya gravitasi. "Saya merasa seperti meleleh ke dalam diri saya sendiri, seperti Penyihir Jahat dari Barat," katanya.
Selama pelatihan gravitasi nol ini, Christa McAuliffe dan Barbara Morgan, harus membiasakan diri dengan sensasi tersebut. Mereka juga menguji beberapa eksperimen yang direncanakan McAuliffe untuk dilakukan di luar angkasa. Keduanya berpose di udara seolah-olah mereka sedang terjun payung. Morgan bahkan melompati bahu McAuliffe, sambil berteriak, "Lompat katak pertama dalam gravitasi nol!"
6. Kematian Christa McAuliffe memicu diskusi tentang kesehatan mental yang diderita anak-anak sekolah

Bencana Challenger adalah tragedi di Amerika Serikat yang mengiris hati banyak warga AS, terutama karena Christa McAuliffe adalah seorang warga sipil. Di sisi lain, dia adalah seorang guru. Ini berarti bahwa banyak sekolah yang prihatin dengan misi luar angkasa ini. Tak lama setelah tragedi tersebut, U.S. News and World membahas fakta ini, menyebut tragedi ini sebagai trauma bagi pelajar AS.
Studi yang dipublikasikan di American Journal of Psychiatry (1999), yang dilakukan pada anak-anak dari berbagai kelompok usia, meneliti respons mereka terhadap tragedi Challenger dari waktu ke waktu, dan di berbagai lokasi geografis. Studi tersebut menemukan bahwa anak-anak ini mengalami dampak trauma, meskipun mereka tidak mengenal salah satu dari kru Challenger maupun Christa McAuliffe sendiri. Dampak tersebut terbukti bertahan selama beberapa minggu setelah tragedi Challenger, dan umumnya memudar di tahun berikutnya. Meskipun dalam beberapa kasus, beberapa anak menunjukkan gejala PTSD.
7. Christa McAuliffe menginspirasi murid-muridnya

Dalam wawancara dengan Today, beberapa siswa yang dididik Christa McAuliffe mengingat kembali bagaimana rasanya menyaksikan peluncuran tersebut. Mereka berkumpul di kafetaria bersama beberapa guru lainnya untuk menyaksikan peluncuran Challenger. Mereka pun bersorak keras, bahkan saat pesawat ulang alik mulai meledak, karena mereka menganggap kalau itu bukan ledakan melainkan roket yang terpisah. Mereka butuh waktu untuk memproses apa yang sebenarnya terjadi, mencoba meyakinkan diri bahwa semuanya baik-baik saja. Namun, saat kebenaran terungkap, mereka menangis tak percaya.
Salah satu tujuan utama Christa McAuliffe mengikuti misi luar angkasa ini adalah untuk membantu anak-anak belajar tentang luar angkasa, dan untuk menginspirasi anak-anak agar bisa menjadi guru. Semua mantan muridnya yang diwawancarai oleh Today bahkan sudah menjadi guru. Mereka pun masih memandang McAuliffe sebagai role model mereka, seperti cara mengajar yang dilakukannya.
8. Seperti pertanda, Christa McAuliffe membawa barang-barang milik keluarganya ke pesawat ulang alik

Suami, orangtua, anak-anak Christa McAuliffe, dan teman sekelas putranya hadir untuk melihatnya pergi ke luar angkasa secara langsung di Cape Canaveral. Ibu McAuliffe bahkan masih mengingat jelas barang-barang pribadi yang dibawa anaknya saat naik pesawat ulang alik. Ada beberapa barang miliknya sendiri, seperti kaset Bob Dylan dan pin Pramuka, yang bikin pilu, McAuliffe juga membawa barang-barang dari keluarganya. Ada perhiasan dari suami, nenek, dan saudara perempuannya, serta salib emas milik putrinya. Lebih mengiris hatinya lagi, dia membawa boneka binatang milik putranya.
Christa McAuliffe juga membelikan kalung Guru di Luar Angkasa untuk keluarga dan saudara-saudaranya. Kalung-kalung ini dia simpan di kamar asramanya. Selain itu, di kamarnya juga ditemukan sepatu dan perlengkapan atletiknya.
9. Misi Christa McAuliffe baru tercapai 30 tahun setelah kematiannya

Saat ini, Challenger dikenang karena tragedinya. Namun, apa misi Challenger sebenarnya? Nah, jika pesawat ulang alik Challenger berhasil ke luar angkasa, para kru akan mengerahkan satelit dan peralatan lain untuk melacak komet Halley. Christa McAuliffe sendiri akan menyiarkan dua pelajaran berdurasi 15 menit, serta beberapa eksperimen kecil lainnya, yang menunjukkan perbedaan saat melakukan kegiatan di Bumi dan di luar angkasa.
Namun, tidak ada satu pun rencana tersebut yang membuahkan hasil selama beberapa dekade. Pada awal 2000-an, banyak guru yang direkrut untuk program NASA ini, seperti pengganti Christa McAuliffe, yakni Barbara Morgan. Morgan masuk program luar angkasa NASA dan berlatih untuk menjadi seorang astronaut. Kemudian, pada 2017, dua pengajar bernama Joe Acaba dan Ricky Arnold, menjalani tugas di Stasiun Luar Angkasa Internasional. Jadi, hampir 1 tahun ajaran penuh, seorang guru akan mengajar di luar angkasa.
Joe Acaba dan Ricky Arnold menghormati kru Challenger dan Christa McAuliffe dengan meninjau kembali pelajaran yang pernah direncanakan. Mereka juga merevisi dan mengakomodasi lokasi baru, serta menyoroti kehidupan sehari-hari para astronaut di ISS. Mereka pun berhasil menghidupkan semua pelajaran itu, mendemonstrasikan Hukum Newton, perilaku zat cair, dan banyak konsep lain di luar angkasa. Butuh waktu hampir 30 tahun untuk mewujudkan misi ini, tetapi tujuan Christa McAuliffe untuk melibatkan siswa dari luar angkasa akhirnya terwujud.
Tak ada yang menduga bahwa sebuah rencana bisa menjadi malapetaka. Ini tak hanya berlaku bagi individu saja, tetapi sebuah lembaga besar sekelas NASA. Memang benar adanya, manusia hanya bisa berencana, tetapi Tuhan yang menentukan. Semoga Christa McAuliffe bisa tenang di alam sana bersama mimpi-mimpinya yang kini telah terwujud.