5 Fakta Cecak Terbang Sulawesi, Reptil Endemik Indonesia

Sesuai dengan namanya, cecak terbang sulawesi pastinya ditemukan di Pulau Sulawesi, Indonesia. Menariknya, mereka hanya bisa ditemukan di pulau ini sehingga sebenarnya reptil satu ini merupakan hewan endemik dari Indonesia. Dilansir Flip Science, Taman Nasional Tangkoko yang berada di Sulawesi Utara menjadi tempat dengan populasi cecak terbang sulawesi terbesar.

Untuk pilihan habitat, cecak terbang sulawesi dapat ditemukan di hutan hujan tropis dengan vegetasi yang padat. Di sana, mereka akan terlihat berada di atas pohon karena reptil ini termasuk hewan arboreal. Cecak terbang sulawesi juga merupakan hewan soliter sehingga sangat jarang bisa ditemui beberapa individu hidup bersama, kecuali pada momen-momen tertentu.

Cecak terbang sulawesi tergolong hewan diurnal. Artinya, reptil ini akan beraktivitas pada siang hari dan beristirahat pada malam hari di celah pohon ataupun daun-daun lebat. Aktivitasnya pada siang hari biasanya adalah berjemur di bawah sinar Matahari dan mencari makan.

Nah, untuk urusan makanan, cecak terbang sulawesi tergolong sebagai insektivor. Animal Information melansir bahwa kumbang, semut, rayap, dan berbagai jenis serangga lainnya masuk dalam daftar menu reptil ini. Mereka akan berburu dengan mengejar dan menggigit mangsanya dengan giginya yang sangat tajam. Uniknya, cecak terbang sulawesi bisa tetap berburu sekalipun sedang terbang, lho.

Sebenarnya, kata "terbang" pada nama cecak terbang sulawesi agak kurang tepat. Pasalnya, mereka memang bisa melayang di udara, tetapi hal tersebut bukan kemampuan terbang layaknya burung, melainkan meluncur di udara. Jadi, fungsi lapisan membran pada sisi tubuhnya itu lebih seperti sayap paralayang ketika meluncur di udara.

Biarpun tidak bisa terbang, kemampuan meluncur di udara dari cecak terbang sulawesi terbilang sangat menakjubkan. Dilansir Australian Geographic, sayap reptil ini mampu membuatnya "terbang" hingga 60 meter dalam satu kali lompatan. Hebatnya, jarak sejauh itu bisa mereka raih hanya dengan melompat dari ketinggian 10 meter saja. Tentunya, untuk berpindah dari satu pohon ke pohon lain dengan kemampuan ini sangat mudah bagi cecak terbang sulawesi.

Musim kawin bagi cecak terbang sulawesi jantan bisa dibilang cukup melelahkan. Pasalnya, mereka harus bertarung satu sama lain demi memperebutkan betina dan kemudian masih harus menarik perhatian betina. Nah, pada kedua proses tersebut, ada satu bagian tubuh cecak terbang sulawesi jantan yang sangat berperan penting, yaitu sepasang membran kulit pada bagian lehernya.

Membran leher pada pejantan ini mirip seperti membran yang digunakan untuk meluncur di udara, tetapi dengan ukuran yang jauh lebih kecil. Animal Information melaporkan bahwa tujuan utama dari membran kecil tersebut lebih untuk pertunjukkan dominasi antar jantan dan menarik perhatian betina. Maka dari itu, sebenarnya membran kecil yang hanya ada pada pejantan ini sama sekali tidak berpengaruh untuk meluncur.

Setelah pertarungan dominasi antar jantan usai dan pasangan terbentuk, proses perkawinan antar pasangan yang terbentuk pun dimulai. Setelah itu, betina akan meletakkan sebutir telur di dedaunan ataupun celah pohon dan pergi meninggalkannya. Meski tak menjaga telur tersebut, betina akan berusaha mengubur telurnya dengan berbagai material yang terletak di dekatnya saat akan bertelur.

Masa inkubasi telur cecak terbang sulawesi bisa dibilang cukup panjang. Butuh waktu sekitar 60—70 hari sebelum akhirnya menetas. Butuh waktu satu sampai dua tahun sejak menetas sebelum anak cecak terbang sulawesi mencapai usia kematangan seksual.

Tak hanya sayapnya yang unik, cecak terbang sulawesi ternyata juga tak kehilangan kemampuan unik seperti saudara kadalnya yang lain. Pada beberapa momen, reptil ini dapat merubah warnanya sebagai bentuk kamuflase. Warna yang bisa diubah oleh cecak terbang sulawesi biasanya merupakan warna yang mirip seperti batang pohon.

Ada dua fungsi utama dari kemampuan kamuflase mereka. Dilansir Australian Geographic, tujuan pertama adalah untuk memamerkan warna tubuh pada lawan jenis ataupun menunjukkan dominasi pada pejantan lain. Sedangkan fungsi lainnya adalah untuk mencegah cecak terbang sulawesi terdeteksi oleh predator yang bisa menyambarnya kapan saja.

Jadi, itu dia fakta menarik cecak terbang sulawesi. Kalau biasanya reptil terbang itu identik dengan dinosaurus, siapa sangka kalau ada reptil kecil yang masih mewarisi sedikit dari kemampuan terbang reptil-reptil purba tersebut. Menurut kamu, cecak terbang sulawesi ini menarik atau justru bikin geli?