Apakah Daging Bajing Aman Dikonsumsi?

Bajing merupakan hewan imut yang menghabiskan banyak waktunya di atas pohon. Namun, di balik keimutannya, ternyata bajing cukup banyak dikonsumsi di wilayah di mana mamalia ini umum ditemukan, seperti di Amerika. Namun, praktik ini sebenarnya menimbulkan pertanyaan, apakah daging bajing aman untuk dikonsumsi?
Sebelum membahas lebih lanjut, penting untuk memahami dulu perbedaan antara bajing dan tupai, dua hewan yang sering dianggap serupa. Bajing merupakan anggota keluarga Sciuridae dan ordo Rodentia, memiliki moncong bulat serta ekor yang lebih panjang dibandingkan tupai. Sementara, tupai berasal dari ordo Scandentia dan dari keluarga Tupaiidae dan Ptilocercidae. Dalam bahasa Inggris, bajing disebut squirrel, sementara tupai disebut treeshrew. Di sini, kita akan mengeksplorasi lebih dalam apakah daging bajing layak dimasukkan dalam menu makan, serta potensi risikonya.
1. Pertimbangan keamanan

Daging bajing secara umum dianggap aman untuk dimakan, tetapi ada beberapa tindakan pencegahan penting yang perlu diperhatikan. Yang paling utama, sangat penting untuk memastikan bahwa bajing tersebut tidak mengidap rabies. Rabies merupakan penyakit serius yang dapat ditularkan melalui konsumsi hewan yang terinfeksi, sehingga penting untuk menghindari bajing yang menunjukkan tanda-tanda penyakit atau perilaku abnormal. Selain itu, bajing dapat membawa parasit dan penyakit seperti tularemia dan leptospirosis, yang dapat menimbulkan risiko kesehatan jika dagingnya tidak ditangani atau dimasak dengan benar.
Saat berburu bajing, sebaiknya hindari bajing dari daerah perkotaan tempat mereka mungkin terpapar racun atau bahan kimia. Misalnya, bajing di halaman belakang mungkin telah menelan rodentisida atau herbisida, yang berpotensi menyebabkan kontaminasi pada daging. Selain itu, selama bulan-bulan yang lebih hangat, bajing lebih mungkin menyimpan tungau dan parasit lainnya, sehingga kurang aman untuk dikonsumsi.
Beberapa ahli juga menyarankan untuk menghindari konsumsi otak dan sumsum tulang belakang bajing karena risiko penyakit prion, seperti penyakit Creutzfeldt-Jakob. Kondisi yang langka tapi fatal yang dikaitkan dengan kerusakan otak. Oleh karena itu, jika seseorang memilih untuk memakan bajing, yang terbaik adalah fokus pada daging otot sambil memastikan metode pembersihan dan memasak yang tepat.
2. Seperti apa rasanya

Daging bajing sering digambarkan memiliki profil rasa yang mirip dengan daging kelinci atau daging ayam berwarna gelap, dengan rasa kacang yang khas karena makanan mereka sebagian besar terdiri dari kacang-kacangan. Dagingnya kaya protein dan rendah lemak. Misalnya, dalam 313 gram daging bajing terdapat sekitar 96,3 gram protein.
Ada banyak cara untuk memasak daging bajing:
- Rebusan dan sup: Memasaknya dalam kaldu membantu mempertahankan kelembapan dan meningkatkan rasa.
- Digoreng: Sebelum digoreng, biasanya daging bajing direndam dalam buttermilk atau dalam air garam semalaman.
- Dipanggang atau dibakar: Daging bajing juga bisa dipanggang atau dibakar dengan rempah-rempah untuk menambah rasa.
Intinya, pembersihan dan pemasakan yang tepat adalah kunci untuk menikmati kuliner antimainstream ini dengan aman.
3. Kuliner bajing dalam berbagai budaya

Secara historis, perburuan bajing merupakan praktik umum di antara masyarakat pedesaan di Amerika. Bajing menjadi sumber makanan utama selama masa-masa sulit dan tetap menjadi tradisi bagi banyak orang saat ini. Bahkan, memasak bajing merupakan bagian dalam budaya kuliner tertentu, seperti World Squirrel Meat Cook-off di Arkansas.
Selain menjadi sumber makanan, berburu bajing juga dapat menjadi pengantar bagi para pemburu pemula yang ingin mengembangkan keterampilan mereka sebelum mengejar hewan buruan yang lebih besar seperti rusa. Tindakan berburu itu sendiri menumbuhkan hubungan dengan alam dan mendorong praktik berkelanjutan dengan memanfaatkan sumber daya satwa liar setempat. Namun, di Indonesia, banyak spesies bajing yang tergolong hewan dilindungi sehingga memburu dan mengonsumsinya tentu bukanlah perbuatan bijak, bahkan cenderung dilarang.
Jadi, memakan daging bajing merupakan praktik yang cukup umum di Amerika dan di wilayah di mana hewan ini banyak ditemukan. Namun, konsumsi daging bajing tidak lepas dari beberapa potensi risiko, seperti rabies, parasit, dan kontaminasi pestisida. Di Indonesia, konsumsi bajing tidak bisa dilakukan sembarangan karena jumlahnya tidak melimpah, bahkan banyak di antaranya yang tergolong spesies dilindungi.