5 Burung Air Berkaki Besar dari Genus Porphyrio

Tidak semua burung mampu terbang jarak jauh dengan durasi yang lama. Sebagian burung justru dikategorikan sebagai penerbang yang lemah (weak fliers). Ini karena sayapnya terlalu pendek, tubuhnya terlalu berat, serta otot yang membantunya terbang (pectoralis dan supracoracoideus) lebih lemah daripada burung pada umumnya.
Salah satu burung yang digolongkan sebagai weak fliers adalah swamphen. Burung yang berasal dari genus Porphyrio ini tersebar di berbagai benua, seperti Asia, Australia, Amerika, Afrika, dan Eropa. Mau tahu fakta-fakta menarik tentang mereka? Geser layarmu ke bawah!
1. Porphyrio hochstetteri

Di urutan pertama ada Porphyrio hochstetteri, yang juga dikenal sebagai South Island takahē. Dengan panjang 63 sentimeter dan berat 2,3–2,7 kilogram, menjadikannya sebagai spesies terbesar di famili Rallidae. Kamu bisa menjumpainya di dataran tinggi Selandia Baru, spesifiknya di rawa, padang rumput, dan hutan.
Status konservasinya genting (endangered) karena populasinya tersisa 418 ekor saja. Penyebabnya adalah diburu oleh suku Maori, dimangsa predator (terutama cerpelai), perkembangbiakannya lambat, dan kehilangan habitat. Sebagai upaya untuk meningkatkan populasinya, sebagian Porphyrio hochstetteri dipindahkan ke lima pulau bebas predator, yakni Kapiti, Motutapu, Tiritiri Matangi, Mana, dan Maud.
2. Porphyrio melanotus

Berikutnya adalah Porphyrio melanotus, yang memiliki nama lain Australasian swamphen dan pūkeko. Mereka tinggal di Australia, Selandia Baru, Indonesia (tepatnya di Kepulauan Maluku, Aru, dan Kai), Papua Nugini, Samoa (negara di Polinesia), serta Palau (negara di Mikronesia). Temukan mereka di dekat sungai air tawar atau payau, rawa, dan padang rumput.
Makanan utamanya ialah dedaunan, batang dan pucuk tanaman, alang-alang, serta biji-bijian, namun sesekali mengonsumsi serangga, laba-laba, cacing tanah, katak, kadal kecil, dan anak burung. Sebagai hewan komunal, mereka hidup dalam kelompok yang berisi 3–12 ekor burung. Jumlah telurnya cukup banyak (antara 4–6 butir) dan akan menetas setelah dierami selama 23–27 hari.
3. Porphyrio martinicus

Porphyrio martinicus mempunyai beberapa julukan sekaligus, yaitu purple gallinule dan yellow-legged gallinule. Panjangnya sekitar 26–37 sentimeter dengan berat 141–305 gram. Mereka menghuni negara-negara Karibia, Amerika Selatan, Amerika Tengah, Amerika Utara (terdiri dari Meksiko, Amerika Serikat, dan Kanada), hingga Inggris Raya (UK), Islandia, dan Portugal. Habitat alaminya adalah rawa air tawar, danau, sawah, waduk, dan kolam.
Walau tidak terlalu mahir terbang, tetapi mereka sangat lihai berenang dan berjalan di atas tumbuhan terapung. Bila dibandingkan dengan spesies sebelumnya, Porphyrio martinicus bertelur lebih banyak (antara 5–10 butir) dan menetas lebih cepat (sekitar 18–20 hari saja). Karena masih ada 100.000–1.000.000 ekor di alam liar, burung yang dapat hidup sampai 22 tahun ini diklasifikasikan sebagai spesies berisiko rendah (least concern).
4. Porphyrio porphyrio

Nama ilmiahnya adalah Porphyrio porphyrio, namun masyarakat lebih mengenalnya sebagai western swamphen dan purple swamphen. Wilayah persebarannya sangat luas, mulai dari Eropa, Afrika, Asia, hingga negara-negara Oseania (termasuk Australia, Papua Nugini, dan Selandia Baru). Kendati tersebar luas di hampir seluruh penjuru dunia, populasi terbesarnya berada di Spanyol.
Burung yang dapat tumbuh sepanjang 51 sentimeter dan beratnya 850–1.050 gram ini menyukai lahan basah dengan curah hujan tinggi. Makanan favoritnya terdiri dari tunas tanaman, ikan kecil, siput, serta telur dan anak burung lain. Tetapi, para petani kerap mengusirnya karena khawatir merusak padi di sawahnya.
5. Porphyrio alleni

Terakhir adalah Porphyrio alleni alias Allen’s gallinule, yang dulunya dikenal sebagai lesser gallinule. Nama belakangnya diberikan untuk mengenang William Allen, seorang perwira angkatan laut Inggris. Kamu bisa menemukannya di Kongo, Kamerun, Nigeria, Sudan, Zimbabwe, Ghana, Tanzania, dan negara-negara lain di Benua Afrika.
Panjang tubuhnya kurang lebih 22–26 sentimeter dengan berat 132–172 gram untuk burung jantan dan 112–145 gram untuk burung betina. Di sekitar rawa atau danau, mereka membuat sarang dan meletakkan 2–5 butir telur di sana. Sebagai hewan diurnal, mereka menghabiskan waktunya di siang hari untuk mencari serangga.
Unik juga, ya, burung yang diberi label weak fliers ini ternyata tersebar luas di berbagai benua. Namun, ingat, hanya ditemukan di kawasan yang hangat dan menghindari tempat yang terlalu dingin!