Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Hering Rumbai-putih, Burung yang Gemar Bersosialisasi

potret hering rumbai-putih dewasa
potret hering rumbai-putih dewasa (commons.wikimedia.org/Ravi.sangeetha)
Intinya sih...
  • Hering rumbai-putih adalah burung hering yang hidup di Dunia Lama, khususnya di India dan Asia Tenggara. Mereka tinggal di padang rumput, hutan, dan dekat pemukiman manusia.
  • Burung ini hidup secara berkelompok dan sangat sosial. Mereka bertengger bersama, berkomunikasi, dan mencari makanan dalam jumlah besar.
  • Hering rumbai-putih memiliki kemampuan terbang yang impresif dan sering melakukan perjalanan jauh untuk mencari makanan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Burung hering (ordo Accipitriformes) terdiri atas 23 spesies berbeda yang tersebar di hampir seluruh benua. Secara ukuran, keluarga burung ini terbilang besar dan memiliki satu ciri khas yang sama, yaitu bagian kepala dan leher yang polos tanpa ditumbuhi bulu. Salah satu spesies burung hering yang akan kita bahas kali ini adalah hering rumbai-putih (Gyps bengalensis).

Spesies burung hering yang satu ini tampil dengan bulu putih berumbai pada pangkal leher (yang jadi asal nama mereka), punya bulu besar berwarna hitam atau abu-abu gelap, dan sedikit corak putih pada bagian bawah sayap. Secara ukuran, hering rumbai-putih tergolong spesies hering sedang. Tinggi individu dewasa sekitar 75—85 cm, rentang sayap 180—210 cm, dan bobot 3,5—7,5 cm. Dari penampilan luar, hampir tak ada perbedaan berarti antara jantan dengan betina, bahkan untuk ukuran sekalipun keduanya cenderung identik.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, kita akan kenalan lebih lanjut tentang si hering rumbai-putih. Ada sederet fakta menarik yang mungkin saja membuatmu tercengang dari spesies burung hering ini, lho. Jadi, tunggu apa lagi? Simak pembahasan di bawah ini sampai selesai, ya!

1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit

kawanan hering rumbai-putih yang sedang makan bangkai sapi
kawanan hering rumbai-putih yang sedang makan bangkai sapi (commons.wikimedia.org/Bernard DUPONT)

Hering rumbai-putih termasuk spesies burung hering yang menghuni Dunia Lama. Lebih spesifik lagi, persebaran burung ini berada di subkontinen India sampai dataran utama Asia Tenggara. Negara-negara seperti Pakistan, India, Bhutan, Myanmar, Laos, Kamboja, India, dan Vietnam saat ini jadi rumah bagi hering rumbai-putih. Sebenarnya, dulu mereka tersebar sampai ke China dan Malaysia. Namun, persebaran di dua tempat tersebut sudah benar-benar menghilang untuk saat ini.

Dilansir Data Zone by Birdlife, hering rumbai-putih paling banyak ditemukan di kawasan padang rumput. Selain itu, mereka dapat tinggal pula di sekitaran kaki gunung, hutan dengan vegetasi tak terlalu lebat, sampai area pemukiman dan pertanian manusia. Hering rumbai-putih menjadikan satu pohon besar dengan tinggi dari 2 —18 meter sebagai tempat tinggal. Di sana, burung ini beristirahat, berinteraksi, sampai membangun sarang dalam jumlah yang besar. 

Selayaknya burung hering lain, mereka pun tergolong sebagai pemakan bangkai. Hering rumbai-putih mengonsumsi bangkai yang baru saja dimakan predator lain ataupun yang sudah lama membusuk. Kalau ada makanan dalam jumlah besar, burung ini cenderung menunjukkan sifat rakus. Disebutkan kalau mereka akan makan sangat banyak sampai-sampai kesulitan atau bahkan tidak bisa terbang.

Terkait makanan dan tempat tinggal hering rumbai-putih yang dekat dengan manusia ini terkadang menimbulkan masalah. Jadi, burung yang satu ini turut mengonsumsi sisa sampah manusia, menunggu sisa-sisa daging dari rumah potong hewan ternak, sampai mencuri ikan hasil tangkapan nelayan. Atas kondisi tersebut, hering rumbai-putih jadi punya reputasi yang buruk dan tak jarang berujung dengan perburuan terhadap mereka.

2. Burung yang sangat sosial

Beberapa spesies burung hering, termasuk hering rumbai-putih, di atas pohon.
Beberapa spesies burung hering, termasuk hering rumbai-putih, di atas pohon. (commons.wikimedia.org/Shantanu Kuveskar)

Hering rumbai-putih tergolong burung yang hidup secara berkelompok. Jumlah anggota kelompok burung ini terbilang besar, mulai dari puluhan sampai ratusan individu. Menariknya, di sepanjang peta persebaran, hering rumbai-putih sebenarnya sering berjumpa dengan spesies burung hering lain, semisal hering india (Gyps indicus), hering kepala merah (Sarcogyps calvus), dan hering paruh-ramping (Gyps tenuirostris). Akibat dari peta persebatan yang tumpang tindih itu, hering rumbai-putih jadi sangat toleran dengan keberadaan kerabat-kerabat tersebut.

Animal Diversity melansir kalau kawanan hering rumbai-putih itu tinggal di beberapa pohon dekat sungai. Di sana, kawanan burung ini akan bertengger bersama, berkomunikasi jika perlu, jadi lokasi bersarang saat musim kawinsampai terbang ke tempat tertentu ketika hendak mencari makanan. Untuk yang terakhir itu, terkadang hering rumbai-putih akan berada di satu lokasi bangkai yang sama dengan spesies burung hering lain. Akan tetapi, tak jarang hering rumbai-putih harus mengalah dengan hering kepala merah karena kalah ukuran dan sifat kerabat mereka itu yang lebih agresif.

3. Kemampuan terbang dan hal unik dari kotoran hering rumbai-putih

seekor hering rumbai-putih yang sedang terbang di sekitar sungai
seekor hering rumbai-putih yang sedang terbang di sekitar sungai (commons.wikimedia.org/Deepak sankat)

Soal kemampuan terbang, hering rumbai-putih bisa dibilang punya beberapa catatan yang impresif. Burung ini mampu terbang antara ketinggian 900—2.700 meter di atas permukaan laut dengan kecepatan 80—88 km per jam. Ketika terbang menukik, kecepatan burung ini bertambah jadi 144 km per jam. Tak hanya catatan angka saja, ada beberapa hal menarik lain terkait dengan kemampuan terbang hering rumbai-putih.

Peregrine Fund melansir kalau burung yang satu ini mampu menjelajahi area seluas 300 km dalam satu hari hanya untuk mencari makanan. Kecakapan terbang dalam jarak jauh ini didukung dengan cara memanfaatkan suhu di udara. Jadi, burung ini akan memanfaatkan udara panas yang mulai terkumpul pada pagi menjelang siang supaya tubuh mereka mudah terangkat di udara dan meluncur di sana dengan kepakan yang sedikit. Dengan demikian, hering rumbai-putih tak perlu menghabiskan banyak energi ketika bergerak dalam jarak yang jauh.

Fakta unik lain dari burung ini terkait dengan kotoran. Dilansir Animalia, pohon yang ditumpangi kawanan hering rumbai-putih tak jarang berubah warna jadi agak putih akibat tertutup oleh kotoran yang sangat banyak. Pada kasus yang sudah parah, kotoran itu dapat membunuh si pohon karena keasaman yang ada padanya bertumpuk dalam jumlah besar.

4. Sistem reproduksi

potret pasangan hering rumbai-putih
potret pasangan hering rumbai-putih (commons.wikimedia.org/Mahmudul Bari)

Ternyata hering rumbai-putih termasuk golongan hewan setia alias monogami. Namun, praktek monogami yang dilakukan burung ini hanya sebatas satu musim kawin saja. Ketika memasuki musim kawin lain, satu individu bisa kawin dengan pasangan yang sama ataupun mencari pasangan lain. Musim kawin bagi mereka terjadi antara Oktober—Maret dan ada ritual khusus sebelum pasangan mulai kawin. Ritual itu dilakukan dengan cara pasangan hering rumbai-putih akan terbang bersama di sekitar pohon tempat tinggal secara melingkar dengan sayap yang saling berdekatan selama beberapa putaran.

Kemudian, setelah selesai terbang, pasangan burung ini akan kawin dan betina biasanya mengeluarkan suara keras yang kurang enak didengar. Dilansir Animal Diversity, hering rumbai-putih betina hanya akan mengeluarkan satu telur yang diletakkan di atas sarang yang terbuat dari ranting dan sisa tanaman. Oh iya, sarang itu dibangun oleh pasangan secara kompak, dimana jantan akan mengumpulkan material dan betina menyusun material itu sampai membentuk sarang.

Telur mereka akan menjalani masa inkubasi selama 45—52 hari. Setelah menetas, baik jantan maupun betina akan bergantian menjaga dan memberi makan anak mereka sampai berusia 2—3 bulan. Tak diketahui soal batas usia hering rumbai-putih di alam liar. Namun, dalam penangkaran, burung ini mampu hidup sampai usia 17 tahun.

5. Status konservasi yang mengkhawatirkan

Obat yang digunakan peternak untuk hewan ternak ternyata jadi racun bagi hering rumbai-putih.
Obat yang digunakan peternak untuk hewan ternak ternyata jadi racun bagi hering rumbai-putih. (commons.wikimedia.org/Lip Kee)

Mirip seperti beberapa kerabat yang lain, status konservasi hering rumbai-putih sebenarnya sedang sangat mengkhawatirkan. IUCN Red List melabeli burung ini dalam status kritis (Critically Endangered) dengan tren populasi yang menurun. Diperkirakan kalau saat ini hanya tersisa 3—10 ribu individu hering rumbai-putih saja di sepanjang peta persebaran mereka.

Dilansir Peregrine Fund, salah satu penyebab utama hancurnya populasi burung ini adalah penggunaan obat diclofenac pada hewan ternak. Ketika hewan ternak sakit, peternak tak jarang memberikan obat tersebut. Akan tetapi, sebenarnya obat itu hanya meredakan penyakit si hewan ternak untuk sesaat dan bisa saja kembali kambuh. Jika hewan ternak itu mati, lalu bangkainya dimakan hering rumbai-putih, sisa-sisa diclofenac itu masih ada di bangkai itu dan berpindah ke tubuh burung ini. Masalahnya, obat ini justru beracun hingga menyebabkan kematian pada hering rumbai-putih akibat gagal ginjal.

Mengingat burung ini hidup dalam kawanan dan hampir selalu makan bersama, maka ada banyak individu yang berpotensi mati hanya dengan mengonsumsi satu bangkai ternak yang terkontaminasi diclofenac. Alhasil, populasi burung ini pun terus menurun sejak tahun 1990-an. Padahal, sekitar tahun 1980-an, hering rumbai-putih terkenal sebagai spesies burung pemangsa berukuran masif dengan populasi yang besar. Disebutkan kalau sekitaran tahun tersebut, ada jutaan hering rumbai-putih yang mengudara di sepanjang peta persebaran asli mereka.

Tak hanya soal keracunan obat hewan ternak, hering rumbai-putih pun mengalami berbagai ancaman lain. Misalnya saja, perburuan akibat konflik dengan manusia, kekurangan habitat karena pembukaan lahan, sampai pencemaran lingkungan. Tentunya, upaya konservasi terhadap spesies ini sudah dilakukan secara intens. Adapun, salah satu upayanya ialah menghindari konsumsi diclofenac bagi hewan ternak yang ada di negara-negara tempat tinggal burung hering.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha ‎
EditorYudha ‎
Follow Us