7 Fakta Bangau Nganga Asia, Berperan dalam Mengendalikan Populasi Hama

- Bangau nganga hidup di daerah tropis seperti Asia Tenggara, terutama di Indonesia, dan sering terlihat di Pulau Sumatra, Kalimantan, dan Jawa.
- Paruh bangau nganga selalu terbuka, ukuran tubuhnya sedang dengan bulu putih keabu-abuan, dan mereka senang memakan siput air tawar yang merupakan hama pertanian.
- Mereka bersarang secara berkelompok di pepohonan tinggi dekat perairan, membantu mengendalikan populasi siput hama di sawah, dan bisa hidup di sekitar pemukiman manusia.
Pernah dengar burung bangau dengan sebutan bangau nganga? Di antara berbagai jenis burung air yang ada di Asia Tenggara, bangau nganga atau Anastomus oscitans punya keunikan yang sangat menarik perhatian. Paruhnya yang terbuka bahkan dalam keadaan tertutup, membuat burung ini tampak berbeda dari bangau lainnya. Keunikan ini bukan hanya menarik secara visual, tetapi juga menjadi kunci dalam cara mereka bertahan hidup.
Di Indonesia, keberadaan bangau nganga sering dijumpai di sawah atau rawa. Walau jarang dibicarakan, burung ini punya peran penting dalam keseimbangan lingkungan, terutama dalam mengendalikan populasi hama. Sayangnya, perubahan iklim dan alih fungsi lahan terus menjadi ancaman bagi habitat mereka. Sebelum kita semakin kehilangan satwa yang istimewa ini, yuk, kenali lebih dalam tentang bangau nganga dan fakta-fakta menariknya berikut ini!
1. Memiliki habitat di daerah tropis

Dilansir laman Animal Diversity Web, bangau nganga merupakan burung air yang sangat bergantung pada ekosistem basah seperti sawah, rawa, kolam, dan tepian danau. Mereka cenderung tinggal di wilayah tropis yang memiliki ketersediaan air sepanjang tahun, khususnya di Asia Selatan hingga Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Di tanah air, mereka sering terlihat di Pulau Sumatra, Kalimantan, hingga Jawa, terutama saat musim penghujan ketika air melimpah dan makanan melimpah. Bangau ini juga kerap mengikuti musim tanam petani karena pada saat itu siput (makanan utamanya) muncul dalam jumlah banyak.
Mereka juga suka membuat sarang di pepohonan tinggi yang berada dekat dengan perairan dangkal yang menjadikannya lokasi strategis untuk mencari makan dan menjaga anak. Sayangnya, pembangunan dan konversi lahan basah menjadi area industri atau pemukiman bisa memaksa mereka menjauh dari habitat aslinya.
2. Memiliki tampilan paruh yang seperti selalu terbuka

Dilansir laman eBird, ciri paling mencolok dari bangau nganga adalah paruhnya yang seperti selalu terbuka, bahkan ketika paruh tersebut tertutup rapat. Ukuran tubuhnya sedang, berkisar antara 68 hingga 81 cm, dengan bulu berwarna putih keabu-abuan dan kontras dengan warna hitam pada ujung sayap.
Paruhnya besar dan melengkung, berwarna kuning kusam hingga keabu-abuan, serta memiliki celah di bagian tengah yang khas. Matanya tajam, menyesuaikan dengan kebiasaan mencari mangsa di air dangkal.
Saat terbang, bangau ini tampak anggun dengan sayapnya yang lebar dan kepakan perlahannya. Warna bulunya juga berfungsi sebagai kamuflase yang baik ketika berada di tengah sawah atau danau yang menyatu dengan alam sekitarnya.
3. Senang memakan siput air tawar yang merupakan hama pertanian

Dilansir laman Animalia, makanan utama burung bangau ini adalah siput air tawar, terutama jenis siput apel (Pomacea spp.) yang juga merupakan hama pertanian. Celah pada paruhnya bukan sekadar unik, tapi merupakan adaptasi evolusioner yang memungkinkan mereka menjepit dan mengekstraksi daging siput dari cangkangnya dengan sangat efisien. Selain siput, mereka juga bisa memakan serangga air, katak kecil, dan cacing jika tersedia di lingkungan sekitar.
Metode berburu mereka cukup khas, yaitu dengan berdiri diam di air dangkal dan menunggu mangsa lewat, lalu menyambar dengan cepat. Kadang mereka terlihat berjalan perlahan di sawah sambil mengintai mangsa di bawah permukaan air.
4. Bersarang secara berkelompok di pepohonan tinggi

Dilansir laman MedCrave Online, musim kawin bangau nganga umumnya terjadi saat musim hujan, ketika air dan makanan tersedia dalam jumlah besar. Mereka bersarang secara berkelompok di pepohonan tinggi yang berada di dekat perairan atau rawa-rawa. Sarangnya terbuat dari ranting dan daun-daunan yang disusun berbentuk cekungan besar, cukup untuk menampung telur dan menjaga anak-anaknya dari jatuh.
Dalam satu masa bertelur, indukan bisa menghasilkan dua hingga empat butir telur yang akan dierami selama kurang lebih 25 hari. Lalu, anak-anak bangau lahir dengan bulu halus dan akan diasuh oleh kedua induknya selama beberapa minggu hingga mampu terbang.
5. Sejarah paruhnya yang terbuka

Paruh unik bangau nganga yang terlihat “nganga” atau terbuka sebenarnya adalah hasil dari proses adaptasi evolusi. Dilansir laman Animalia, celah di antara kedua bagian paruhnya terbentuk secara alami agar burung ini dapat memegang dan menarik daging siput dari cangkangnya.
Tidak semua bangau memiliki paruh semacam ini, sehingga menjadikan Anastomus oscitans sebagai salah satu spesies yang sangat spesifik dalam hal adaptasi struktur tubuh. Menurut para peneliti, bentuk paruh tersebut tidak muncul sejak lahir, tetapi berkembang seiring pertumbuhan, terutama ketika mereka mulai aktif berburu siput. Bentuk paruh tersebut kini menjadi identitas khas mereka dan menjadi pembeda utama dari spesies bangau lainnya.
6. Membantu mengendalikan populasi siput hama di sawah

Kehadiran bangau nganga di sawah sering disambut baik oleh petani karena burung ini membantu mengendalikan populasi siput yang dapat merusak tanaman padi. Dilansir laman The Guardian, siput apel yang merupakan hama utama di banyak lahan pertanian menjadi makanan favorit bangau ini.
Dengan memangsa siput secara alami, bangau nganga ikut menjaga ekosistem sawah tetap seimbang tanpa perlu penggunaan pestisida kimia yang berlebihan. Di beberapa wilayah pedesaan, bangau ini bahkan dianggap sebagai “teman musim tanam” yang membawa keberuntungan. Selain membantu petani, kehadiran mereka juga menjadi indikator bahwa lingkungan sawah tersebut masih alami dan belum terlalu tercemar.
7. Bisa hidup di sekitar pemukiman

Salah satu hal menarik dari bangau nganga adalah kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan yang dekat dengan aktivitas manusia. Dilansir laman Animalia, mereka bisa hidup di sawah-sawah yang berbatasan langsung dengan desa atau pinggiran kota, asalkan masih ada perairan dan makanan. Kemampuan beradaptasi ini membuat mereka tetap bertahan di tengah tekanan lingkungan seperti polusi ringan dan gangguan suara.
Tidak jarang mereka terlihat bertengger di atas kabel listrik, pepohonan pinggir jalan, atau bahkan atap rumah di dekat rawa. Meski begitu, mereka tetap memilih bersarang di tempat yang lebih tenang dan aman dari gangguan.
Burung Bangau nganga bukan hanya menarik karena bentuk paruhnya yang unik, tetapi juga karena peran pentingnya dalam ekosistem pertanian dan perairan. Kemampuan mereka dalam mengendalikan hama secara alami menjadikannya burung yang sangat bermanfaat bagi petani. Lahan basah, rawa, dan sawah bukan hanya tempat bercocok tanam, tetapi juga rumah bagi spesies seperti bangau nganga. Oleh sebab itu, mari kita jaga dan lindungi satwa liar yang hidup berdampingan dengan kita agar alam tetap seimbang.