Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bukan Cuma Gempa Bumi, Ini 6 Bencana Alam yang Sering Melanda Jepang

ilustrasi bencana alam Jepang (commons.wikimedia.org/Save the Children Canada)

Jepang terkenal sebagai negara maju di Asia. Kecanggihan teknologi dan ilmu pengetahuan mampu membawa Jepang menjadi yang terdepan di dunia. Selain itu, keunikan budaya juga membuat Jepang dikenal di seluruh dunia. Namun, dibalik itu semua, negeri matahari terbit ini menghadapi tantangan besar dari sisi geografis. 

Letaknya yang berada di kawasan Cincin Api Pasifik membuat negara ini rawan dilanda berbagai bencana alam. Tak hanya gempa bumi yang sering terjadi, tetapi juga sejumlah bencana lainnya yang membuat masyarakat Jepang harus terus beradaptasi dengan kondisi ekstrem. 

Meski kerap dilanda musibah bencana alam, Jepang terkenal dengan kemampuannya dalam penanganan bencana. Dari sistem peringatan dini hingga budaya mitigasi yang sudah melekat dalam kehidupan sehari-hari, Jepang menjadi role model bagaimana sebuah negara bisa tetap tangguh meski berada di zona rawan bencana. Yuk, simak 6 bencana alam yang sering melanda Jepang dan bagaimana negeri sakura ini menghadapinya!

1. Topan

ilustrasi topan di Jepang (commons.wikimedia.org/NASA image courtesy the MODIS Rapid Response Team at NASA GSFC. Caption by Holli Riebeek)

Bencana alam topan merupakan angin ribut atau pusaran angin yang mana dalam bahasa inggris disebut juga dengan typhoon, hurricane, dan cyclone.Dilansir laman Pusat Meteorologi Maritim, siklon tropis ini adalah badai besar yang terbentuk pada perairan hangat dengan suhu permukaan lebih dari 26.5°C, dengan kecepatan angin di atas 63 km/jam.

Siklon tropis merupakan fenomena cuaca yang bergantung pada kondisi perairan hangat dan memiliki dampak signifikan terhadap wilayah sekitarnya. Salah satu topan dahsyat yang melanda Jepang tahun 2024 adalah Topan Shanshan.

Menurut laporan dari Nasa Earth Observatory, Topan Shanshan menyebabkan kerusakan besar di Jepang seperti tanah longsor, banjir, dan pemadaman listrik. Dampak utama dari topan ini meliputi curah hujan ekstrem hingga 840 mm, angin kencang, serta kerusakan infrastruktur. Meski badai melemah saat bergerak ke wilayah tengah dan timur Jepang, peringatan dini dari JMA (Badan Meteorologi Jepang) dan langkah evakuasi massal membantu mengurangi risiko yang lebih besar. 

2. Gunung berapi meletus

ilustrasi gunung berapi meletus (commons.wikimedia.org/Mamoxfwidayat)

Berdasarkan data dari World Data, Jepang memiliki 55 gunung berapi aktif dan telah mengalami letusan sebanyak 130 kali selama 1.300 tahun terakhir. Korban jiwa dari letusan gunung berapi di Jepang lebih dari 4.900 orang meninggal dunia. 

Sejarah kebencanaan Jepang mencatat, salah satu bencana letusan gunung berapi paling mematikan terjadi pada tanggal 24 Mei 1926, dengan letusan "Tokachi" menewaskan 144 orang. Selain itu, Indeks Ekplosivitas Gunung Berapi (VEI) menunjukkan bahwa beberapa letusan gunung berapi, seperti Gunung Usu pada tahun 1663, mencapai tingkat keparahan yang sangat tinggi, yang jarang terjadi dalam skala global. Hal ini juga menegaskan betapa pentingnya pemantauan dan mitigasi risiko gunung berapi di Jepang. 

3. Tanah longsor

ilustrasi bencana tanah longsor (commons.wikimedia.org/Department of Foreign Affairs and Trade)

Salah satu penyebab utama terjadi bencana tanah longsor yaitu curah hujan yang tinggi. Curah hujan yang tinggi juga menyebabkan bencana banjir. Tanah longsor merupakan bencana alam yang sering terjadi di Jepang. Selain karena faktor curah hujan, kondisi geografis berupa pegunungan dan perubahan iklim juga menjadi faktor tanah longsor.

Jepang mengalami peningkatan signifikan dalam jumlah bencana tanah longsor, negara ini menjadi yang terdepan dalam manajemen bencana. Dengan strategi mitigasi yang efektif seperti penanaman vegetasi dan solusi teknik. Upaya ini penting untuk meminimalkan kerugian yang disebabkan oleh tanah longsor, meskipun tantangan seperti perubahan iklim dan kepadatan penduduk tetap menjadi faktor risiko utama. 

4. Banjir

ilustrasi banjir (pexels.com/Dibakar Roy)

Banjir menjadi bencana alam yang paling umum terjadi di berbagai tempat di belahan dunia. Jepang juga sering terjadi bencana banjir baik di kota besar maupun pedesaan. Pada tahun 2024 terjadi bencana banjir dan longsor di prefektur Ishikawa yang disebabkan oleh curah hujan ekstrem dan kondisi geografis yang rentan.

Faktor perubahan iklim global yang menyebabkan hujan deras dengan intensitas tinggi semakin meningkatkan risiko bencana alam di Jepang. Penanganan cepat dari pemerintah Jepang, termasuk pengerahan personel militer dan evakuasi warga, menunjukkan pentingnya respons tanggap darurat yang terkoordinasi untuk mengurangi dampak bencana bagi masyarakat terdampak. 

5. Badai salju

ilustrasi badai salju (pexels.com/Ilya)

Badai salju juga kerap melanda Jepang saat musim dingin. Bencana alam ini disebabkan oleh massa udara dingin yang berdampak di sepanjang pantai Laut Jepang, dengan akumulasi salju yang sangat tinggi, terutama di wilayah Tohoku, Hokuriku, dan Gifu. Selain salju lebat, angin kencang dan badai berpotensi mengganggu transportasi umum serta menciptakan kondisi jarak pandang yang buruk di beberapa wilayah.

Pola tekanan musim dingin dan massa udara dingin membawa hujan salju lebat. Dilansir laman NHK World Japan, awal tahun 2025 terjadi badai salju dan dilaporkan bahwa wilayah pegunungan di sepanjang pantai menjadi wilayah yang paling terdampak. Ketinggian salju bisa mencapai setinggi 70 cm. Hal ini juga berdampak pada aktivitas dan kesehatan warga.

6. Tsunami

ilustrasi tsunami (pixabay.com/alfaunicorn81)

Bencana alam tsunami merupakan peristiwa gelombang laut yang sangat besar yang biasanya disebabkan oleh pergeseran geologis di dasar laut. Penyebab utama tsunami adalah aktivitas tektonik di bawah permukaan laut. 

Penamaan bencana "tsunami" berasal dari bahasa Jepang. Tsu artinya lautan sedangkan nami berarti gelombang. Tsunami menjadi salah satu bencana alam yang paling sering terjadi di Jepang. Letak geografis Jepang berada di pertemuan empat lempeng tektonik, membuat kondisi negara ini sangat rentan terhadap gempa bumi sebagai pemicu utama terjadinya tsunami.

Pada tahun 2011, tsunami terbesar melanda Jepang yang dikenal dengan nama Great East Japan Earthquake, gempa berkekuatan 9,0 magnitudo. Akibatnya, gelombang tsunami setinggi 40 meter, menghantam pesisir timur Jepang dan merusak sebagian besar wilayah. Meskipun Jepang memiliki sistem peringatan dini dan infrastruktur tanggap bencana yang canggih, ancaman tsunami menjadi salah satu momok menakutkan.

Jepang memang dikenal sebagai negara yang sering dilanda bencana alam, mulai dari gempa bumi hingga tsunami. Namun, dibalik risiko tersebut, Jepang telah membuktikan ketangguhannya melalui sistem mitigasi bencana yang sangat maju. Edukasi masyarakat, pembangunan infrastruktur tahan bencana, hingga teknologi peringatan dini menjadi kunci utama dalam mengurangi dampak bencana yang terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa hidup berdampingan dengan alam, meski penuh risiko, tetap bisa dihadapi dengan persiapan yang matang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us