Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

11 Fakta Menarik Triton, Jadi 'Bulan' Terdingin di Tata Surya

Triton yang dipotret dari Voyager 2 (commons.wikimedia.org/NASA/JPL)

Pada 2022, Badan Antariksa Nasional Tiongkok atau China National Space Administration (CNSA) mengumumkan rencananya untuk mengirim pesawat antariksa ke planet Neptunus. Seperti yang disebutkan oleh Planetary Society, tanggal peluncurannya direncanakan sekitar tahun 2030 dan diperkirakan tiba pada 2040. Wahana antariksa ini akan menjadi wahana buatan manusia kedua yang pernah mengunjungi planet biru (Neptunus) di Tata Surya setelah Voyager 2, pada 1989.

Raksasa es Neptunus terkenal dengan rona biru langit dan badainya. Planet ini menjadi planet terjauh dari matahari. Sejak penerbangan lintas Voyager 2 pada 1989, kita jadi tahu sekilas gambaran tentang Neptunus yang dingin itu. Para ilmuwan NASA juga berencana kembali untuk mempelajari lebih lanjut planet Neptunus. Sayangnya, terlepas dari semua rencana dan proposal, misi antariksa NASA ke Neptunus belum terwujud. Namun, ada yang tidak kalah menarik dari Neptunus itu sendiri, yaitu "bulan" Neptunus yang terbesar, Triton.

Triton pertama kali ditemukan pada 1847 oleh Monthly Notices of the Royal Astronomical Society. Namun, saat itu belum dinamai hingga 1880. Meskipun jarang dibahas, Triton menjadi salah satu satelit alami paling misterius di Tata Surya. Seperti yang dicatat Encyclopedia of the Solar System, kunjungan singkat Voyager 2 hanya memperlihatkan sekitar 40 persen permukaan Triton. Sebagian besarnya masih belum diketahui. Nah, apa saja, ya, fakta-fakta menarik tentang Triton?

1. Triton diduga punya kembaran

Triton (dilihat dari Voyager 2), yang merupakan satelit alami terbesar dari planet Neptunus dan Pluto (dilihat dari New Horizons) adalah planet kerdil di sabuk Kuiper, cincin benda-benda angkasa di luar Neptunus. (commons.wikimedia.org/A Tayfun Oner/NASA/JHUAPL/SWRI)

Triton mengorbit Neptunus ke arah yang berlawanan, dan hal itu menimbulkan banyak pertanyaan. Hal ini disebut retrograde orbit, yakni suatu objek yang mengorbit objek lain secara berlawanan dengan orbit satelit alami pada umumnya, dan objek ini juga mengorbit secara berlawanan dengan rotasi planet itu sendiri. Retrograde orbit Triton sendiri menunjukkan bahwa Triton tidak terbentuk secara alami di sekitar Neptunus. Seperti yang dijelaskan NASA, Triton adalah objek yang terseret gravitasi Neptunus dari sabuk Kuiper. Sabuk Kuiper sendiri adalah kumpulan benda es, seperti komet dan planet kerdil, yang melayang di luar Tata Surya.

Rupanya, Triton sangat mirip dengan Pluto. Meskipun keduanya terlihat sangat berbeda, tapi Britannica menjelaskan bahwa keduanya memiliki ukuran dan komposisi yang hampir sama. Hal ini mengisyaratkan bahwa Triton dan Pluto mungkin berasal dari tempat yang sama dan beku di luar orbit Neptunus. 

Ada teori yang mengatakan kalau orbit Triton pernah berpapasan dengan Neptunus (mirip seperti orbit Pluto), hingga orbit Triton menyimpang terlalu dekat dengan gravitasi Neptunus dan akhirnya terperangkap. Ada juga teori yang bilang kalau Neptunus dan Triton dulunya memiliki bulan (satelit alami) lain. Namun, satelit alami ini menghilang.

2. Triton memiliki gunung berapi es yang meletuskan lava air

medan kutub selatan Triton yang dipotret oleh wahana antariksa Voyager 2. Terlihat sekitar 50 gumpalan gelap yang merupakan gunung berapi es. (commons.wikimedia.org/NASA/JPL)

Nah, karena sangat jauh dari kehangatan matahari, bagian terluar Tata Surya sangat dingin. Triton sendiri sedingin es dan sebeku gletser sehingga mirip batuan di Bumi. Jika kerak Bumi memiliki lempeng tektonik yang terbuat dari batuan padat, lempeng tektonik Triton justru terbuat dari es padat. Kemudian, jika Bumi memiliki gunung berapi yang meletuskan batuan cair atau magma, Triton justru memiliki kriovolkano yang meletuskan air.

Seperti yang dijelaskan dalam sebuah makalah dari Lunar and Planetary Science Conference, berjudul "Cryovolcanism on Triton" (1990), permukaan Triton tampaknya memiliki medan vulkanik. Selain itu, Triton memiliki aliran lava yang halus, sisa-sisa danau lava yang mengeras, tabung lava yang runtuh, dan bahkan beberapa tanda gunung berapi yang meledak dari masa lalu. Namun, lava yang membentuk fitur-fitur ini jauh lebih tebal dan lebih kental ketimbang air murni. Tampaknya, kemungkinan besar itu adalah campuran air dan amonia, yang meletus seperti semacam lumpur es. 

Selain kriovolkano, Triton juga merupakan rumah bagi geyser yang menyemburkan gumpalan material tinggi ke atmosfer tipisnya, sebelum turun ke permukaan. Seperti yang dijelaskan NASA JPL, Voyager 2 bahkan berhasil mengambil foto geyser yang meletus. Hal ini menjadikan Triton sebagai bagian dari beberapa tempat di Tata Surya yang memiliki aktivitas vulkanik, di samping Bumi, Venus, bulan Jupiter, Io, dan satelit alami Saturnus, Titan.

3. Triton punya cuaca musiman

Bulan Bumi dan Triton (commons.wikimedia.org/Lunar and Planetary Institute)

Titan, "bulan" raksasa Saturnus ini terkenal karena atmosfernya yang tebal dan berkabut, tetapi Titan bukan satu-satunya satelit alami di Tata Surya dengan atmosfer yang tebal. Triton juga memiliki atmosfer yang menutupi permukaannya yang beku, tetapi atmosfernya sangat tipis dibandingkan dengan Titan, Bumi, atau bahkan Mars. Namun, ada yang mengejutkan, nih.

Seperti yang dijelaskan dalam sebuah makalah di Astronomy & Astrophysics, berjudul "Constraints on the Structure and Seasonal Variations of Triton’s Atmosphere from the 5 October 2017 Stellar Occultation and Previous Observations" (2022), yang ditulis J Marques Oliveira, dkk, menjelaskan bahwa meskipun atmosfer Triton tipis, atmosfernya mengandung troposfer atau lapisan atmosfer terendah, tempat terjadinya fenomena cuaca yang mirip dengan yang ada di Bumi. Studi lain, yang diterbitkan dalam Science, mencatat bahwa angin di udara Triton dapat dilihat dari cara angin tersebut bertiup dari geyser Triton.

Cuaca Triton sendiri sangat kompleks. Ada tanda-tanda bahwa Triton memiliki musim. Di musim panas, atmosfer Triton menebal karena permukaannya menghangat dan gas pun menguap. Sementara di musim dingin, salju bisa turun dari langit yang dingin. Tidak seperti di Bumi, salju di Triton kemungkinan besar terbuat dari campuran nitrogen, gas metana, dan karbon monoksida. Nah, karena begitu jauh dari matahari, Triton yang terbawa oleh orbit Neptunus yang lambat, membuat musim-musimnya berlangsung lama. Musim panas dan musim dingin di sana berlangsung selama 40 tahun usia di Bumi.

4. Aurora diketahui menerangi langit malam Triton

ilustrasi Aurora (commons.wikimedia.org/Ross Burgener)

Daerah kutub di Bumi dikenal dengan aurora spektakulernya yang menerangi langit malam. Adapun, aurora disebabkan oleh partikel bermuatan dari angin matahari. Saat partikel ini menghantam atmosfer, partikel-partikel ini membangkitkan molekul yang menyebabkan munculnya cahaya menakjubkan di daerah kutub.

Namun, Bumi bukanlah satu-satunya tempat di Tata Surya di mana aurora bisa menerangi langit. Para astronom rupanya berhasil melihat aurora di setiap planet di Tata Surya, kecuali Merkurius yang tidak memiliki atmosfer. Namun, aurora ternyata juga ditemukan di Triton, lho.

Sebuah artikel yang diterbitkan The Washington Post pada 1989, tak lama setelah Voyager 2 mengunjungi Neptunus, menjelaskan bahwa Neptunus dan Triton menunjukkan kilauan aurora di langit masing-masing. Para ilmuwan pun sangat terkejut dengan apa yang mereka lihat, sampai-sampai mereka awalnya ragu untuk menyebutnya sebagai aurora. Aurora biasanya disebabkan oleh medan magnet planet yang menarik partikel angin matahari, tetapi dalam kasus Triton, aurora justru terjadi karena Triton mengorbit di tengah medan magnet Neptunus, kemudian Triton menabrak partikel bermuatan yang tersapu oleh medan magnet Neptunus.

Nah, dengan atmosfer Neptunus yang kaya hidrogen, aurora Neptunus diketahui berwarna merah. Namun, atmosfer Triton yang sebagian besar terdiri dari nitrogen, maka auroranya sama seperti Bumi. Yap, warna aurora Triton tentunya akan familiar bagi mata manusia.

5. Ada lautan air yang kemungkinan tersembunyi di dalam Triton

ilustrasi penggambaran Triton oleh NASA, yang digambarkan menyimpan lautan air di bawah kerak esnya (commons.wikimedia.org/NASA/JPL-Caltech)

Planet-planet raksasa di Tata Surya bagian luar membawa beberapa "bulan" (satelit alami) es. Beberapa "bulan" es ini diduga menyimpan lautan air di bawah permukaannya yang tebal dan dingin. Seperti yang dicatat NASA, satelit alami Jupiter yang dinamai Europa, kemungkinan mengandung air dua kali lebih banyak daripada yang dimiliki permukaan Bumi.

Nah, karena sebagian besar terbuat dari es, Triton menjadi salah satu dari beberapa "bulan" es ini yang menyimpan air dalam jumlah besar. Apalagi, Triton sangat aktif secara geologis. Yap, dengan adanya kriovolkano dan aktivitas tektoniknya, jantung Triton mungkin mengandung sumber panas yang signifikan. Sumber panas ini yang menjaga bagian dalamnya agar tidak membeku.

Selain itu, ada beberapa hal yang membuat Triton tetap hangat. Sebuah makalah yang diterbitkan dalam The Planetary Science Journal, berjudul "Triton: Fascinating Moon, Likely Ocean World Compelling Destination!" (2021), yang ditulis oleh Candice J Hansen, dkk, menyebutkan adanya efek yang dikenal sebagai pasang surut oblikuitas. Hal ini disebabkan karena Triton memiliki kemiringan sumbu sekitar 30 derajat. Itu berarti, saat mengorbit Neptunus, gravitasi Neptunus akan menarik dan menekan bagian dalam Triton. Hal ini menyebabkan gesekan yang akhirnya menghangatkan Triton.

Faktor lain yang disebutkan oleh Space.com, adalah fakta bahwa inti Triton terbuat dari batu. Seperti di Bumi, batu itu penuh dengan unsur-unsur berat, termasuk isotop radioaktif. Saat unsur-unsur ini meluruh, mereka melepaskan banyak energi dalam bentuk panas. Efek ini pun disebut sebagai pemanasan radiogenik. Hal ini bahkan dapat menghangatkan lautan Triton melalui ventilasi hidrotermal, seperti yang ada di dasar laut Bumi.

6. Apa yang terkandung dalam lautan Triton?

ilustrasi Triton (commons.wikimedia.org/Pablo Carlos Budassi)

Di Bumi, air adalah sumber kehidupan yang dibutuhkan semua makhluk hidup. Seperti yang dijelaskan Astronomy Magazine, bagian dalam Triton yang berair menjadikan Triton target yang menarik bagi para ahli astrobiologi. Nah, seperti halnya "bulan" Europa dan Enceladus yang menarik perhatian para ilmuwan tentang lautan di bawah permukaannya dan kemungkinan adanya kehidupan, Triton pun tak mau kalah. 

Seperti yang dicatat PhysOrg, lautan Triton diduga memiliki komposisi kimia yang berbeda seperti yang dimiliki Bumi. Lautan Triton mungkin terdapat amonia, yang berarti bahwa air di sana bisa sangat dingin dibandingkan dengan air yang ada di Bumi. Selain itu, Triton mengandung senyawa silikon, bukan karbon yang lebih dikenal seperti yang ada di Bumi.

7. Triton menjadi bulan terdingin di Tata Surya

potret Triton dari Misi Voyager 2 di Neptunus (Andrea Luck

Seperti yang dijelaskan oleh NASA, permukaan Triton memiliki suhu rata-rata -235 derajat Celsius (-391 derajat Fahrenheit), yang cukup dingin untuk membekukan gas nitrogen. Sementara itu, sebagian besar atmosfer Bumi terbuat dari gas nitrogen, tetapi nitrogen cair, yang terkenal cukup dingin untuk membekukan sesuatu dengan cepat. Jadi, bisa kamu bayangkan, deh, seberapa dinginnya Triton.

Uniknya, permukaan Triton bahkan lebih dingin daripada Pluto, lho. Meskipun Pluto memang bisa lebih dekat ke matahari. Jadi, suhu rata-rata Pluto adalah -232 derajat Celsius C (-387 derajat Fahrenheit). Lebih hangat, tapi tidak jauh beda.

Nah, karena sangat dingin, permukaan Triton dilapisi oleh es yang terbuat dari nitrogen. Bisa dibilang, Triton adalah satu-satunya "bulan" di Tata Surya yang sebagian besar permukaannya terbuat dari es nitrogen. Beberapa tempat di permukaannya bahkan berwarna merah muda akibat senyawa karbon yang terdapat di bawah sinar matahari yang redup. Agaknya, salah satu alasan utama mengapa suhu Triton sangat rendah adalah, karena daya pantulnya yang tinggi. Yap, mengingat lapisan esnya memantulkan sebagian besar sinar matahari ke luar angkasa, sehingga "bulan es" itu, ya, sesuai julukannya. Sangat dingin!

8. Triton lebih terang dari Bulan di Bumi

ilustrasi permukaan Triton (commons.wikimedia.org/ESO/L. Calçada)

Cahaya matahari sangat langka di Neptunus. Nah, sebagian besar cahaya matahari yang mengenai permukaan Triton, cahaya matahari tersebut langsung dipantulkan. Fenomena ini disebut albedo, atau ukuran seberapa reflektifnya permukaan tertentu untuk memantulkan cahaya matahari. Jadi, semakin tinggi albedo, semakin sedikit cahaya yang diserap planet atau bulan. Oleh sebab itu, semakin banyak pula cahaya matahari yang dipantulkannya kembali ke luar angkasa. 

Nah, karena tertutup es yang tebal, Triton pun mirip seperti cermin. Sebuah artikel yang diterbitkan oleh Nature, berjudul "Does Global Warming Make Triton Blush?" (1990), yang ditulis oleh Bonnie J Buratti, dkk, menyebutkan bahwa Voyager 2 mengukur albedo Triton saat Voyager 2 melintas. Didapati bahwa Triton memantulkan 89 persen cahaya yang mengenainya. Angka 89 persen itu adalah albedo yang sangat tinggi.

Sebaliknya, bulan di Bumi hanya memantulkan 12 persen cahaya yang mengenainya. Bulan purnama di Bumi memang terlihat cukup terang, tetapi bulan Bumi memantulkan cahaya lebih sedikit ketimbang aspal jalanan, lho. Jadi, jika Triton muncul di samping bulan Bumi di langit malam Bumi, Triton lebih terang sekitar 7 kali lipat ketimbang bulan Bumi.

9. Permukaan Triton terlihat sangat muda

kawah atau depresi di permukaan Triton yang dipotret Voyager 2 (commons.wikimedia.org/NASA/JPL)

Tata Surya penuh dengan bulan (satelit alami) dan planet yang ditutupi kawah, dari permukaan batu panas seperti Merkurius hingga dataran es "bulan" Callisto dari planet Jupiter. Namun, permukaan Triton adalah salah satu yang paling muda. Sebuah presentasi di Konferensi Sains Bulan dan Planet ke-52 menggambarkan Triton sebagai permukaan termuda dari semua objek es di Tata Surya.

Sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal Icarus, berjudul "On the Negligible Surface Age of Triton" (2007), yang ditulis Paul M Schenk, bahkan menggambarkan usia permukaan Triton terlihat sangat muda atau baru. Beberapa bagian permukaan Triton tidak mencapai 6 juta tahun. Bisa dibilang, hampir tidak ada apa-apanya dalam skala waktu geologis di Bumi.

Triton juga tampaknya hanya memiliki sekitar 100 kawah tumbukan (hantaman) yang berdiameter lebih dari 5 km. Hantaman ini kemungkinan besar disebabkan oleh komet. Jumlah ini sangat sedikit. Di samping itu, semua kawah Triton ini berada di sisi terdepannya, yang berarti bahwa kawah-kawah itu disebabkan oleh objek-objek yang bertabrakan dengan Triton saat Triton mengorbit Neptunus. Mirip seperti Bulan dari Bumi, Triton mengalami pasang surut, atau sisi yang selalu mengarah ke planet yang diorbitnya. Menariknya, ini juga menyiratkan bahwa tidak ada kawah di permukaan Triton sebelum ia terseret ke orbit Neptunus.

10. Medan melon Triton menjadi yang terunik di Tata Surya

medan melon Triton (commons.wikimedia.org/NASA)

Salah satu fitur permukaan Triton tampak unik, dan tentunya tidak ditemukan di tempat lain di Tata Surya. Dijelaskan oleh NASA, permukaan ini dikenal sebagai medan "melon". Dinamai demikian karena mirip dengan kulit melon. Tekstur permukaan ini mungkin muncul di masa lalu, ketika seluruh kerak Triton mencair dan berubah bentuk. Medan melon terdiri dari serangkaian gundukan tidak beraturan, masing-masing setinggi beberapa ratus meter dan lebar beberapa kilometer, serta membentuk permukaan yang ditutupi dengan bukit-bukit bergelombang.

Selama beberapa peristiwa dahsyat di masa lalu Triton, bukit-bukit ini mungkin disebabkan oleh gumpalan es besar yang naik melalui kerak Triton yang mencair sebelum akhirnya membeku. Di antara bukit-bukit melon, permukaan Triton terkadang memiliki area datar yang luas. Area datar ini kemungkinan disebabkan oleh lava dari kriovolkano yang mencair dan kemudian membeku kembali menjadi es.

Nah, karena keunikan Triton ini, medan melon sangat menarik bagi para ilmuwan. Sebuah presentasi di Konferensi Sains Bulan dan Planet ke-24, membahas bagaimana Triton memperlihatkan lipatan dan garis patahan, yang kemungkinan disebabkan oleh Triton yang mendingin dan keraknya yang mulai pecah serta tertekuk karena tekanan. Bentang alam unik ini sering dianggap terbentuk pada awal sejarah bulan. Jika benar, ini berarti, bahwa bagian paling khas dari permukaan Triton juga merupakan bagian tertua dari satelit alami tersebut.

11. Triton akan hancur berkeping-keping

Neptunus dan Triton yang dipotret dari Voyager 2 (commons.wikimedia.org/Arndt Stelter)

Ketika Triton tertarik ke orbit Neptunus, kekacauan pun terjadi. Dampaknya masih terlihat dalam perilaku unik Triton. Yap, salah satunya bagaimana Triton mengorbit dengan cara yang menyimpang. Namun, kedatangannya yang bermasalah di orbit Neptunus, justru memperpendek usianya.

Pasalnya, Triton sudah sangat dekat dengan Neptunus. Menurut halaman data NASA, Triton mengorbit Neptunus lebih dekat dari pada Bulan yang mengorbit Bumi. Itu berarti, Triton akan semakin dekat dengan Neptunus.

Fenomena ini dikenal sebagai peluruhan orbital. Seperti yang dijelaskan dalam sebuah makalah yang diterbitkan di Astronomy & Astrophysics, berjudul "Tidal Evolution in the Neptune-Triton System" (1989), ini berarti Triton akan hancur berkeping-keping. Dalam beberapa miliar tahun lagi, Triton akan menabrak Neptunus. Satelit alami ini akan menjadi pecahan batu dan es. Neptunus pun akan memiliki sistem cincin terangnya seperti Saturnus. 

Kamu mungkin baru mendengar tentang Triton. Namun, fakta-faktanya yang menarik dan berbeda dari bulan lain di Tata Surya, tentunya bikin kamu agak terkejut, kan. Semoga menambah pengetahuanmu, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Atqo
EditorAtqo
Follow Us