5 Fakta Rangkong Tanah Utara, Burung Besar yang Malas Terbang

Kalau mendengar nama burung rangkong atau enggang (ordo Bucerotiformes), pikiran pertama kita pasti tertuju pada burung berukuran besar dengan bulu penuh warna dan paruh melengkung yang sedang bertengger di atas pohon. Namun, ada satu jenis burung rangkong yang bisa dibilang punya penampilan dan perilaku yang cukup berbeda. Mereka adalah burung rangkong tanah (famili Bucorvidae).
Dalam famili tersebut, hanya ada dua spesies saja, yakni rangkong tanah selatan (Bucorvus leadbeateri) dan rangkong tanah utara (Bucorvus abyssinicus). Nah, pada kesempatan kali ini, kita akan membahas deretan fakta dari rangkong tanah utara atau bisa pula dipanggil rangkong tanah abbasiyah.
Sebagai permulaan, burung rangkong yang satu ini tampil dengan bulu beserta kulit serba hitam di sekujur tubuh dan punya kaki yang panjang. Ada sedikit bulu berwarna biru di bagian sekitar mata dan leher. Selain itu, khusus bagi jantan, ada pula kantung berwarna kemerahan di leher.
Dibandingkan saudara di selatan, ukuran rangkong tanah utara sedikit kecil, tetapi masih cukup impresif untuk kelompok burung rangkong. Panjang tubuh mereka sekitar 90 cm, rentang sayap 50—60 cm, dan bobot 4—5 kg. Tenang saja, tak hanya itu, kok, fakta-fakta menarik dari rangkong tanah utara. Untuk tahu lebih lengkapnya, gulir layarmu ke bawah, ya!
1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit

Seluruh spesies burung rangkong tanah berada di Afrika. Bedanya, satu berada di utara, sementara yang satu lagi di selatan. Nah, dari nama mereka saja, kamu pasti sudah bisa menebak kalau asal rangkong tanah utara itu ada di mana, kan? Ya, persebaran burung ini Sub Sahara Afrika bagian utara, mulai dari Senegal, Gambia, Mauritania, Kenya, Uganda, Eritrea, Ethiopia, dan Somalia. Beberapa populasi juga ada di negara sekitar Sub Sahara Afrika lain. Dilansir Data Zone by Birdlife, total area yang jadi persebaran mereka itu sekitar 8,88 juta km persegi.
Sesuai dengan persebaran alami, habitat rangkong tanah utara tentu mengikuti lanskap Sub Sahara Afrika. Misalnya, tepian gurun yang berbatu, semak belukar kering, dan sabana. Sebenarnya, burung ini mampu bertahan di lingkungan yang kering, tetapi mereka perlu berada dekat dengan satu pohon tinggi untuk kebutuhan membuat sarang. Rangkong tanah utara bisa berada pada elevasi antara 0—3.257 km di atas permukaan laut.
Rangkong tanah utara tergolong hewan karnivor. Pilihan mangsa mereka dimulai dari serangga, reptil (termasuk ular berbisa), mamalia kecil, laba-laba, lebah, sampai bangkai hewan. Burung diurnal ini punya cara unik untuk mendapat makanan secara mudah. Mereka akan mengikuti kawanan ungulata (mamalia berkaki empat) yang sering dihinggapi serangga ataupun datang ke bekas kebakaran hutan. Tujuannya hanya satu, yakni memburu mangsa yang berkumpul di kawanan ungulata ataupun lari dari kebakaran hutan.
2. Burung yang lebih suka napak tanah

Burung yang satu ini memang punya sayap yang cukup besar dan mampu terbang ke udara. Akan tetapi, ada alasan kenapa mereka dipanggil “rangkong tanah”. Ya, alasan tersebut terkait dengan gaya hidup mereka yang justru lebih mengandalkan kemampuan sepasang kaki panjang untuk berjalan ke berbagai tempat alias golongan hewan terestrial.
Animal Diversity melansir, dalam 1 hari saja, rangkong tanah utara mampu menjelajahi wilayah sekitar sampai jarak 11 km dengan berjalan kaki. Biasanya, kebiasaan ini ditempuh untuk memperoleh makanan. Uniknya, ketika burung ini terancam oleh kehadiran predator, hal pertama yang dilakukan adalah lari menjauh dengan kaki, bukannya mengepakkan sayap untuk terbang. Rangkong tanah utara baru akan menggunakan kemampuan terbang kalau benar-benar terpojok atau hendak terbang ke atas pohon saja.
3. Kehidupan sosial

Rangkong tanah utara bisa dibilang cukup fleksibel kalau berurusan dengan interaksi pada sesama. Dilansir Smithsonian National Zoo, burung ini dapat terlihat berkeliling sendirian, bersama dengan pasangan, ataupun bersama dengan beberapa individu lain demi memperoleh keamanan ekstra saat merawat anak. Selain itu, kelompok juga bisa terbentuk ketika beberapa individu itu punya anak yang masih berusia remaja.
Ikatan yang terjalin kalau rangkong tanah utara membentuk kelompok itu terbilang cukup baik. Burung muda akan saling bermain dengan manghantam-hantamkan paruh secara perlahan, padahal belum tentu kawan main mereka adalah saudara kandung sendiri. Antara jantan dan betina pun sering melantunkan suara nyanyian yang terdengar seperti dengungan keras. Diluar dari waktu beristirahat di sekitar sarang, burung ini cenderung mengembara sendiri atau bersama pasangan saja untuk mencari makan.
4. Sistem reproduksi

Burung yang satu ini ternyata masuk dalam golongan hewan monogami alias setia dengan satu pasangan saja seumur hidup. Musim kawin bagi mereka berbeda, tergantung wilayah geografis. Populasi yang ada di Afrika Barat memasuki musim kawin pada bulan Juni—Agustus, di sekitar Nigeria dan Uganda sekitar Januari, dan di sekitar Kenya pada bulan November. Sebelum mulai kawin, pasangan rangkong tanah utara akan bersama-sama membangun sarang berbahan material lumpur dan sisa tanaman di pohon tinggi dengan lubang di tengahnya. Kalau tidak ada, alternatif lain bisa berupa lubang di pohon atau gua.
Setelah kawin, betina akan langsung bertelur di sarang tersebut. Berdasarkan laporan Animalia, dalam satu musim kawin, ia mampu menghasilkan 1—2 butir telur saja dalam satu musim kawin. Masa inkubasi berlangsung selama 37—41 hari dan betina mengambil peran penuh untuk mengerami telur. Sementara itu, jantan berusaha mencari makan untuk pasangannya. Setelah telur menetas, kedua induk ini sama-sama bergantian untuk menjaga dan memberi makan anak-anaknya.
Sebenarnya, saat anak berusia 80—90 hari, mereka sudah bisa pergi ke luar sarang. Namun, si anak akan terus bersama kedua induk setidaknya sampai berusia tiga tahun. Hal ini menyebabkan rangkong tanah utara hanya mampu bereproduksi setiap tiga tahun sekali. Namun, usia yang mampu dicapai mereka di alam liar terbilang cukup impresif, yakni sekitar 35—40 tahun.
5. Status konservasi

Bedasarkan data dari IUCN Red List, rangkong tanah utara masuk dalam kategori hewan rentan punah (Vulnerable). Tak hanya itu, dicatat pula kalau tren populasi yang terjadi saat ini terus menurun sehingga risiko kepunahan jadi semakin mengkhawatirkan. Ada beberapa alasan yang menyebabkan kondisi populasi rangkong tanah utara bisa jadi seperti ini.
Utamanya disebabkan alih fungsi lahan oleh manusia yang menghancurkan habitat alami demi membangun pemukiman, pertanian, maupun pertambangan. Akibatnya, saat ini populasi utama rangkong tanah utara hanya terpusat di kawasan yang sudah dilindungi saja. Malahan, di beberapa negara, semisal Togo, keberadaan burung ini sudah hilang sepenuhnya.
Selain dari kehilangan rumah, mereka turut ditagetkan oleh pemburu liar. Biasanya, rangkong tanah utara diburu supaya kepala burung ini bisa dimanfaatkan sebagai topeng untuk menyamar ketika hendak memburu hewan lain. Sayangnya, sampai saat ini, tidak ada program konservasi khusus yang ditujukan untuk keberlanjutan populasi rangkong tanah utara.
Miris, memang, kalau melihat kondisi rangkong tanah utara saat ini. Masalahnya, ada banyak pula hewan lain yang mengalami nasib yang sama seperti mereka di Bumi. Hancurnya populasi banyak spesies hewan itu paling banyak disebabkan oleh satu makhluk yang sama, yaitu manusia. Maka dari itu, sudah jadi tanggung jawab kita bersama untuk berpartisipasi dalam menjaga alam dalam bentuk apa pun yang bisa kita lakukan, baik dari hal kecil sampai besar.









![[QUIZ] Jika Reinkarnasi Nyata, Jadi Apa Kamu di Upin & Ipin pada Kehidupan Sebelumnya?](https://image.idntimes.com/post/20250107/jika-reinkarnasi-nyata-jadi-apa-kamu-di-upin-ipin-pada-kehidupan-sebelumnya-12-d1461c542c05a9b26b5e6df8c40b6613.jpg)









