Benarkah Depok Sudah Ada Sebelum Indonesia Merdeka?

Kota Depok kerap diperbincangkan warganet. Terbaru, kota yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Jakarta dan Banten ini dikatakan sudah ada bahkan sebelum Indonesia terbentuk. Narasi yang diunggah menunjukkan bahwa Depok pernah punya "presiden" sendiri.
Benarkah Depok sudah ada sebelum Indonesia merdeka? Hal yang mungkin membuat orang terkejut, isu tersebut tidak sepenuhnya salah, lho. Faktanya, sejarah Depok memang panjang. Berikut penjelasannya.
Benarkah Depok sudah ada sebelum Indonesia merdeka?

Kalau dikatakan Depok sudah ada sebelum Indonesia merdeka, hal tersebut benar adalah. Namun, kondisi kotanya tidak seperti sekarang, ya. Kota Depok telah mengalami perkembangan yang cukup pesat sejak zaman dulu.
Sejumlah artefak, seperti kapak dengan dua ujung runcing, ditemukan di sejumlah lokasi di kota ini, seperti Pondok Cina dan Pondok Kelapa Dua. Peninggalan sejarah tersebut menunjukkan bahwa kawasan Depok telah dihuni sekitar masa Neolitikum.
Kawasan Depok pun diketahui berada dalam pendudukan Kerajaan Pajajaran sekitan 1030—1579 Masehi. Pada era ini, masyarakat menyebut wilayah Depok sebagai Deprok.
Begitu Belanda menjajah, sekitar tahun 1600—1700-an, kawasan Depok dibeli oleh seorang pejabat VOC bernama Cornelis Chastelein. Chastelein membeli lahan dari residen Cirebon bernama Lucas van de Meur seharga 300 rijksdaalders.
Sejarah Depok era VOC
Chastelein pindah ke kawasan Depok sekitar 1705. Selain membawa keluarganya, ia juga membawa budak yang diperkirakan berjumlah 200 orang. Para budak tersebut dipekerjakan untuk membuka lahan perkebunan sekaligus menjadi pembantu di rumah Chastelein.
Usaha Chastelein pun terhitung cukup maju. Di sisi lain, ia menjadikan kawasan tersebut sebagai lokasi penyebaran agama Kristen dengan nama De Earste Protestante Organisatie van Kristener. Sembari bekerja, pada malam hari, budak-budak yang dibawa Chastelein wajib mengikuti ajaran agama Kristen.
Pada masa mendatang, Chastelein meninggalkan wasiat yang berisi informasi terkait pemberian sejumlah tanahnya untuk budak yang mau dibaptis dan memeluk agama Kristen. Para budak tersebut dikelompokkan dalam 12 marga yang kemudian hari dikenal sebagai masyarakat asli Depok.
Cornellis Chastelein meninggal pada 28 Juni 1714. Sepeninggalnya, para budaknya yang kehilangan memberikannya gelar de Stichter van Depok atau pendiri Depok. Pada masa mendatang, tanah dari Chastelein untuk budaknya ini didaftarkan oleh mantunya, Johan Francois de Witte van Schoten, ke Batavia sebagai pemilik. Namun, para budaknya tetap bisa menggunakan lahan.
Pengajuan tersebut membuat Johan Francois de Witte van Schoten tercatat sebagai pemilik tanah Depok hingga abad ke-19. Konon, tujuannya positif, agar pemerintah di Batavia tidak seenaknya menyalahgunakan kawasan Depok.
Begitu van Schoten kembali ke Belanda pada 1734, kepemilikan tanah balik kepada budak-budak Chastelein. Pada 1850, tanah di Depok menjadi hak milik mantan budak Cornelis Chastelein. Pemerintah Kolonial Belanda pun memberikan otonomi bagi masyarakat Depok untuk membuat pemerintahan sendiri pada 1871.
Punya presiden, tapi bukan pemimpin negara

Pemberian kewenangan tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat Depok. Mereka memilih Het Gemente Bestur van Particuliere Land Depok alias penguasa atau badan pemerintah tertinggi yang membawahi mandor dibantu pecalang. Nah, sosok pemimpin yang terpilih disebut sebagai "presiden".
Pada dasarnya, sebutan presiden ini ditujukan pada wakil dari komunitas mantan budak yang mendapat tanah dari Chastelein. Presiden yang tercatat pernah menjabat ada Gerrit Jonathans, Martinus Laurens, Leonardus Leander, dan Johannes Matijs Jonathans.
Begitu Belanda menyerah dan Jepang berkuasa, kawasan Depok pun tidak mendapat pengawasan secara langsung dari pemerintah. Setelah Indonesia merdeka, pemerintah mengambil alih kekuasaan dan menata pengaturan tanah dengan menghapuskan tanah partikelir dan memberlakukan Undang-Undang Agraria.
Benarkah Depok sudah ada sebelum Indonesia merdeka? Catatan sejarah menunjukkan bahwa Depok memang telah lama dihuni oleh komunitas yang sangat berkembang bahkan sebelum negara Indonesia lahir. Jadi, bisa dibilang anggapan tersebut benar, ya.
Referensi:
"Kota Depok: Konteks Sejarah dan Dinamika Sosial Politik Awal Terbentuk". FISIP UIN Jakarta. Diakses Januari 2025.