Cantik tapi Aneh! 5 Fakta Unik Kupu-Kupu Peminum Air Mata Buaya

- Kupu-kupu Dryas iulia hidup di Amerika Tengah hingga Selatan, memakan nektar bunga dan air mata caiman sebagai sumber mineral penting.
- Memanfaatkan air mata reptil untuk mendapatkan garam dan mineral yang tidak terdapat dalam nektar bunga, membantu proses reproduksi dan metabolisme tubuh.
- Caiman yang menjadi sumber air mata biasanya tidak bereaksi agresif, menunjukkan perilaku toleransi bergantung pada jenis reptil dan situasi saat interaksi terjadi.
Tidak semua kupu-kupu hanya hidup dari nektar bunga. Di beberapa tepian sungai tropis, peneliti menemukan kupu-kupu yang memiliki kebiasaan makan aneh: meminum air mata buaya dan reptil lainnya. Fenomena ini dikenal secara ilmiah sebagai lachryphagy (lachryma = air mata, phagy = makan).
Menariknya, "buaya" yang sering menjadi sasaran kupu-kupu ini sebenarnya adalah caiman (Caiman crocodilus), kerabat dekat buaya yang lebih kecil dan umum hidup di Amerika Tengah dan Selatan. Kupu-kupu Dryas iulia mengggunakan air mata caiman sebagai sumber mineral penting yang tidak mereka dapatkan dari nektar bunga. Nah, biar makin kenal dengan kupu-kupu ini, yuk simak 5 fakta unik Dryas iulia!
1. Kupu-kupu tropis yang cantik dan mudah dikenali

Dryas iulia adalah anggota keluarga Nymphalidae yang banyak ditemukan di kawasan hutan terbuka Amerika Tengah hingga Amerika Selatan. Sayapnya berwarna oranye menyala dengan garis hitam di tepi, memberikan kesan elegan sekaligus eksotis. Larvanya biasanya memakan tanaman Passiflora (markisa), sedangkan kupu-kupu dewasa menyukai nektar bunga.
Dilansir Smithsonian Magazine, habitat favoritnya adalah pinggir hutan dan tepian sungai di daerah tropis yang hangat dan lembap. Karena menyukai area terbuka, kupu-kupu ini sering terlihat beterbangan di sekitar aliran air yang kaya mineral. Di sinilah mereka sering berinteraksi dengan reptil seperti caiman, yang tak disangka menjadi sumber nutrisi tambahan bagi mereka.
2. Air mata sebagai sumber garam dan mineral penting

Nektar bunga menyediakan gula sebagai energi, tetapi tidak banyak mengandung sodium dan mineral lain yang penting bagi kupu-kupu jantan. Untuk memenuhi kebutuhan itu, Dryas iulia memanfaatkan sumber alternatif, termasuk lumpur basah, keringat hewan, bahkan air mata reptil. Dengan cara ini, kupu-kupu mampu menambah cadangan mineral untuk proses reproduksi dan metabolisme tubuh.
Fenomena lachryphagy ini pertama kali terdokumentasi secara ilmiah oleh ekologis Carlos de la Rosa di Costa Rica. Ia memotret kawanan kupu-kupu dan lebah mengisap air mata seekor caiman spectacled di tepi Sungai Puerto Viejo. Temuan ini kemudian dipublikasikan pada jurnal Frontiers in Ecology and the Environment pada tahun 2014.
3. Reptil yang tenang saat menjadi 'inang'

Menariknya, caiman yang menjadi sumber air mata biasanya tidak bereaksi agresif. Dalam pengamatan di alam, reptil ini tetap diam dan membiarkan kupu-kupu menempel di sudut matanya selama beberapa menit. Hal ini mungkin karena reptil tersebut sedang beristirahat di bawah sinar matahari dan tidak merasa terancam oleh serangga kecil itu.
Dilansir Science News, tidak semua reptil bersikap sama. Beberapa spesies kura-kura yang juga menjadi sasaran lachryphagy terlihat menggelengkan kepala atau mundur saat diganggu serangga. Ini menunjukkan bahwa perilaku toleransi bergantung pada jenis reptil dan situasi saat interaksi terjadi.
4. Risiko berbahaya bagi kupu-kupu yang nekat

Meskipun terlihat damai, mendekati mata reptil liar tidak selalu aman bagi kupu-kupu. Ada risiko digigit, terperangkap dalam gerakan reptil, atau dimangsa oleh predator lain saat sedang asyik meminum air mata. Karena itu, kupu-kupu harus memilih waktu yang tepat saat reptil sedang tenang dan tidak merasa terancam.
Perilaku ini menunjukkan kecerdikan dan adaptasi luar biasa dari kupu-kupu dalam memanfaatkan peluang yang ada. Dengan bergerak perlahan dan hinggap di sudut mata hewan besar tanpa menimbulkan gangguan, mereka mendapatkan nutrisi berharga sekaligus menghindari bahaya. Strategi ini menjadi contoh interaksi unik antara serangga dan vertebrata dalam ekosistem sungai tropis.
5. Fenomena yang semakin sering terdokumentasi

Awalnya, perilaku lachryphagy ini dianggap sangat jarang dan kebetulan belaka. Namun foto dan laporan lapangan dari ilmuwan, fotografer alam, dan wisatawan membuktikan bahwa kebiasaan ini cukup umum terjadi di habitat alami caiman dan kura-kura. Hal ini membuka wawasan baru tentang perilaku makan serangga yang sebelumnya luput dari perhatian.
Dilansir Science News, para peneliti kini mempelajari dampak lachryphagy bagi kesehatan reptil serta peran mineral yang didapatkan kupu-kupu terhadap reproduksi mereka. Fakta bahwa perilaku ini terekam di berbagai lokasi menunjukkan bahwa tear-feeding mungkin merupakan bagian penting dari ekologi kupu-kupu tropis. Penelitian ini mengungkap hubungan kompleks yang tak terduga antarspesies di alam liar.
Kupu-kupu Dryas iulia membuktikan bahwa keindahan alam seringkali disertai perilaku yang mengejutkan. Dengan memanfaatkan air mata caiman sebagai sumber mineral, serangga ini menyoroti betapa kreatifnya makhluk hidup dalam beradaptasi. Fenomena lachryphagy ini tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga membuka mata kita tentang keragaman strategi bertahan hidup di dunia serangga dan hewan liar.