Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

8 Burung Ayam-Ayaman di Asia dengan Status Terancam Punah

merak hijau (commons.m.wikimedia.org/Muhammad Adimaja)
Intinya sih...
  • 73 dari 290 spesies burung ayam-ayaman terancam punah, terutama di Asia.
  • Merak hijau ditemukan di Indonesia, Myanmar, Laos, Thailand, dan Vietnam.
  • Aktivitas penebangan liar dan perburuan menyebabkan penurunan populasi merak palawan dan pegar vietnam.

Ayam-ayaman atau ordo Galliformes merupakan kelompok burung berukuran sedang yang meliputi jenis ayam, kalkun, merak, juga burung puyuh. Burung yang termasuk kelompok ayam-ayaman memiliki beberapa kesamaan morfologi seperti sayap pendek-membulat, paruh pendek dan sedikit meruncing ke bawah, serta rangka tubuh yang kokoh. Meski memiliki sayap untuk terbang, burung ayam-ayaman lebih banyak menghabiskan waktunya di tanah. 

Di antara 290 spesies burung ayam-ayaman, sebanyak 73 spesies berstatus terancam punah menurut IUCN Red List. Sebagian dari spesies terancam punah tersebut memiliki persebaran habitat di Asia. Berikut merupakan 8 spesies burung ayam-ayaman dari Benua Asia yang saat ini berstatus terancam punah.

1. Monal himalaya

monal himalaya (needpix.com)

Monal himalaya (Lophophorus impejanus) mendiami kawasan hutan dan semak belukar di India, Nepal, Pakistan, Bhutan hingga Myanmar. Bulu yang berwarna-warni terlihat pada monal himalaya jantan, sedangkan betina-nya memiliki bulu berwarna cokelat monoton.

Dikutip dari Animalia, monal himalaya merupakan burung yang sangat sosial. Ketika musim dingin tiba, monal himalaya akan berkumpul dalam kelompok besar dan mencari makanan bersama-sama. Selain serangga, monal himalaya juga memakan bagian-bagian tumbuhan seperti akar, biji-bijian, umbi, juga buah berry.

2. Merak hijau

merak hijau (commons.m.wikimedia.org/Gunawan Kartapranata)

Merak hijau (Pavo muticus) sangat mudah dikenali dari bulu penutup ekornya yang panjang dan berwarna hijau. Bulu penutup ekor ini juga menjadi pembeda antara jantan dan betina. Merak hijau jantan memiliki bulu penutup ekor yang lebih panjang dan terdapat corak mata sedangkan pada merak hijau betina hanya berwarna hijau polos, dikutip dari Animalia.

Selain memakan tumbuhan, merak hijau juga memburu serangga, reptil, katak, dan tikus untuk makanannya. Semula, merak hijau dapat ditemukan di seluruh kawasan hutan Asia Tenggara. Kini, merak hijau ditemukan terpisah-pisah di Indonesia, Myanmar, Laos, Thailand dan Vietnam.

3. Merak palawan

merak palawan (commons.m.wikimedia.org/Dante Alighieri)

Merak palawan (Polypectron napoleonis) merupakan hewan endemik Pulau Palawan, Filipina. Berbeda dengan merak hijau, dimorfisme seksual tampak jelas pada merak palawan. Merak palawan jantan memiliki warna bulu biru mengkilat dibandingkan betina-nya yang berwarna cokelat polos.

Dikutip dari IUCN Red List, merak palawan mengalami tren penurunan populasi khususnya pada individu dewasa. Sebagai hewan yang hanya dapat hidup di hutan tropis, merak palawan sangat terdampak terhadap aktivitas penebangan liar dan alih fungsi lahan hutan untuk pertambangan. Maraknya perburuan untuk perdagangan hewan juga turut meningkatkan tren penurunan populasi merak palawan.

4. Kuau raja

kuau raja (commons.m.wikimedia.org/Sandy Cole)

Kuau raja (Argusianus argus) atau great argus adalah jenis burung pegar dengan ukuran tubuh yang besar. Meskipun bulunya tidak semenarik burung merak, kuau raja jantan dikenal dengan kebiasaan menari yang lihai untuk menarik perhatian betinanya saat masa kawin tiba. 

Habitat kuau raja tersebar di hutan tropis Sumatera, Kalimantan hingga Semenanjung Melayu. Dikutip dari IUCN Red List, maraknya alih fungsi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit dinilai sebagai penyebab utama penurunan populasi kuau raja. Walaupun tidak diperdagangkan sebagai hewan peliharaan, kuau raja juga kerap diburu untuk diambil bulunya. 

5. Sempidan merah

sempidan merah (commons.m.wikimedia.org/Dick Culbert)

Sempidan merah (Lophura erythrophthalma) dapat dikenali dari kulit wajahnya yang berwarna merah, bulu tubuh warna hitam, serta warna cokelat karamel di bagian ekornya. Spesialis hutan dataran rendah, sempidan merah hanya dapat ditemukan di ketinggian tidak lebih dari 300 meter.

Dikutip dari IUCN Red List, selain memiliki limitasi ketinggian, sempidan merah juga hanya dapat hidup di wilayah hutan dengan area tutupan lebat. Oleh sebab itu, pembukaan lahan hutan di Sumatera dan Semenanjung Melayu sebagai perkebunan kelapa sawit serta penebangan liar telah menyebabkan penurunan populasi sempidan merah yang sangat cepat.

6. Swamp francolin

swamp francolin (commons.m.wikimedia.org/Savithri Singh)

Swamp francolin (Francolinus gularis) merupakan burung endemik daerah aliran Sungai Gangga dan Brahmaputra. Habitatnya berupa padang rumput dan lahan basah yang tersebar di sebagian India dan Nepal.

Dikutip dari IUCN Red List, populasi swamp francolin mengalami penurunan akibat masifnya alih fungsi lahan untuk pertanian. Hewan ini juga masih menjadi sasaran perburuan untuk perdagangan hewan dan juga makanan. Selain itu, kekeringan yang kerap melanda rawa juga turut berperan dalam penurunan populasi karena swamp francolin akan berpindah ke rawa selama musim kawin.

7. Pegar vietnam

pegar vietnam (commons.m.wikimedia.org/Vaclav Silha)

Pegar vietnam (Lophura hatinhensis) jantan dapat mudah dikenali dari bulunya yang berwarna biru kehitaman, jambul putih pendek, dan warna merah di wajahnya. Adapun betinanya memiliki bulu berwarna cokelat abu dengan ekor hitam dan cokelat di tengahnya.

Dikutip dari IUCN Red List, populasi pegar vietnam dewasa diperkirakan antara 50 hingga 249 individu dengan tren penurunan setiap tahunnya. Pembukaan hutan menjadi lahan pertanian serta maraknya perburuan adalah sebab utama penurunan populasi pegar vietnam.

8. Maleo

maleo (commons.m.wikimedia.org/Ariefrahman)

Maleo (Macrocephalon maleo) merupakan burung endemik Pulau Sulawesi dengan ciri utamanya berupa bulu berwarna hitam dan jambulnya yang keras. Meskipun punya sayap, maleo lebih suka berjalan kaki dibandingkan terbang. Jika terdapat situasi bahaya pun, maleo lebih memilih berlari dan bersembunyi di balik pepohonan.

Dikutip dari BBKSDA Jawa Timur, karena tidak mengerami telurnya, maleo mengubur telurnya sedalam 50 sentimeter di pasir pantai. Sayangnya, praktik perburuan telur maleo sangat berpengaruh terhadap penurunan populasi maleo. Selain itu, suhu tanah yang tidak menentu juga turut berpengaruh terhadap keberhasilan telur-telur untuk menetas.

Dikutip dari Britannica, hampir semua burung ordo Galliformes tidak punya perilaku migrasi. Jika terjadi kerusakan di habitatnya, burung ayam-ayaman tidak bisa berpindah ke tempat jauh yang lebih aman. Oleh karena itu, menjaga kualitas habitat dan lingkungannya menjadi kunci penting pelestarian burung ayam-ayaman.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ernia Karina
EditorErnia Karina
Follow Us